karena berbagi tak pernah rugi

Sabtu, 21 Februari 2015

Keterhubungan

Modul 3



Keterhubungan


Drs. Emut, M.Si
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA





 





P
ada Modul 2, Anda telah mempelajari berbagai konsep yang terkait dengan graph seperti representasi graph, simpul-simpul berdekatan, derajat simpul, dan berbagai graph khusus atau istimewa. Pengertian-pengertian tersebut sangat penting dan bermanfaat sehingga konsep-konsep itu akan terus dikembangkan dalam modul-modul berikutnya.
Dalam modul ini Anda akan mempelajari konsep lintasan dan keterhubungan. Pengertian tersebut berawal dari permasalahan sehari-hari seperti perjalanan seorang penjaja barang (salesman), penyusunan jadwal kegiatan dan yang sejenis. Kemudian, dengan mengetahui konsep lintasan diharapkan dapat menentukan lintasan dalam perjalanan yang memiliki jarak terpendek sehingga diperoleh waktu dan beaya yang minimal.
Setelah menyelesaikan modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.     menjelaskan konsep perjalanan dalam graph terhubung;
2.     menjelaskan konsep lintasan, lintasan, sirkuit, dan sikel;
3.     membandingkan antara lintasan dan lintasan, lintasan dan sirkuit, sirkuit dan sikel;
4.     menjelaskan simpul pemotongan dan jembatan dalam suatu graph yang diberikan;
5.     membedakan dampak  penyingkiran simpul pemotongan dan jembatan;
6.     menjelaskan konsep lintasan terpendek;
7.     menggunakan Algoritma Dijkstra untuk menghitung panjang lintasan terpendek;
8.     menjelaskan konsep sirkuit Euler dan graph Euler;
9.     menetapkan apakah suatu graph adalah graph Euler;
10.  menjelaskan sirkuit Hamilton dan lintasan Hamilton;
11.  menjelaskan graph terlacak (traversable);
12.  menetapkan apakah suatu graph adalah graph Hamilton.


Kemampuan-kemampuan tersebut sangat bermanfaat bagi semua guru matematika SMU. Dengan kemampuan ini cakrawala matematika Anda akan menjadi semakin luas dan dapat meningkatkan  rasa percaya diri. Dampak positip akan diperoleh yaitu Anda semakin cinta terhadap bidang studi matematika ini. Suatu sikap bangga dan bahagia akan muncul dalam menjalankan tugas mengajar matematika yang akan menumbuhkan motivasi serta usaha untuk menjadi pengajar yang profesional
Untuk membantu Anda menguasai kemampuan di atas, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dalam butir uraian, dalam 2 Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 1: Lintasan.
Kegiatan Belajar 2: Graph Terhubung.

Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1.     Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda memahami apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2.     Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci  dan kata-kata yang Anda anggap baru. Jangan kuatir jika Anda belum memahami pada pembacaan yang pertama.
3.     Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa/guru lain atau dengan tutor Anda.
4.     Jika pada pembacaan yang pertama dan Anda belum paham adalah kejadian yang lumrah. Coba ulangi lagi. Gunakan alat-alat bantu pensil dan kertas untuk coret-coret jika dipandang perlu.
5.     Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai hasil pemahaman Anda dalam kelompok kecil atau bersama tutor.





Kegiatan Belajar 1



Lintasan



M
isalkan G suatu himpunan tidak kosong dan hingga. Didefinisikan V(G) adalah himpunan semua simpul dari G dan E(G) adalah himpunan semua rusuk dari G. Himpunan G yang dilengkapi dengan V dan E, dinotasikan G(V,E) disebut graph jika V(G) bukan himpunan kosong. Jika banyaknya simpul (atau titik) p dan banyaknya rusuk (atau garis)  q maka graph G dinotasikan dengan G(p,q).
Koleksi atau kelompok graph yang banyak terapannya adalah graph terhubung. Pada Kegiatan Belajar 1 akan dibahas graph-graph terhubung serta beberapa konsep yang terkait seperti lintasan, lintasan dan sirkuit.
Misalkan  G sebuah  graph.  Suatu graph H  disebut subgraph  atau  graph  bagian  dari  G,  jika  V(H) Í  V(G) dan E(H) Í E(G). Jika suatu graph F isomorphik dengan subgraph H dari G, maka F juga merupakan subgraph dari G.

Contoh 1
Diberikan graph G dan H subgraph dari G, seperti tersaji pada Gambar 3.1. Misalkan F suatu graph yang isomorphik dengan H maka F merupakan subgraph dari G.



                                                                 






Gambar 3.1.

Perjalanan (Walk)

Misalkan  u dan v adalah simpul-simpul dari graph G. Perjalanan u-v di G adalah barisan berganti-ganti antara simpul dan rusuk dari G yang diawali dengan simpul u dan diakhiri dengan simpul v, sedemikian rupa sehingga setiap rusuk menghubungkan simpul-simpul tepat sebelumnya dan sesudahnya.

Contoh 2
Perhatikan Gambar 3.1, barisan : c, cb, b, bf, f, fc, c, cd, d, de, e, ed, d    adalah perjalanan c – d. Sedangkan barisan : a, af, f, fb, b, bc, c, de, e adalah bukan perjalanan a-e, karena rusuk de tidak menghubungkan simpul sebelumnya, yaitu c dan simpul sesudahnya, yaitu e.
Berdasarkan pengertian ini, dapat diketahui bahwa dalam perjalanan membolehkan pengulangan simpul atau rusuknya. Sebagaimana pada contoh perjalanan c-d, baik simpul c maupun rusuk de muncul dua kali (berulang).
Sesungguhnya dalam suatu perjalanan, kita hanya memerlukan daftar dari simpul-simpulnya. Hal itu karena setiap rusuk dalam suatu perjalanan selalu menghubungkan simpul sebelum dan sesudahnya. Artinya, dengan hanya menyajikan daftar simpul-simpulnya, dapat langsung diketahui rusuk-rusuknya juga. Dengan demikian suatu perjalanan dapat disajikan secara lebih sederhana. Sebagai contoh, perjalanan c-d dapat dituliskan cukup barisan :   c, b, f, c, d, e, d.

JEJAK (Trail)

Suatu jejak  u-v (u-v trail) di dalam graph G adalah perjalanan yang tidak mengulangi sebarang rusuk.

Contoh 2
Perhatikan Gambar 3.1. Perjalanan c-d pada  Contoh 1 bukan suatu jejak c-d, sebab rusuk de dilalui (berulang) dua kali. Sedangkan perjalanan c-d yang berbentuk   c. b. f. c. d  merupakan jejak c-d di graph G karena tidak terdapat pengulangan rusuk-rusuknya.

LINTASAN (path)
Suatu lintasan u-v (u-v path) adalah perjalanan u-v yang tidak mengulangi sebarang simpul dan sebarang rusuk. Dengan kata lain, suatu lintasan u-v adalah jejak u-v yang tidak mengulangi sebarang simpul.

Contoh 3
Perhatikan Gambar 3.1. Perjalanan  c, e, d  adalah lintasan c-d, sedangkan perjalanan c, b, f, c, d  merupakan jejak c-d, tetapi bukan merupakan lintasan c-d,  karena simpul c berulang.
.
Terhubung (connected)
Dua  buah  simpul u dan v di  dalam  graph G  dikatakan  terhubung (connected), jika  u = v,  atau jika u ¹ v, terdapatlah lintasan u-v di G. Suatu graph G dikatakan terhubung jika setiap dua simpul di G adalah terhubung, jika tidak demikian G disebut takterhubung (disconnected).

Contoh 4
Misalkan graph G, sebagaimana terlukis pada Gambar 3.2. di bawah. terhubung, sedangkan graph H tidak terhubung. Hal itu karena terdapat dua simpul pada H, yaitu w dan z yang tidak terhubung.

 






                                                          w                         z

            G                                              H
Gambar 3.2.

Komponen (component)
Suatu subgraph H dari graph G disebut komponen dari G jika H tidak termuat di dalam sebarang subgraph terhubung dari G yang mempunyai simpul dan rusuk lebih banyak daripada H.

Contoh 5
Perhatikan Gambar 3.3.,  graph G mempunyai empat komponen.








G
Gambar 3.3
        Berdasarkan pengertian komponen ini dapat diketahui bahwa suatu graph yang mempunyai komponen lebih dari satu akan membentuk suatu graph tidak terhubung. Sedangkan suatu graph yang hanya memiliki satu komponen adalah graph terhubung.  
        Jika G suatu graph yang tidak terhubung dan memiliki dua komponen yang berbentuk graph lengkap maka G disebut graph dengan komponen lengkap.

Contoh 6
Graph G adalah graph dengan komponen lengkap karena G memiliki 2 komponen graph lengkap, yaitu K4 dan K2.
 






                                                                                G

Sirkuit (Circuit), dan Sikel (cycle)

jejak u-v dengan sifat u = v dan paling sedikit memuat tiga rusuk disebut sirkuit. Dengan kata lain, suatu sirkuit  adalah jejak yang mempunyai simpul awal dan simpul akhirnya sama. Suatu sirkuit yang tidak mengulang sebarang simpul (terkecuali yang pertama dan terakhir) disebut sikel.

Contoh 7
Graph G yang terlukis pada Gambar 3.3, lintasan : a, b, c, e, b, f, a,
adalah suatu sirkuit tetapi bukan sikel, sebab simpul b terulang. Sedangkan lintasan : b, d, c, e, b   membentuk sirkuit dan sekaligus sikel.
Berdasarkan definisinya, diketahui bahwa suatu lintasan adalah barisan yang berganti-ganti antara simpul-simpul dan rusuk-rusuk. Meskipun kita telah membuat persetujuan  untuk menyajikan suatu lintasan dengan simpul-simpul, namun perlu diketahui bahwa suatu lintasan itu membentuk subgraph. Artinya, himpunan simpul dan rusuk yang ditetapkan oleh suatu lintasan membangun suatu subgraph.

Contoh 8
Perhatikan Gambar 3.3,  dengan mudah diketahui bahwa barisan : a, b, e, c, b, f  membentuk suatu  lintasan. Kemudian, jika didefinisikan subgraph H dari G dengan V(H) = {a, b, e, c, f} dan E(H) = {ab, be, ec,    cb, bf},  maka  didapat bahwa H juga suatu lintasan dalam G.
Pada umumnya, ada kebiasaan memandang subgraph tersusun atas simpul-simpul dan rusuk-rusuk dari suatu lintasan, lintasan, sirkuit atau sikel berturut-turut sebagai lintasan, lintasan, sirkuit, atau sikel.







Gambar 3.3.

      Berikut akan diberikan beberapa contoh yang terkait dengan graph terhubung dengan perluasannya.

Contoh 9
Misalkan G(p,q) adalah suatu graph dengan banyak simpul p dan banyak rusuk q. Jika nilai p = 2n untuk sebarang bilangan asli n, dan G mempunyai dua komponen lengkap. Buktikanlah bahwa banyaknya rusuk minimum q adalah: q(minim) = (p2 - 2p)/4. Kemudian, jika G mempunyai nilai q minimum tentukan jenis graph dari G(V,E)

Bukti
Berdasarkan definisi, diketahui bahwa graph lengkap, Kp, memiliki adalah p simpul sehingga banyaknya rusuk adalah p(p - 1)/2. Ingat, setiap 2 simpul menyumbang satu rusuk.
Diketahui G(V, E), dengan p = 2n dan mempunyai dua komponen. Misalkan komponen pertama mempunyai x simpul, maka komponen kedua memiliki (2n - x) simpul. Karena masing-masing komponen merupakan graph lengkap, maka komponen pertama Kx dan komponen kedua K2n-x. Banyaknya rusuk  masing-masing  komponen  adalah  x (x - 1)/2  dan  (2n - x)  (2n - x) (2n - x - 1)/2. Jadi, banyaknya rusuk graph G adalah
            q = x (x - 1)/2 + (2n - x)(2n - x - 1)/2
                   = (x2 - x + 4n2 - 4nx + x2 - 2n + x)/2
                   = x2 - 2nx + 2n2 - n
Perhatikan bahwa q merupakan fungsi kuadrat dalam variabel x. Nilai minimum q dicapai untuk  x = n, sehingga didapat  
            q minimum = n2 - 2n2 + 2n2 - n = n2 - n.
Tetapi menurut ketentuan, p = 2n atau n = p/2, sehingga diperoleh
            q minimum = (p2 - 2p)/4.
Jika  q  mengambil  nilai minimum ini  maka kedua komponen itu adalah    Kx = Kn dan K2n-x  = Kn. Jadi dua buah graph lengkap sebagai komponen G adalah graph lengkap Kp/2.

Contoh 10
Diberikan graph G(p,q) dengan p > 2.  Jika derajat setiap simpul v dari G lebih dari (p - 1)/2, biasa ditulis: der (v) > (p - 1)/2, untuk setiap v di G maka buktikan bahwa G terhubung!

Bukti. Pembuktian menggunakan teknik bukti kontrapositif. Andaikan graph G tak terhubung dan der (v) > (p - 1)/2. Karena G tak terhubung maka G mempunyai dua atau lebih komponen. Misalkan G1 salah satu komponen dari G dan  u sebuah simpul dalam G1. Karena setiap simpul dalam G berlaku   der(v) > (p - 1)/2 maka berlaku juga untuk simpul dalam G1, sehingga diperoleh   der(u) = (p - 1)/2. Akibatnya, banyaknya simpul-simpul  dalam G1 adalah 1 + (p – 1)/2 = (p + 1)/2. Berdasarkan fakta ini diketahui bahwa banyaknya simpul dalam G lebih dari dua kali (p + 1)/2, yakni, lebih dari p + 1. Dengan kata lain, jika G takterhubung dan der (v) > (p - 1)/2 maka banyak simpul > p+1, yakni tidak samadengan p. Kesimpulannya,  pernyataan pada Contoh 10 benar, yakni G suatu graph terhubung.

Contoh 11
Buktikanlah bahwa relasi terhubung yang didefinisikan dalam graph terhubung adalah relasi ekuivalen.
Sebelum membuktikan soal tersebut Anda diingatkan kembali arti relasi ekuivalen. Relasi ekuivalen adalah suatu relasi yang bersifat refleksif, simetris, dan transitif. Relasi ini memiliki peran penting dalam  matematika.. Lebih formalnya, suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi ekuivalen jika ketiga syarat berikut dipenuhi:
(i)    aRa untuk semua a Π A; yang disebut sifat refleksif
(ii)   aRb Þ bRa untuk semua a, b  Î A; yang disebut sifat simetris
(iii)  aRb dan  bRc Þ aRc untuk semua a, b, c Î A; yang disebut sifat transitif.
Sekarang akan kita buktikan contoh 3. Misalkan G graph terhubung dan a, b, c adalah tiga simpul sebarang di G.
(i)    Simpul a dan a terhubung menurut definisi keterhubungan. Sehingga terbukti  aRa.
(ii)   Misalkan a dan b terhubung atau aRb. Menurut definisi, terdapat lintasan a-b. Lintasan ini dapat dinyatakan dalam barisan simpul: a, p, q, ..., x, b. Jika barisan simpul ini kita balik urutannya maka didapat barisan:          b, x, ..., q, p, a. Berdasarkan definisi, barisan ini menunjukkan adanya lintasan b-a sehingga simpul b dan a terhubung atau bRa. Dengan demikian, jika diketahui aRb kita peroleh bRa, dan terbukti bRb Þ bRa.
(iii)  Misalkan simpul a dan b terhubung dan simpul b dan c terhubung. Dengan kata lain diketahui aRb dan bRc. Akan kita buktikan aRc. Karena aRb dan bRc, maka terdapat lintasan a-b dengan barisan simpul: a, c, d, ..., t, b dan lintasan b-c dengan barisan simpul; b, p, q, ..., z, c. Jika barisan ini kita gabungan diperoleh: a, c, d, ..., t, b, p, q, ..., z, c. Barisan ini menunjukkan adanya lintasan a-c atau aRb dan bRc Þ aRc.



Simpul Pemotongan dan Jembatan

Pada bagian ini, Anda akan diperkenalkan dengan kelompok simpul dan rusuk yang dalam beberapa hal memiliki banyak kemiripan.
Jika e adalah suatu rusuk dalam graph G, maka G – e adalah subgraph dari G yang mempunyai banyak simpul sama dengan G dan mempunyai banyak rusuk seperti G terkecuali sebuah rusuk e. Jika v adalah suatu simpul dalam graph G yang paling sedikit mempunyai dua simpul, maka G – v adalah subgraph dari G yang himpunan simpulnya memuat semua simpul dari G terkecuali v dan himpunan rusuk terdiri atas semua rusuk di G terkecuali rusuk-rusuk yang bertemu (hadir) di v.
Suatu simpul v di dalam graph terhubung G disebut simpul pemotongan (cut-vertex) jika G – v  takterhubung.

Contoh 11
Graph G yang tersaji pada Gambar 3.4, simpul c adalah satu-satunya simpul pemotongan.
Sekarang perhatikan konsep yang terkait untuk rusuk-rusuk. Rusuk e di dalam graph terhubung G disebut suatu jembatan (bridge) jika G – e takterhubung.














Gambar 3.4.

Contoh 12
Perhatikan  Gambar 3.4, rusuk r4 adalah suatu jembatan karena G - r4 membentuk graph tak terhubung.
Jika v adalah simpul pemotongan dari graph terhubung G, maka G – v memuat dua atau  lebih komponen. Akan tetapi, jika  e suatu jembatan dari G, maka G – e mempunyai tepat dua komponen. Teorema berikut ini akan menunjukkan rusuk-rusuk yang mana saja dari suatu graph merupakan suatu jembatan.

Teorema 3.1. tidak
Misalkan G adalah graph terhubung.  Suatu rusuk e di G adalah suatu jembatan di G jika dan hanya rusuk e tidak terletak dalam sebarang sikel di G.
Sebelum membuktikan teorema di atas, perlu diingat bahwa teorema itu suatu biimplikasi (memuat syarat perlu dan cukup). Teorema 3.1. terdiri atas dua pernyataan yang masing-masing harus dibuktikan. Kedua pernyataan itu adalah sebagai berikut:
(1)   Syarat perlu :
        Jika e adalah suatu jembatan dalam graph terhubung G, maka rusuk e tidak terletak dalam sebarang sikel C di G.
(2)     Syarat Cukup
Jika C sebarang sikel di graph terhubung G, dan e suatu rusuk di G yang tidak termuat di C, maka e suatu jembatan di G.

Bukti (1)
Dibuktikan dengan teknik kontrapositif. Misalkan rusuk e = ab adalah jembatan di graph terhubung G yang termuat dalam sikel C : a, b, c, d, ..., x, a. Maka subgraph G – e memuat lintasan a-b, yakni, a, x, ..., d, c, b.  Akan ditunjukkan bahwa G – e terhubung.
Misalkan a1 dan b1 adalah dua simpul sebarang dalam subgraph G – e. Akan ditunjukkan bahwa G - e memuat lintasan a1 – b1 . Hal itu sesuai dengan definisi graph terhubung. Karena G diketahui diketahui, maka ada lintasan  yang menghubungkan simpul a1 dan b1. Misal kita namakan lintasan ini J. Jika jembatan e tidak terletak di lintasan J, maka lintasan J pun adalah lintasan di G – e, maka G – e terhubung. Sekarang andaikan jembatan e terletak pada lintasan J. Maka lintasan J dapat dinyatakan dalam barisan a1, ..., a, b, ..., b1 atau dalam a1, ..., b, a, ..., a1. Dalam kasus pertama, a1 terhubungkan ke a, atau a1Ra dan b terhubungkan ke b1, atau bRb1 di G - e, sedangkan dalam kasus kedua, a1 terhubungkan ke b atau a1Rb dan a terhubungkan ke a1 atau aRa1. Dan telah kita lihat bahwa a dan b di G - e terhubung atau aRb. Karena relasi “keterhubungan”, adalah relasi ekuivalen, jadi transitif, maka a1Ra, aRb, bRb1 berakibat a1Rb1 atau a1 dan b1 terhubungkan. Maka jika e termuat dalam sikel, subgraph terhubung  G - e, dan demikian e bukanlah jembatan. Kontradiksi dengan ketentuan. Pengandaian  yang mengatakan bahwa e terletak di J harus diingkar.

Bukti (2)
Akan dibuktikan dengan teknik kontrapositif. Andaikan graph G terhubung dan rusuk e = ab bukan jembatan di G. Akan kita buktikan bahwa rusuk e termuat dalam suatu jembatan di G. Karena rusuk e bukan jembatan, akibatnya G - e terhubung. Dengan demikian terdapat lintasan a-b di G - e. Lintasan ini kita namakan J. Tetapi J bersama-sama e membentuk suatu sikel di G yang memuat jembatan e. Kontradiksi dengan pengandaian.
Berdasarkan hasil (1) dan (2), terbuktilah contoh 3.

Contoh 12
Misalkan G adalah graph terhubung dan semua simpulnya berderajat genap.  Buktikanlah bahwa G tidak mungkin memuat jembatan!

Bukti
Akan dibuktikan d teknik kontradiksi. Andaikan graph terhubung G memuat jembatan e = ab. Maka G – e terhubung, dan terdiri atas dua komponen. Salah satu komponen G1 memuat simpul a dan komponen yang lain G2 memuat simpul b. Semua simpul dalam graph G1 berderajat genap terkecuali simpul a, yakni, simpul a berderajat ganjil. Tetapi hal ini kontradiksi dengan sifat yang mengatakan bahwa banyaknya simpul berderajat ganjil. Tetapi hal ini kontradiksi dengan sifat yang mengatakan bahwa banyaknya simpul berderajat ganjil adalah genap. Pengandaian itu salah. Graph G tidak memuat jembatan.




Contoh 13
Misalkan G adalah graph terhubung, dan misalkan a, b, dan c adalah tiga simpul di G. Diketahui pula bahwa setiap lintasan a-b simpul c. Bagaimanakah sifat simpul c? Buktikan jawaban Anda!

Penyelesaian
Misalkan J sebarang lintasan a - b di G, yang memuat simpul c. lintasan J dapat dinyatakan dalam barisan simpul: a, p, ..., s, c, t, ..., b. Jika simpul c disingkirkan, maka subgraph G – c terdiri atas dua atau lebih komponen, dan tidak ada satu pun lintasan a-b. Jadi simpul c adalah simpul pemotongan.

GRAPH BERLABEL
Suatu graph G disebut graph berlabel jika semua rusuk-rusuknya atau simpul-simpulnya dikawankan dengan suatu bilangan atau data lainnya. Khususnya, jika setiap rusuk e di G diberikan bilangan tak negatif k(e), maka k(e) disebut berat, bobot atau panjang dari rusuk e. Gambar 3.5 menunjukkan suatu graph berlabel dengan panjang setiap rusuknya diberikan dengan memberikan bilangan pada gambarnya. Panjang  lintasan u-v adalah jumlah panjang rusuk-rusuk dalam lintasan u-v. Kita dapat menafsirkan bahwa simpul-simpulnya adalah kota-kota dan label k(e) sebagai jarak antara kota-kota itu. Permasalahan yang penting di sini adalah mencari lintasan minimum dari dua kota yang diketahui.

Contoh 14
Diberikan graph G, sebagai berikut
 








                                                Gambar 3.5.
Kita akan menemukan banyak lintasan P-Q dengan panjang yang bervariasi. Misal lintasan P-Q : P, D, E, F, Q, dengan panjang 4+6+4+2 = 16. Dengan cara yang sama akan diperoleh lintasan P-Q yang lain.

Ternyata, lintasan  P-Q minimum  adalah lintasan  :   P, A, D, B, E, C, Q  yang panjangnya 14 satuan. Coba Anda  mencoba lintasan  yang lain, pasti panjangnya akan lebih besar atau sama dengan 14.

LINTASAN TERPENDEK
        Konsep lintasan akan memberikan banyak manfaat bag kita. Khususnya dalam menentukan lintasan terpendek sehingga dapat meminimkan waktu dan beaya.
Lintasan terpendek adalah lintasan dengan sifat jumlah nilai rusuk-rusuk yang dilaluinya terkecil (S k(e) minimum). Untuk graph dengan banyak rusuk yang relatif sedikit, lintasan terpendek dari simpul a ke simpul z dengan mudah dapat dicari, bahkan dengan mencongak. Tetapi untuk graph dengan banyak rusuk yang besar, pencarian lintasan terpendek tidak lagi mudah. Untuk menentukannya dibutuhkan suatu alat bantu yang biasa disebut algoritma. Algoritma ini memberikan cara menghitung lintasan terpendek dari simpul yang diketahui a ke seluruh simpul. Misalkan k(e) menyatakan panjang rusuk e, dan misalkan m adalah variabel panjang yang akan dihitung. Untuk kenaikan nilai-nilai m, algoritma itu dikerjakan dengan cara memberikan label pada simpul-simpul yang lintasan terpendeknya dari simpul a adalah m. Algoritma menentukan lintasan terpendek diketahui oleh E. W. Dijkstra. Detailnya akan dibahas pada bagian berikut.

ALGORITMA LINTASAN TERPENDEK (ALGORITMA DIJKSTRA)
Ada beberapa versi algoritma Dijkstra untuk mencari lintasan terpendek dari simpul a ke simpul z dalam graph terhubung G.  Salah satu versinya adalah sebagai berikut:
1.       Tetapkan m = 1 dan berikan pada simpul a dengan (-, 0) (tanda “-” berarti kosong).
2.       Periksa setiap rusuk e = pq dari simpul berlabel p ke beberapa simpul tak berlabel q. Misalkan label p adalah (r, k(p)). Jika k(p) + k(e) = m, berikan simpul q dengan label (p, m).
3.       Jika semua simpul belum berlabel, naikan m dengan 1 dan terus ke Langkah (2). Jika tidak demikian, teruskan ke Langkah (4). Jika Anda hanya tertarik untuk mencari lintasan terpendek ke z, maka jika z telah berlabel kita dapat terus ke Langkah (4).
4.       Untuk sebarang simpul y, lintasan terpendek dari simpul a ke y mempunyai panjang k(y), yakni, bagian kedua dari label y; dan lintasan demikian dapat diperoleh dengan cara melacak balik atau mundur dari y (dengan menggunakan bagian pertama dari label) seperti diberikan atau dideskripsikan di bawah ini.
Perhatikan bahwa jarak (panjang) dari simpul a ke simpul tertentu, algoritma ini menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Berapakah panjang yang dapat diperoleh dengan kenaikan 1  unit?, berapa dengan 2 unit, dengan 3 unit, ..., dengan m unit, ...?. Verifikasi formal untuk algoritma ini memerlukan induksi  matematik (atas bilangan pada simpul-simpul berlabel).
Ide kuncinya adalah bahwa untuk mencari lintasan terpendek dari simpul a ke sebarang simpul  yang lain, kita harus mencari lintasan terpendek dari simpul a ke simpul-simpul ‘penyela’. Jika Ji = v1, v2, ..., vi  adalah lintasan  terpendek ke simpul vi, maka Ji = Ji-1 + (vi-1, vi ) dengan Ji-1 = v1, v2, ..., vi-1 adalah lintasan terpendek ke vi-1. Demikian pula Ji-1 = Ji-2 + (vi-2,vi-1) dan seterusnya.
Untuk mencatat lintasan terpendek ke vi , kita perlu menyimpannya (sebagai bagian = ‘absis’, atau pasangan pertama dari label dalam algoritma di atas) adalah nama untuk simpul terakhir berikutnya pada Ji , yakni, vi-1 pada  lintasan adalah vi-2, simpul terakhir berikutnya pada Ji-2. Dengan terus melacak balik proses ini, kita dapat menemukan keseluruhan Ji.
Algoritma yang diberikan di atas jelas memiliki ketidakefisienan. Jika semua jumlah dari k(p) + k(e) dalam Langkah 2 bernilai paling sedikit m’ > m, maka panjang yang akan dihitung m segera saja dinaikkan ke m’.

Contoh 15
Sepasang  suami istri ingin bepergian dari simpul N (Nganjuk) ke simpul R (Rangkasbitung) melalui jaringan jalan raya, seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.6.









3
 

2
 











Gambar 3.6.
Penyelesaian.
Kita gunakan Algoritma Lintasan terpendek. Pertama, N kita berikan label N(-, 0). Untuk m = 1, tidak dapat melakukan pelabelan (Periksalah rusuk-rusuk Nb, Nd, dan Nf). Untuk m = 2, k(N) + k(Nb) = 0 + 2 = 2, dan dengan demikian simpul b kita berikan label (N, 2). Untuk m = 3 atau 4, kita tidak dapat memberikan pelabelan baru. Untuk m = 5, k(b) + k(bc) = 2 + 3 = 5, dan dengan demikian simpul c kita berikan label (b, 5). Kita dapat meneruskan cara ini untuk melabelkan simpul-simpul seperti dalam Gambar 3.6. Akhirnya, dengan melacak mundur dari simpul R kita memperoleh: R-m-j-k-h-d-c-b-N, yang panjangnya 24 unit (5 + 2 + 3 + 5 + 2 + 2 + 3 + 2 = 24). Jadi lintasan terpendek yang dicari adalah (dibalik): N-b-c-d-h-k-j-m-R.














 






1)       Buktikanlah bahwa suatu graph G adalah terhubung jika dan hanya jika untuk setiap dua simpul sebarang u dan v di G, terdapat perjalanan u-v    di G.
2)       Misalkan G1 dan G2 adalah graph-graph yang isomorphik. Buktikanlah bahwa jika G1 terhubung, maka G2 juga terhubung!
3)       Jika G adalah graph terhubung yang tidak isomorphik dengan K2, dan jika e adalah suatu jembatan di G, buktikanlah bahwa e bertemu (hadir) dengan simpul pemotongan di G!
4)       Apakah Teorema 3.1 masih tetap benar jika kata “sikel” ditukar dengan kata “sirkuit”? Jelaskan jawab Anda!
5)       Pada Gambar 3.6, carilah lintasan terpendek dari simpul c ke simpul m, dengan menggunakan algoritma Dijkstra!

Petunjuk Jawaban Latihan

1)       (i)    Jika G terhubung, maka untuk setiap pasang simpul u dan v di G terdapat lintasan u-v di G. Karena suatu lintasan adalah perjalanan maka terdapat perjalanan u-v di G.
        (ii)   Di G berlaku untuk setiap dua simpul u dan v ada perjalanan u-v,  tinggal menunjukkan bahwa perjalanan u-v di G memuat lintasan u-v di G. Dalam perjalanan u-v ada kemungkinan mengulang rusuk atau simpul. Mengingat relasi terhubung adalah relasi ekuivalen, simpul atau rusuk yang terulang dalam perjalanan itu dapat dibuang. Hal itu berakibat suatu perjalanan u-v dapat dibentuk menjadi lintasan u-v. Sebagai ilustrasi, perjalanan u-v: u, c, ..., p, c, d, ..., v  dapat dibentuk menjadi lintasan u-v:  u, c..., p, d, ..., v.          
2)       Dua buah graph yang isomorphik terdapat korespondensi 1-1 antara simpul-simpul dan rusuk-rusuk dan ‘mempertahankan’ keterhubungan. Karena Graph G1 terhubung, maka ada lintasan u1 – v1 di G1 untuk dua simpul sebarang di  G1. Karena G1 dan G2 isomorphik, maka di G2 terdapat lintasan u2 - v2. Jadi  G2 terhubung.
3)       Graph G paling sedikit mempunyai 3 simpul. Karena G terhubung dan mempunyai rusuk e sebagai jembatan, maka G - e tepat mempunyai dua komponen dan setiap komponen adalah terhubung. Menurut Teorema 3.1, rusuk e tidak termuat dalam sikel di G yang manapun. Jika e = uv, maka graph G - v paling sedikit terdiri atas dua komponen yang masing-masing tidak memuat rusuk e = uv. Jadi u dan v adalah simpul pemotongan.
4)       Benar.  Sebab, setiap sirkuit adalah sikel.
5)       14. c-d-h-k-j-m.

 




Dalam graph G, perjalanan u-v adalah barisan berganti-ganti antara simpul dan rusuk di G, diawali dan diakhiri dengan simpul, setiap rusuk menghubungkan 2 simpul tepat di depan dan dibelakannya dalam barisan itu.
Perjalanan yang tidak mengulang rusuk disebut jejak. Suatu jejak yang tidak mengulang simpul disebut lintasan. Jejak yang simpul awal dan akhirnya berimpitan disebut sirkuit. Sirkuit yang tidak mengulang simpul disebut sikel. Suatu graph G dikatakan terhubung jika setiap pasang simpul u dan v di G ada jejak u-v di G.
Jika graph G terhubung dan rusuk e suatu jembatan, maka G - e adalah graph terhubung dengan dua komponen. Simpul v dalam graph terhubung G disebut simpul pemotongan jika G - v adalah graph takterhubung dan paling sedikit terdiri atas dua komponen.
Graph G disebut berlabel jika setiap rusuk atau simpul di G dikawankan dengan suatu bilangan tertentu atau data tertentu. Panjang perjalanan adalah jumlah bilangan pada rusuk-rusuk yang digunakan dalam perjalanan itu.










 



  

1)    Manakah di antara contoh graph di bawah ini takterhubung dengan tiga komponen dengan sifat ketiga komponennya isomorphik:

       

 




A.    G1 dan G3
B.    G2 dan G3
C.    G1 dan G2
D.    G2 dan G4

2)    Graph G(V,E) adalah graph takterhubung, dengan banyak simpul p. Jika banyaknya komponen dari G melebihi p, maka banyaknya anggota himpunan graph yang demikian adalah ....
A.    takhingga
B.    tepat satu
C.    paling banyak = p
D.    hampa/kosong

3)    Perhatikanlah graph G pada Gambar 3.7 di bawah ini:
 









                                                                               
        Barisan simpul A, B, C, F, E, F adalah ....
A.    lintasan yang bukan lintasan
B.    sirkuit
C.    sikel
D.    lintasan
4)    Barisan  simpul  C, E, B, D, E, F, C dalam graph pada Gambar 3.7 adalah ....
A.    lintasan
B.    sikel
C.    sirkuit
D.    sikel yang bukan sirkuit

5)    Barisan simpul A, C, F, E, D, C, A dalam graph G pada Gambar 3.7 adalah ....
A.    perjalanan
B.    sirkuit
C.    lintasan
D.    lintasan

6)    Perhatikan graph pada Gambar 3.8 di bawah ini

       







                                                               
       
        Berapakah banyaknya titik pemotong dalam graph G pada Gambar 3.8?
A.    0
B.    1
C.    2
D.    3

7)    Perhatikanlah graph G pada Gambar 3.8. Berapakah banyaknya jembatan dalam graph itu?
A.    0
B.    1             
C.    2
D.    3




8)    G adalah graph dengan 11 simpul, rusuk e adalah jembatan dan simpul v adalah simpul pemotong. Maka terdapatlah sebuah komponen dari G - e dengan banyaknya simpul paling sedikit ....
A.    6 simpul
B.    7 simpul
C.    8 simpul
D.    9 simpul
       
        Untuk soal nomor 9 dan 10, perhatikanlah graph pada Gambar  3.9 di bawah ini.





















9)    Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra, hitunglah lintasan  terpendek dari A ke Y!
A.    19
B.    21
C.    23
D.    25




10)  Berapakah lintasan terpendek dari simpul D ke R dalam graph pada  Gambar 3.9?
A.    19
B.    21
C.    23
D.    25

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
 






Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
                                                       80 -  89%  = baik
                                                       70 -  79%  = cukup
                                                            < 70%  = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.




Kegiatan Belajar 2



Graph Euler



D
i tengah kota Konigberg (Rusia) terdapat sungai Pregel. Di tengah sungai itu terdapat dua buah pulau yang dihubungkan oleh sebuah jembatan. Pulau-pulau itu juga dihubungkan ke tepian-tepiannya. Salah satu pulau dihubungkan dengan 4 jembatan dan pulau yang satu lagi dengan dua jembatan. Jadi ada 7 jembatan seperti terlihat dalam Gambar 3.10. Permasalahannya adalah mungkinkah melewati ketujuh jembatan itu terus-menerus tanpa mengulangi salah satu jembatan?
Situasi di Konigsberg itu dapat disajikan dengan multigraph, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.11. Simpul-simpul itu menyajikan daerah tepian dan pulau-pulau, dan rusuk menyajikan jembatan-jembatan. Perlu diingat bahwa multigraph adalah graph di mana diperkenankan adanya dua simpul yang dihubungkan lebih dari satu rusuk.









         Gambar 3.10                                  Gambar 3.11

Masalah jembatan di Konigsberg sebenarnya adalah masalah menentukan apakah multigraph M pada Gambar 3.11 mempunyai lintasan (kemungkinan sirkuit) yang memuat semua rusuk. Anda mungkin menggunakan metode coba-coba, dan Anda mungkin akan memperoleh kesimpulan bahwa lintasan yang demikian tidak ada. Akan tetapi, bagaimana Anda membuktikan bahwa lintasan seperti itu tidak ada. Kita sajikan bukti ini dalam teorema berikut.

Teorema 3.2.
Multigraph M pada Gambar 3.11 tidak mempunyai lintasan yang memuat semua rusuknya.
Bukti
Dibuktikan dengan teknik kontrapositif. Andaikan multigraph tersebut mempunyai lintasan L yang memuat semua rusuk di M. Maka L berawal dari salah satu dari 4 simpul A, B, C, atau D dan berakhir pada salah satu dari simpul-simpul A, B, C, atau D. (pada simpul yang sama jika lintasan itu suatu sirkuit).  Diperoleh, paling sedikit ada dua simpul di antara A, B, C, dan D di mana L tidak berawal dan tidak berakhir. Misalkan simpul ini, di antara B, C, dan D kita namakan v.
Perhatikan bahwa setiap simpul B, C, dan D berderajat 3. Akibatnya, setelah suatu rusuk di L masuk pertama kali di v dan ada rusuk lainnya di L untuk meninggalkan v, tepat ada satu rusuk yang bertemu di v dan belum berada di L. Jadi v harus berada di L sekali lagi dengan masuk melalui rusuk yang bertemu di v dan belum digunakan. Akan tetapi setelah sampai di v untuk kedua kalinya, tidak ada lagi rusuk untuk keluar dari v, sehingga L harus berakhir di v. Hal ini tidak mungkin, sebab L tidak berakhir di v. Maka, tidak ada lintasan L, yang berarti kontradiksi dengan pengandaian.
Permasalahan jembatan Konigsberg pertama kali dipecahkan oleh matematikawan Swiss Leonhard Euler (1707-1783). Jenis lintasan seperti yang dicari dalam masalah jembatan Konigsberg itu telah digunakan untuk memberikan nama koleksi graph (multigraph)  dengan sifat ini.

a.    GRAPH EULER
Suatu sirkuit yang memuat semua simpul dan semua rusuk dari multigraph M disebut sirkuit Euler. Suatu graph yang memuat semua sirkuit Euler disebut graph Euler, sedangkan multigraph yang memuat sirkuit Euler disebut multigraph Euler.

Contoh 16
Graph G pada Gambar 3.12 adalah graph Euler sebab G memuat semua sirkuit Euler dari G.











Gambar 3.12.

Teorema berikut ini memberikan cara sederhana menentukan apakah suatu multigraph atau graph adalah multigraph atau graph Euler.

Teorema 3.3. tidak
Multigraph M adalah multigraph Euler jika dan hanya jika M, terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap.
Untuk membuktikan Teorema 3.3. harus dibuktikan dua  pernyataan yaitu:
1.     Jika multigraph M adalah multigraph Euler, maka M terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap.
2.     Jika multigraph M terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap, maka M adalah multigraph Euler.
Sebelum membuktikan teorema 3.3, Anda akan diberikan contoh prosedur yang digunakan dalam graph G pada Gambar 3.12. Perhatikan salah satu simpul, umpamanya a. Kita buat lintasan L berawal di simpul a dan sepanjang mungkin. Maksudnya, kalau bisa sekali pemilihan  sudah kita peroleh sirkuit yang memuat semua simpul dan rusuknya. Misalkan kita pilih, L: a, b, c, f, g, a, c, g, b, f, a. Dalam kasus ini, L bukanlah sirkuit Euler, sebab lintasan L  tidak memuat seluruh simpul dan rusuk di G. Akan tetapi, c adalah simpul pada L1 yang bertemu dengan rusuk-rusuk yang tidak termuat dalam L. Jika kita melanjutkan L1 sepanjang mungkin, salah satu pilihan L1 adalah: c, d, e, c. Sekarang kita masukkan L1 ke  dalam L dengan cara memasukkan c pada pertama kali dijumpai dalam barisan, dan Anda akan memperoleh:
                        a, b, c, d, e, c , f, g, a, c, g, b, f, a,
yang merupakan sirkuit Euler. 

        Sekarang kita buktikan kedua pernyataan dalam teorema tersebut.

Bukti (1)
Misalkan G graph Euler. Maka G memuat sirkuit Euler S, yang berawal dan berakhir, umpamanya di v simpul di G, setiap dua simpul di G terhubungkan oleh lintasan (yang dapat dimodifikasi menjadi suatu lintasan). Jadi G terhubung. Sekarang, tinggal menunjukkan bahwa setiap simpul berderajat genap. Pertama, perhatikan sebarang simpul u dalam G yang bukan v. Karena u bukan simpul awal dan bukan simpul akhir dari S maka setiap kali kita masuk ke u melalui suatu rusuk dan keluar melalui rusuk yang lain. Dengan demikian setiap kali S melalui simpul u derajat simpul u bertambah (naik) dengan 2. Akibatnya, simpul u berderajat genap. Karena u simpul sebarang dalam G maka semua simpul dalam G, selain v mempunyai derajat genap. Tinggal membuktikan simpul v berderajat genap. Dalam kasus simpul v, setiap kali masuk ke v, kecuali yang pertama kali dan terakhir kali, derajat simpul v juga naik dengan 2, dan pada saat pertama kali meninggalkan v serta masuk kembali ke v yang terakhir kalinya, maka  derajatnya bertambah 2. Jadi v juga berderajat genap.

Bukti (2)
Diketahui graph G terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap. Akan dibuktikan bahwa G adalah graph Euler. Pilih sebuah simpul v di G, dan suatu lintasan L berawal di v. Lanjutkan lintasan ini sepanjang mungkin sampai pada simpul w sedemikian rupa sehingga hanya rusuk-rusuk yang bertemu dengan w, telah berada di L semua. Maka L tak dapat dilanjutkan. 
Akan diperlihatkan bawah w = v. Andaikan w ¹ v. Setiap kali lintasan masuk dan keluar dari w, kita menggunakan 2 rusuk. Ketika lintasan masuk ke w untuk terakhir kalinya, hanya digunakan satu rusuk. sehingga simpul w berderajat ganjil. Akan tetapi, diketahui bahwa w berderajat genap akibatnya harus ada paling sedikit satu rusuk yang bertemu di w, untuk  jalan keluar dari w, yang bukan berada di L. Artinya L dapat dilanjutkan dan tidak berhenti di w, jika w ¹ v. Hal ini kontradiksi dengan hipotesa dan dapat disimpulkan bahwa w = v, dan terbuktilah bahwa L adalah sirkuit. Tinggal membuktikan bahwa L memuat semua rusuk dan simpul di G.
Misalkan sirkuit L tidak memuat semua rusuk di G. Karena G terhubung, harus ada paling sedikit satu simpul  u di L yang bertemu dengan rusuk-rusuk yang tidak di L. Singkirkan simpul u di G dan perhatikan submultigraph H yang terjadi. Karena L tidak memuat semua rusuk di G, maka H pasti masih mempunyai rusuk. Selanjutnya setiap simpul di L bertemu dengan rusuk di L yang banyaknya genap. Misalkan H1 adalah simpul di L bertemu dengan rusuk di L yang banyaknya genap. Misalkan H1  adalah komponen dari H yang memuat simpul u. Jika kita membuat lintasan L1 yang berawal di u sepanjang mungkin, maka L1, seperti terdahulu, harus berakhir di u (yakni, L1 harus merupakan sirkuit). Sekarang ada cara membuat sirkuit S1 berawal dan berakhir di v, yang mempunyai lebih banyak rusuk daripada L. Hal ini kita kerjakan dengan memasukkan sirkuit L1 ke dalam sirkuit L pada tempat terjadinya u.
Jika S1 telah memuat semua rusuk dan simpul di G, maka S1 adalah sirkuit Euler di G dan G adalah multigraph Euler. Jika S1 tidak memuat semua rusuk dan simpul di G prosedur di atas dapat diulangi, sehingga akhirnya akan diperoleh sirkuit Euler di G (prosedur ini akan berakhir/selesai karena multigraph diasumsikan berhingga). Jadi, terbukti bahwa L adalah sirkuit yang memuat semua simpul dan rusuk di G sehingga G adalah graph Euler.
Sekarang kita perhatikan konsep yang analog. Jika suatu graph G mempunyai lintasan, bukan sirkuit, yang memuat semua simpul dan rusuk di G, maka G disebut graph terlacak (traversabel graph) dan lintasan itu disebut lintasan Euler.

Contoh 15
Diberikan graph G, seperti terlukis pada Gambar 3.13 berikut.






Gambar 3.13.
Graph G bukan graph Euler, sebab terdapat simpul di G yang berderajat ganjil. Akan tetapi, graph G merupakan graph terlacak karena memiliki lintasan Euler L: a, b, d, c, b, b, e, d.
Teorema berikut menyatakan persyaratan graph terlacak. Bukti teorema ini sangat mudah dan ditinggalkan sebagai latihan.

Teorema 3.4. Multigraph G adalah terlacak jika dan hanya jika G terhubung dan tepat mempunyai dua simpul ganjil. tidak
Selanjutnya, setiap lintasan Euler di G berawal pada salah satu dari simpul berderajat ganjil dan berakhir pada simpul ganjil yang satu lagi.
Sekarang jelas bahwa multigraph pada Gambar 3.11 (Masalah Jembatan Konigsberg) bukan graph Euler dan bukan graph terlacak. Jadi tidak ada lintasan di M yang memuat semua rusuk di M.
Sifat penting dari multigraph Euler dan terlacak adalah bahwa apabila sekali simpul telah digambar, kita dapat menggambar seluruh multigraphnya dalam satu gerakan terus menerus. Dengan kata lain, rusuk-rusuk dalam multigraph terhubung dapat digambar “tanpa mengangkat pensil dari kertas gambar” asalkan banyaknya simpul berderajat ganjil adalah dua atau nol.

Contoh 16
Gambar 3.14 menunjukkan denah perjalanan dan kota-kota yang dilewati. Jika Anda tinggal di kota A, mungkinkah Anda berjalan keliling kota-kota berawal di A tepat melalui jalan-jalan itu sekali saja? Jika Anda tinggal di kota B, mungkin hal itu dikerjakan?








Gambar 3.14.


Penyelesaian
Untuk menyelesaikan masalah ini, kita pandang denah itu sebagai multigraph. Perhatikanlah bahwa semua simpul berderajat genap dan terhubung. Maka, multigraph itu adalah multigraph Euler dan memuat sirkuit Euler S. Sirkuit S memuat setiap rusuk dari graph G masing-masing sekali dan simpul-simpul boleh jadi berulang. Oleh karena sirkuit dapat berawal dari sebarang simpul, maka dari simpul manapun dapat memulai perjalanan mengelilingi denah kota tersebut. Jadi, baik dari kota A maupun B dapat melakukan perjalanan mengelilingi denah kota dengan melalui jalan-jalan tepat sekali dan kembali ke kota awal.

Contoh 17
Gambar 3.15 adalah denah sebuah rumah dengan beberapa ruang dan beberapa pintu yang menghubungkan ruang-ruang atau dengan bagian luar. Mungkinkah seseorang berjalan dengan berawal pada suatu tempat (baik di dalam maupun di luar rumah) dengan terus menerus dan melalui semua pintu hanya sekali?

Penyelesaian
Kita dapat menggunakan multigraph sebagai model matematika pada permasalahan ini.  Pertama-tama kita sajikan ruang-ruang itu sebagai simpul. Setiap dua simpul dihubungkan oleh rusuk-rusuk sesuai dengan banyaknya pintu antara ruang-ruang yang bersangkutan (termasuk ‘ruang’ di luar rumah).  Graph representasi dari masalah ini tersaji pada Gambar 3.15 (b). Jawaban terhadap pertanyaan ini bergantung apakah multigraph itu multigraph Euler, terlacak, atau bukan.







                                                                        G
Gambar 3.15.
Dari Gambar 3.15 (b), tampak bahwa simpul-simpul B, D, E, dan O berderajat ganjil, sehingga multigraph itu bukan multigraph Euler, bukan pula terlacak (sebab lebih dari 2 simpul yang berderajat ganjil). Jadi, tidaklah mungkin berjalan melalui seluruh pintu tepat sekali.

GRAPH HAMILTON

Pada seksi ini akan dibahas konsep sikel Hamilton.  Suatu konsep yang mirip dengan sirkuit Euler, yang demukan oleh Sir William Rowan Hamilton, 1805 - 1865, seorang matematikawan Irlandia.
Suatu graph G disebut graph Hamilton jika di G terdapat sikel yang memuat setiap simpul di G. Suatu sikel yang memuat semua simpul di G dinamakan sikel Hamilton. Jadi graph Hamilton adalah graph yang memuat sikel Hamilton.

Contoh 18
Perhatikan graph Graph pada Gambar 3.16 berikut.  Graph G1 memuat sikel Hamilton, misal  a, b, e, d, c, a sehingga membentuk graph Hamilton.






Gambar 3.16
Graph G2 bukan merupakan grap Hamilton. Untuk membuktikan G2 bukan graph Hamilton, digunakan teknik kontrapositif. Andaikan G2 graph Hamilton, maka ia memuat sikel Hamilton S. Karena sikel S memuat setiap simpul di G2; maka S memuat b, c, dan d. Masing-masing b, c, dan d berderajat 2. Dengan demikian S harus memuat dua rusuk yang bertemu dengan setiap b, c, dan d. Hal ini berarti bahwa S memuat, misalnya, ketiga rusuk ab, ac, dan ad. Akan tetapi, sebarang sikel hanya dapat memuat dua rusuk yang bertemu dengan suatu simpul pada sikel (ingat sikel tidak mengulang simpul). Sedangkan dalam sikel ini, a sudah memuat 3 rusuk sehingga S bukan sikel Hamilton. Jadi G2 tidak mungkin memuat sikel Hamilton yang berarti bukan graph Hamilton. Kontradiksi dengan pengandaian G2 sebagai graph Hamilton.
Berikut ini adalah teorema yang menyatakan syarat perlu bagi suatu graph agar menjadi graph Hamilton.
Teorema 3.5. Jika G adalah graph dengan banyak simpul p > 3, sedemikian rupa sehingga derajat setiap simpul v di G minimal p/2 (dengan kata lain der(v)  > 2 untuk setiap v di G), maka G adalah graph Hamilton.

Catatan
Anda harus faham bahwa pernyataan dalam  Teorema 3.5 itu adalah syarat perlu, bukan  syarat  perlu  dan  cukup.  Artinya, terdapat suatu graph G dengan p > 3 dan deg v <  p/ 2 untuk setiap v di G adalah graph Hamilton.

Contoh 16
Misalkan G adalah graph ‘segi lima’ ( P5), maka didapat p = 5 dan  der(v) = 2 < 5/2. Akan tetapi G memuat sikel Hamilton sehingga G adalah graph Hamilton.  

Bukti
Untuk membuktikan Teorema 3.5, digunakan metode induksi matematika atas banyaknya simpul p di G.
1.       Jika G  mempunyai p = 3 dan der v > 3/2 untuk setiap v di G, maka der v = 2 sehingga  didapat graph G = K3. Jadi G adalah graph Hamilton dan teorema benar untuk p = 3.
2.       Teorema dianggap benar untuk p > 4. Misalkan J adalah lintasan terpanjang di G.
Misalkan J : u1, u2, ..., uk, seperti pada Gambar 3.17. Ini berarti bahwa J memuat simpul paling banyak yang mungkin dimuat oleh J di G.
Karena tidak ada lagi lintasan di G yang memuat simpul lebih banyak daripada simpul yang dimiliki J,  maka setiap simpul yang bertemu dengan u1 harus berada di J. Hal itu juga berlaku, setiap simpul yang bertemu (atau disebut juga “berdekatan”) dengan uk harus berada di J. Karena u1 paling sedikit berdekatan dengan p/2 simpul yang semuanya berada di J, maka J paling sedikit memuat sebanyak   1 + p/2 simpul.






Gambar 3.17.

Selanjutnya, haruslah terdapat simpul ui di J, dengan 2 < i < k, sedemikan rupa sehingga ui berdekatan dengan u1 dan uk berdekatan dengan ui-1. Jika tidak demikian, maka untuk setiap simpul ui berdekatan dengan u1, dan simpul ui-1 tidak akan berdekatan dengan uk. Akan tetapi,  karena paling sedikit ada p/2 simpul-simpul ui berdekatan dengan simpul u1, maka akan ada paling sedikit p/2 simpul-simpul ui-1 yang tidak  akan berdekatan dengan uk. Akibatnya der uk < (p - 1) - p/2 < p/2  dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, sebab der uk > p/2. Dengan demikian, terdapat suatu simpul ui di J sedemikian  rupa sehingga u1ui dan ui-1 uk  kedua-duanya merupakan rusuk G (periksa Gambar 3.18). Akibatnya, terdapat sikel S: u1, ui, ui+1, ..., uk-1 uk-2, ..., u1 yang memuat semua simpul di J.







Gambar 3.18.

Jika semua simpul di G telah berada di S, maka S adalah sikel Hamilton dan G adalah graph Hamilton.
Misalkan ada suatu simpul w di G yang tidak berada di S. Karena S memuat paling sedikit 1 + p/2 simpul, sebanyak kurang dari p/2 simpul di G tidak berada di S. Karena der w > p/2, maka simpul w harus berdekatan dengan suatu simpul uj di S. Akan tetapi, rusuk uwj dan S membangun lintasan yang banyaknya simpul 1 lebih banyak daripada simpul-simpul yang berada di J. Kondisi ini tidak mungkin terjadi sebab J memuat simpul-simpul paling banyak. Kontradiksi ini berakibat bahwa S memuat semua simpul di G, sehingga G adalah graph Hamilton.
Untuk menentukan keberadaan sirkuit Hamilton, jika ada dapat dilakukan dengan cara mencoba-coba. Hal tersebut mudah jika  untuk graph dengan banyak simpul sedikit. Akan tetapi membuktikan bahwa tidak ada sirkuit Hamilton dalam suatu graph yang diketahui,  dapat menjadi sangat sulit.
Kita akan memusatkan diri pada masalah bagaimana menunjukkan bahwa tidak adanya sirkuit Hamilton dalam suatu graph. Tidak adanya sirkuit Hamilton memerlukan sejenis sistem analisis logis. Berikut ini adalah tiga aturan yang harus diikuti. Ide dasar dari aturan ini adalah bahwa dalam suatu sirkuit Hamilton setiap simpul harus hanya ada dua rusuk yang bertemu padanya; dengan kata lain setiap simpul dalam sirkuit Hamilton harus hanya berderajat dua. Detailnya sebagai berikut :
Aturan 1.    Jika simpul v berderajat 2, kedua rusuk yang bertemu di v harus merupakan bagian dari sirkuit Hamilton.
Aturan 2.    Tidak ada subsirkuit sejati, yakni sirkuit yang tidak memuat semua simpul di dalam graphnya, tidak dapat dibangun apabila membangun sirkuit Hamilton.
Aturan 3.    Setelah sirkuit Hamilton kita bangun melalui suatu simpul w, semua rusuk lain (yang tidak digunakan) yang bertemu di w dapat dibuang (karena mereka tidak dapat digunakan lagi mengingat setiap simpul harus berderajat 2).

Perhatikan bahwa setelah membuang rusuk-rusuk seperti dibenarkan dalam Aturan 3, kita kemudian dapat menggunakan Aturan 1.

Contoh 19
Tunjukkan  bahwa graph dalam Gambar 3.19, tidak mempunyai sirkuit Hamilton.









Gambar 3.19.

Penyelesaian
Menurut Aturan 1, simpul-simpul a, b, d, e berderajat 2. Jadi rusuk-rusuk ini berada dalam sirkuit Hamilton. Hal ini ditandakan dengan garis kecil seperti dalam gambar. Jadi rusuk-rusuk ac, ad, dc, bc, bd  harus dipakai dalam sirkuit.  Ada dua kontradiksi di sini. Pertama: dengan digunakannya rusuk ac, ad, dan bc maka terjadilah subsirkuit. Ini bertentangan dengan  Aturan 3. Kontradiksi kedua: Dengan harus digunakannya rusuk-rusuk ac, dc, bc, ec, derajat simpul c menjadi 4 sehingga lebih dari 2, hal ini kontradiksi dengan aturan 1. Kontradiksi yang manapun mengakibatkan bahwa graph dalam Gambar 3.19 tidak memuat sirkuit Hamilton.

Contoh 20
Tunjukkan bahwa graph dalam Gambar 3.20 bukanlah graph Hamilton!

Bukti
Menurut Aturan 1, simpul  a, dan g harus masuk dalam sirkuit, sebab berderajat 2, sehingga lintasan: b, a, c dan lintasan: e, g, i harus menjadi bagian dari sirkuit. Perhatikan simpul i. Kita telah melihat bahwa rusuk gi menjadi bagian dari sirkuit. Karena rusuk gi simetri terhadap rusuk ij dan ik, tidak masalah apakah kita memilih salah satunya. Menggunakan Aturan 3, kita buang rusuk ik, maka simpul k berderajat 2, sehingga menurut Aturan 1, jk dan hk harus menjadi bagian dari sirkuit. Karena jk harus menjadi bagian sirkuit, maka menurut Aturan 3, rusuk jf harus dibuang. Akibatnya derajat simpul f menjadi 2. Maka di f, fe dan fb harus menjadi bagian dari sirkuit.  Dengan penambahan fe, maka simpul e harus berderajat 2, jadi rusuk eh dan ed harus menjadi bagian sirkuit (sebab rusuk eg telah ditetapkan ikut dalam sirkuit). Akibatnya simpul  berderajat 2, sehingga rusuk kh dan hc harus menjadi bagian sirkuit.













Gambar 3.20.

Sekarang terjadi kontradiksi. Perhatikan, bahwa simpul d sekarang telah berderajat 2. Kita harus menggunakan rusuk db dan ed sebagai bagian sirkuit. Tetapi dengan demikian terjadilah subsirkuit sejati a, b, d, c, yang menurut Aturan 2 tidak dibenarkan. Jadi, graph dalam Gambar 3.20 bukan graph Hamilton.


















 








1)       Buktikan Teorema 3.4, yaitu multigraph G adalah terlacak jika dan hanya jika G terhubung dan tepat mempunyai dua simpul ganjil
2)       Suatu multigraph terhubung mempunyai tepat 4 buah simpul berderajat ganjil. Sifat apakah yang dimiliki oleh multigraph ini?
3)       Buktikanlah bahwa suatu graph G adalah graph Euler jika dan hanya jika G terhubung dan himpunan rusuk-rusuknya dapat dipartisi ke dalam sikel-sikel!
4)       Misalkan G adalah graph. Lintasan J di G disebut lintasan Hamilton jika J memuat setiap rusuk di G. Pandanglah graph G dengan banyak simpul p > 2 sedemikian rupa sehingga deg v > (p - 1)/2 untuk setiap simpul v di G. Buktikanlah bahwa G memuat lintasan Hamilton!
5)       Perhatikanlah graph dalam Gambar 3.21 di bawah ini. Buktikanlah bahwa graph itu tidak memuat sirkuit Hamilton!











Gambar 3.21





Petunjuk Jawaban Latihan

1)       Misalkan u dan v dua simpul di G yang berderajat ganjil. Tambahkan rusuk uv, maka semua simpul di G sekarang berderajat genap dan terhubung. Akibatnya, G memuat sirkuit Euler. Jika sirkuit berawal di u, akan berakhir di u lagi. Tetapi jika rusuk uv dicabut kembali maka terjadilah lintasan Euler yang berawal di u dan berakhir di v. Sebaliknya, pandang G terhubung dan terlacak, yakni, terdapat lintasan Euler. Jika ditambahkan rusuk uv maka terjadilah sirkuit Euler. Jadi G terhubung dan semua simpul berderajat genap. Jika rusuk uv dicabut kembali, maka akibatnya simpul u dan v berderajat ganjil.
2)       Graph G terhubung dan mempunyai 4 rusuk berderajat ganjil. Misalkan simpul-simpul ini u, v, x, dan y. Pandang G dan uv. Graph ini mempunyai lintasan Euler dengan rusuk  uv sebagai salah satu rusuknya. Lintasan ini berawal di x dan berakhir di y. Dengan penalaran yang sama, terdapat lintasan yang berawal di u dan berakhir di v dengan rusuk xy berada di dalamnya. Sekarang rusuk xy dan uv dicabut kembali.
        Kesimpulan: di G terdapat dua lintasan yang dua rusuknya saling asing.
3)       Jika G terhubung dan himpunan rusuknya dapat dipartisi ke dalam sikel-sikel, maka setiap simpul v di G termuat dalam sejumlah sikel. Jika sikel-sikel digabung mengikuti simpul c, maka terjadilah sirkuit  Euler. Konversinya: Jika G graph Euler, maka G memuat sirkuit Euler. Setiap sirkuit memuat suatu sikel.
4)       Buatlah graph H dari graph G dengan cara menambahkan satu simpul w dan hubungkan w dengan setiap simpul pada G. Maka graph H mempunyai sebanyak p’  simpul =  p + 1,  dengan  p  >  2,  dan setiap simpul di H berderajat > 1 + (p - 1)/2 = (p + 1)/2 = p’/2. Jadi graph H memenuhi Teorema 3.5, sehingga H merupakan graph Hamilton.
5)       Perhatikan mana rusuk-rusuk yang harus dibuang. Anda tinggal menetapkan terjadinya kontradiksi.





 




Graph Euler ialah graph yang memuat sirkuit Euler. Sirkuit Euler adalah sirkuit yang memuat semua simpul dan semua rusuk graph itu. Sirkuit adalah lintasan (tidak mengulang rusuk) yang bertemu simpul awal dan simpul akhir. Suatu graph G adalah graph Euler jika dan hanya jika G terhubung dan semua simpulnya berderajat genap. Graph G adalah terlacak jika dan hanya jika G terhubung dan memuat tepat dua simpul berderajat ganjil.
Sikel adalah sirkuit yang tidak mengulang simpul, terkecuali simpul awal dan akhir. Graph G adalah graph Hamilton jika G memuat sikel Hamilton. Sikel Hamilton adalah sikel yang memuat semua simpul di dalam graphnya. Jika graph G mempunyai simpul p > 3 dan derajat tiap simpul di G > p/2, maka G adalah graph Hamilton. Ingatlah bahwa pernyataan ini bukan diimplikasi. Sampai saat ini belum diketemukan syarat perlu dan cukup untuk graph Hamilton.

 


  


1)    Graph G dalam Gambar 3.22 adalah ....
A.    graph Euler
B.    graph terlacak
C.    graph Hamilton
D.    graph sebarang

2)    Graph H dalam Gambar 3.22 di atas (pada soal 1) adalah ....
A.    graph Euler
B.    graph terlacak
C.    graph Hamilton
D.    graph sebarang

3)    Graph I dalam gambar 3.22 dia tas (pada soal 1) adalah ....
A.    graph Euler
B.    graph terlacak
C.    graph Hamilton
D.    graph sebarang








4)    Graph J dalam gambar 3.22 di atas (pada soal 1) adalah ....
A.    graph Euler
B.    graph terlacak
C.    graph Hamilton
D.    graph sebarang

5)    Misalkan G1 dan G2 adalah dua buah graph Euler yang tidak bersekutu satu simpul pun. Misalkan v1 sebuah simpul di G1 dan v2 sebuah simpul di G2. Misalkan G adalah graph yang terdiri atas G1 dan G2, bersama-sama dengan rusuk v1v2. Maka graph g adalah ....
A.    graph Euler
B.    graph terlacak
C.    graph Hamilton
D.    graph sebarang

6)    Pernyataan berikut ini yang benar adalah ....
A.    setiap graph Euler adalah graph Hamilton
B.    setiap graph Hamilton adalah graph Euler
C.    setiap graph Hamilton adalah graph terlacak
D.    setiap graph Euler adalah graph terlacak

7)    Yang manakah di antara multigraph atau graph berikut adalah terlacak?








        A.    G
B.    H
C.    K
D.    G dan K

8)    Manakah di antara graph berikut ini yang memuat sirkuit Hamilton?

       






A.    G
B.    H
C.    G dan H
D.    K

9)    Manakah di antara graph pada soal no. 8 yang memuat lintasan Hamilton?
A.    A
B.    H
C.    K
D.    H dan K

10)  Perhatikan graph G dalam gambar di bawah ini: Graph G bukan graph Hamilton sebab
A.    menurut Teorema 3.5, banyaknya simpul di G, p = 7, derajat setiap simpul deg v > p/2 = 7/2, tidak dipenuhi. Jadi G bukan graph Hamilton













B.    banyaknya simpul ganjil 0 buah, jadi G bukan graph Hamilton
C.    rusuk ac, fc, dan gc harus menjadi bagian dari sirkuit, sehingga simpul c terpaksa memuat tiga rusuk. Jadi tidak memuat sirkuit Hamilton
D.    semua simpul berderat genap, jadi G pasti graph Hamilton

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
 






Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
                                                       80 -  89%  = baik
                                                       70 -  79%  = cukup
                                                            < 70%  = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.





Kunci Jawaban Tes Formatif



Tes Formatif 1
1)    D.    G2 dan G4
2)    D.    paling banyak = p
3)    A.    lintasan dan bukan lintas
4)    C.    sirkuit
5)    A.    perjalanan; mengulang susuk dan simpul
6)    D.    3: d, e, f
7)    C.    2: ad, ef
8)    A.    6 simpul
9)    A.    19
10)  B.    21

Tes Formatif 2
1)    B.    graph lacak
2)    D.    graph sebarang
3)    A.    graph sebarang
4)    C.    graph Hamilton
5)    B.    graph lacak.
6)    D.    setiap graph Euler adalah graph lacak
7)    D.    G dan K
8)    D.    G. K
9)    D.    K
10)  C.    menurut Aturan 1







Daftar Pustaka




Bradley, J. (1988). Introduction to Discrete Mathematics, New York: Addition Wesley

Chartrand, Garry, 1985. Introductory Graph Theory. New York: Dover.

Chartrand, Garry, dan Lesniak, Linda. 1986. Graphs & Digraphs. Second Edition. belmont, California: Wadsworth. Inc.

Lipschutz, Seymour, 1976, Discrete Matemathics. Schaum’s Outline Series. New York: McGraw-Hill.

Liu, C.H. 1985. Elements of Discrete Matematics. New York: McGraw-Hill.

Tucker, Alan, 1984. Applied Combinatorics. Second Editon.  New York: Hohn Wiley.




Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

my life is my advanture

my life is my advanture

" Quote of the Day"

Sembahlah Dia, seolah-olah engkau melihat-Nya.
Meskipun engkau tak melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu

Pages - Menu

Blogger templates