karena berbagi tak pernah rugi

Sabtu, 21 Februari 2015

Planaritas

Modul 5



Planaritas


Drs. Emut, M.Si
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA







 





P
ada Modul 4, Anda telah mempelajari koleksi jenis graph yang disebut pohon. Anda pun telah mempelajari sifat-sifat pohon dan bermacam-macam pohon. Salah satu sifat yang menarik dalam pohon G(p,q) adalah hubungan antara banyaknya simpul dan banyaknya rusuk,  yakni p = q + 1. Sifat ini dan sifat lainnya akan digunakan dalam pembahasan modul-modul selanjutnya. Oleh karena itu Anda diharapkan untuk selalu mengingat-ingat konsep-konsep penting tersebut.
Dalam Modul 5 ini, akan dibahas sifat planaritas dari suatu graph. Graph planar G(p,q) adalah suatu koleksi graph yang dapat dibentangkan atau dipancangkan dalam sebuah bidang datar dengan sifat tidak ada dua rusuk yang berpotongan. Di samping definisi graph planar, akan dibicarakan juga tentang ciri-ciri graph planar, rumus Euler, genus, graph polihedral, dan diakhiri dengan graph infinit.
Setelah menyelesaikan modul ini Anda diharapkan akan memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1.     menjelaskan perbedaan antara graph planar dan graph sebidang;
2.     menghitung banyaknya daerah suatu graph planar;
3.     menjelaskan daerah terhubung sederhana;
4.     menjelaskan rumus Euler pada graph sebidang serta perluasan rumus itu;
5.     menjelaskan bahwa graph bipartit lengkap 3-3 (K3,3) dan graph lengkap 5 (K3) adalah nonplanar;
6.     menjelaskan mengapa hanya terdapat lima graph polihedral;
7.     menghitung banyaknya rusuk, titik, dan sisi setiap polihedral;
8.     menjelaskan makna genus untuk suatu permukaan;
9.     menjelaskan graph-graph yang bergenus 1;
10.  menjelaskan daerah terhubung sederhana (2-sel) pada torus;
11.  menggambarkan beberapa graph lengkap yang dapat dipancangkan pada bola dan torus;
12.  menuliskan beberapa rumus tentang graph-graph nonplanar;
13.  menjelaskan graph-graph dual dan graph-graph infinit;
14.  menggambarkan beberapa graph teroidal.

Kemampuan tersebut sangat penting bagi semua guru matematika SMU. Dengan kemampuan ini cakrawala matematika Anda akan menjadi semakin luas dan akan menambah  rasa percaya diri dalam mengajar serta bergaul. Dampak positip lain, Anda akan makin cinta terhadap bidang studi matematika ini dan akan tumbuh rasa bangga dan bahagia terhadap tugas mengajar matematika sendiri. Kondisi ini akan dapat memotivasi Anda untuk meningkatkan profesionalitas kerja, khususnya pengabdian Anda dalam mengajar.
Untuk membantu Anda menguasai kemampuan di atas, dalam modul ini akan disajikan pembahasan dalam dua Kegiatan Belajar (KB) sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 1 : Graph Planar dan Graph Sebidang.
Kegiatan Belajar 2 : Genus suatu Graph dan Graph Dual.

Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut:
1.     Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda memahami apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2.     Baca  sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci  dan kata-kata yang Anda anggap baru. Jangan terkejut jika Anda belum memahami pada pembacaan yang pertama.
3.     Tangkaplah  pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa/guru lain atau dengan tutor Anda.
4.     Jika pada pembacaan yang pertama dan Anda belum paham adalah kejadian yang wajar. Coba ulangi lagi. Gunakan alat-alat bantu pensil dan kertas untuk coret-coret bilamana diperlukan.
5.     Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai hasil pemahaman Anda dalam kelompok kecil atau bersama tutor.




Kegiatan Belajar 1



Graph Planar dan Graph Sebidang



K
onsep utama dalam teori graph adalah planaritas dan bilangan kromatik. Kombinasi kedua konsep itu memunculkan permasalahan pelik yang terkenal dengan: Masalah Empat Warna. Pada Kegiatan Belajar 1 ini akan didiskusikan konsep planaritas.

GRAPH  PLANAR DAN GRAPH SEBIDANG

Suatu graph planar G(p,q) adalah graph yang dapat digambarkan di bidang datar sehingga tidak ada dua rusuknya yang berpotongan kecuali pada simpul-simpulnya.
Contoh 1
Diberikan suatu graph G(5,9), sebagai berikut









                                         Gambar 5.1                                              
Graph G di atas, dapat digambarkan pada bidang datar dengan beberapa bentuk. Gambar 5.1 (a) merupakan salah satu gambar graph G dengan rusuk-rusuk yang berpotongan. Namun demikian, G dapat digambarkan pada bidang datar tanpa adanya perpotongan rusuk-rusuknya kecuali pada simpul-simpulnya, sebagaimana terlihat pada Gambar 5.1 (b). Menurut definisi diketahui bahwa G adalah graph planar.
Graph planar yang telah digambar di bidang datar sedemikian rupa sehingga tidak ada dua rusuknya yang berpotongan disebut graph sebidang.
Jadi, graph pada Gambar 5.1 (a) adalah bukan graph sebidang, akan tetapi graph pada Gambar 5.1 (b) adalah graph sebidang.
Misalkan G adalah graph sebidang dan perhatikanlah bagian-bagian bidang datar yang ditinggalkan setelah kita mengangkat rusuk-rusuk dan simpul-simpul dari G (boleh dibayangkan bahwa bidang tempat gambar di buat dari tanah liat). Potongan-potongan bidang terhubung ini disebut daerah (region) dari G. Daerah dalam G terdiri atas 2 jenis yaitu daerah dalam dan daerah luar. Setiap graph sebidang senantiasa mempunyai satu daerah luar.
Simpul-simpul dan rusuk-rusuk dari G yang bertemu dengan daerah R membangun suatu batas dari R. Banyaknya rusuk yang dilalui dalam menetapkan batas suatu daerah R, yang dimulai dari suatu simpul dan kembali ke simpul tersebut dinamakan derajat daerah R ditulis der(R).
Untuk memberi gambaran tentang pengertian batas, daerah dan derajat R, marilah kita bahas graph berikut.

R1
 

R3
 

R1
 

R2
 



















Gambar 5.2
Dalam Gambar 5.2, graph G1 mempunyai tiga daerah, yakni dua daerah dalam dan satu daerah luar. Graph G2 mempunyai satu daerah luar dan G3 mempunyai enam daerah. Batas-batas daerah R1 di G3 terdiri atas simpul-simpul b, c, dan d dan rusuk-rusuk bc, bd, dan  cd sehingga  der (R1) = 3. Dengan cara yang sama diperoleh der(R2) = der(R3) = der(R4) = der(R5) = 3. Sedangkan batas-batas daerah luar R6, terdiri atas simpul-simpul a, b, c, e, f, dan g dan rusuk-rusuk ab, bc, ce, ef, fg, dan gb. Dalam menentukan der(R6) proses penghitungan dapat dilakukan dari simpul a dan didapat rusuk-rusuk  yang dilalui adalah ab, bc, ce, ef, fg, gb dan ab sehingga der(R6) = 7. Berdasarkan hasil penghitungan der(Ri) dalam G3 didapat hubungan antara jumlahan derajat dari daerah G3 adalah sama dengan 2 kali banyak rusuk, yaitu 3+3+3+3+3+7 = 2 . 11. Fakta ini ternyata berlaku secara umum, yaitu jika G(p,q) suatu graph sebidang, terhubung dan memiliki r daerah maka berlaku ∑ der(R) = 2 q.
Graph sebidang G1 pada Gambar 5.2 mempunyai p = 4 simpul, q = 5 rusuk, dan r = 3 daerah; G2 mempunyai p = 7, q = 11, dan r = 6. Perhatikanlah bahwa dalam ketiga kasus itu berlaku p - q + r = 2.
Kondisi ini bukan suatu kebetulan, sebab setiap graph sebidang G(p,q) dengan r daerah berlaku hubungan p – q + r = 2.  Persamaan tersebut  merupakan temuan Matematikawan Leonard Euler yang dikenal dengan Teorema Euler untuk graph sebidang.

RUMUS EULER DAN PERLUASANNYA

Teorema 5.1. (Rumus Euler)
Jika G(p,q) adalah graph sebidang terhubung yang mempunyai r daerah maka p - q + r = 2.
Catatan
Graph G(p,q) sebidang terhubung adalah syarat perlu untuk berlakunya p - q + r = 2, tetapi bukan syarat perlu dan cukup. Maksudnya, jika berlaku p - q + r = 2, belum tentu graph G(p,q) sebidang terhubung. Kita buktikan rumus Euler tersebut.

Bukti
Kita gunakan induksi matematik atas banyaknya rusuk q.
(i)    Jika G graph sebidang terhubung dengan banyak rusuk q = 1, maka G adalah pohon sehingga banyaknya simpul p = 2 (ingat p = q+1) dan memiliki banyaknya daerah r = 1. Akibatnya, diperoleh  p - q + r = 2 - 1 + 1 = 2. Jadi rumus benar untuk q = 1.
(ii)   Diasumsikan rumus benar untuk graph terhubung dengan banyak simpul p, banyak rusuk q = k dan banyak daerah r,  yakni, p - k + r = 2.
(iii)  Akan dibuktikan rumus juga benar untuk q = k + 1.  Ambillah sebarang graph terhubung sebidang G dengan banyak simpul p, banyak rusuk       q = k + 1, dan banyak daerah r. Akan dibuktikan bahwa                           p - (k + 1) + r = 2. Ada dua kasus yang mungkin, yaitu untuk G pohon dan G bukan pohon.

Kasus 1.
Jika G pohon maka berlaku rumus p = q + 1 sehingga didapat  p = k + 1 + 1 = k + 2 dan memiliki r = 1. Dengan demikian diperoleh p - (k+1) + r = (k+2) - (k+1) + 1 = 2. Jadi rumus benar untuk q = k + 1.

Kasus 2.
Misalkan G bukan pohon. Karena G terhubung dan bukan pohon maka G mempunyai sikel S. Pilih salah satu rusuk e pada S. Pandang G - e adalah graph terhubung dengan banyak simpul p, dan banyak rusuk (k+1) - 1 = k, dan banyak daerah r - 1, sebab sebuah rusuk adalah batas dua daerah. Karena G - e mempunyai rusuk sebanyak k, menurut asumsi pada (ii), rumus benar untuk graph G - e, sehingga: p - k + (r - 1) = 2 menjadi p - (k+1) + r = 2. Jadi, berlaku untuk G bukan suatu pohon.
Berdasarkan bukti tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa persamaan p + q – r = 2 berlaku untuk setiap banyak rusuk q dan terbuktilah Teorema 5.1.

Teorema 5.2.
Jika G adalah graph sebidang terhubung dengan banyak simpul p, p > 3, dan banyak rusuk q maka berlaku q < 3p - 6.

Catatan.
Kontra positif dari teorema ini adalah jika q > 3p - 6 maka graph G(p, q) tidak terhubung planar. Konversnya belum tentu benar; artinya, jika dalam graph G(p,q) berlaku q < 3p-6, maka G(p,q) belum tentu planar terhubung. Sekarang kita buktikan Teorema 5.2.

Bukti
Bukti dengan teknik langsung. Untuk p = 3, q paling banyak 3. Jadi rumus benar. Misalkan G adalah graph terhubung sebidang dengan p > 4. Misalkan banyak daerah adalah r. Setiap daerah paling sedikit dibatasi oleh 3 rusuk, jadi r daerah paling sedikit dibatasi oleh 2/3 banyaknya rusuk (setiap rusuk menjadi batas 2 daerah). Karena banyaknya rusuk adalah q, maka 
                                                        q ³ 3r/2 atau r £ 2q/3                          (1)
Menurut Teorema 5.1,               p - q + r = 2,                                           (2)
(1) masuk (2), menjadi               p - q + 2q/3 ³ 2
yakni                                              3p - 3q + 2q > 6
atau                                                                q < 3p - 6.

Teorema 5.3.
Graph bipartit lengkap K3,3 adalah non planar

Bukti
Andaikan K3,3 planar. Lihat Gambar 5.3(a). Banyaknya simpul     p = 6, banyaknya rusuk q = (3.6)/2 = 9. Menurut Teorema 5.1, p - q + r = 2, sehingga r = 2 - 6 + 9 = 5. Jika K3,3 planar, maka satu daerah yang terjadi paling sedikit dibatasi oleh 4 rusuk. Jadi 2q > 4r dan karena q = 9, maka       18 £ 4r atau r £ 9/2, yang tentu saja kontradiksi dengan r = 5. Pengandaian  harus diingkar.










Gambar 5.3.

Teorema 5.4.
Graph lengkap K5 adalah non planar.
Bukti
Karena G adalah graph lengkap Kmaka dipeorleh p = 5 dan q = 5 (5-1)/2 = 10.  Akibatnya, didapat  3p – 6 = 3. 5 – 6 = 9 < q = 10. Menurut kontrapositif dari Teorema 5.2 didapat jika q > 3p – 6  maka G bukan graph terhubung planar. Jadi, K5 adalah graph non planar .

Teorema 5.5.
Setiap graph planar G memuat suatu simpul v sedemikian rupa sehingga deg v < 5.
Catatan
Kontra positif dari Teorema 5.5. adalah jika setiap simpul dalam G berderajat 6 atau lebih maka G adalah graph non planar.

Bukti
Andaikan semua simpul dalam G(p,q) berderajat 6 atau lebih maka menurut Teorema Jabat tangan didapat 2 q = ∑ der(v) ≥ ∑ 6 = 6p sehingga q ≥ 3p. Pada sisi lain, menurut Teorema 5.2 diperoleh q £ 3p – 6, sehingga q < 3p. Hal Ini kontradiksi dengan q ≥ 3p. Akibatnya, pengandaian salah, sehingga tidak semua simpul berderajat 6 atau lebih. Dengan kata lain, terdapat  suatu simpul v  dalam G dengan deg v £ 5.

SUBDIVISI SUATU GRAPH

Misalkan G suatu graph. Graph subdivisi  G adalah suatu graph yang diperoleh dari G dengan memasukkan simpul-simpul berderajat 2 ke dalam rusuk-rusuk dari G (beberapa pengarang menyebutnya dengan konfigurasi atau kontraksi).
Contoh 2
Diberikan 3 graph, yaitu graph G, H dan F, sebagaimana pada Gambar 5.4. Graph H adalah suatu graph yang diperoleh dari G dengan memasukkan dua simpul berderajat dua, yakni u dan v. Menurut definisi, H merupakan graph subdivisi dari G, sedangkan F bukan graph subdivisi dari G.




v
 

u
 
 







Gambar 5.4.
Sekarang akan dibicarakan teorema yang sangat terkenal dalam teori graph, yakni Teorema Kuratovski. Akan tetapi, buktinya terlalu panjang untuk disajikan di sini. Bukti teorema dapat dilihat, antara lain pada Berge, C. dalam “The Theory of Graph and Its Applications”, John Wiley and Sons, New York, 1962 atau pada Liu, C.L, “Introduction to Combinatorical Mathematics”, McGraw-Hill Company, New York, 1966.

Teorema 5.6 (Teorema Kuratovski)
Suatu graph G adalah planar jika dan hanya jika G tidak memuat subgraph yang isomorphik dengan K3,3 atau K5 atau sebarang subdivisi dari K3,3 atau K5.

Contoh 3
Graph bipartet lengkap 3,4, yakni K3,4 adalah graph non planar karena K3,4 memuat K3,3.

GRAPH PLATONIK (GRAPH POLIHEDRAL)

Graph platonik adalah graph planar yang memiliki sifat : semua simpulnya berderajat sama, yakni d1, dan semua daerahnya dibatasi oleh banyak rusuk  yang sama, yakni d2, dengan ketentuan d1 > 3, d2 > 3. Graph platonik adalah “kerangka” dari polihedral pejal atau masif. Nama-nama seperti: polihedral, polihedron, benda platonik, dan bidang banyak teratur sering dipakai secara sinonim.
Marilah kita analisis apa saja polihedral itu. Misalkan G(p,q) adalah graph platonik dengan banyak daerah r.
1.     Berdasarkan Teorema Jabat tangan, diperoleh bahwa jumlahan dari derajat simpul-simpul yaitu pd1 sama dengan  2 banyaknya rusuk, yaitu 2q. ( ingat : ∑ deg (v) = 2 q). Jadi pd1 = 2q atau  q = (pd1)/2
2.     Banyaknya daerah adalah r, dan setiap daerah dibatasi oleh d2 rusuk. Maka banyaknya rusuk adalah  rd2/2. Jadi kita peroleh q = rd2/2.
        Jika kita gunakan hasil pada (1), maka (pd1)/2 = rd2/2 atau r = (d1/d2)p.
3.     Menurut Rumus Euler (Teorema 5.1), p - q + r = 2. Jika hasil-hasil pada (1) dan (2) kita substitusikan di sini, maka diperoleh                        
                                        p – (d1p)/2 + (d1/d2)p = 2.                  
Kedua ruas dikalikan dengan 2d2 sehingga                                          
2d2 p – d1p d2 + 2d1p  = 4d2               
                        atau        (2d1 + 2d2 – d1d2)p     = 4d2
4.     Karena p dan 4d2 adalah bilangan bulat positif, maka dari hasil dalam (3) dapat disimpulkan bahwa 2d1 + 2d2 - d1d2 > 0. Ketaksamaan ini dapat dianalisis selanjutnya sebagai berikut:
                                        d1d2 - 2d1 - 2d2 + 4 < 4
                                        (d1 - 2) (d2 - 2) < 4.
5.     Karena d1 > 3, d2 > 3, maka ada pasangan-pasangan d1 dan d2 tertentu saja yang memenuhi ketaksamaan itu. Perhatikanlah Tabel di bawah ini untuk berbagai nilai d1 dan d2 yang memenuhi (4) beserta nilai p,q dan r yang terkait.

d1
d2
(3)
p=4d2/(2d1+2d2-d1d2)
(1)
q=d1p/2
(2)
r=(d1/d2)p
Nama
Polihedron
3
3
p = 12/3 = 4
q = 6
r = 4
Tetrahedron = bidang 4 teratur
3
4
p = 16/2 = 8
q = 12
r = 6
Heksahedron = bid. 6 teratur = kubus
3
5
p = 20/1 = 20
q = 30
r = 12
Dodekahedron = bidang 12 teratur
4
3
p = 12/2 = 6
q = 12
r = 8
Oktahedron = bidang 8 teratur
5
3
p = 12/1 = 12
q = 30
r = 20
Ikosahedron = bidang 20 teratur

Benda-benda platonik diberi nama menurut banyaknya daerah. Sebagai catatan, jika benda platonik masif atau dimensi 3 maka daerah ini adalah ‘sisi’ dinotasikan S, simpul disebut ‘titik-sudut’, dilambangkan T, dan rusuk tetap diberi nama ‘rusuk’ benda itu, dilambangkan dengan R. Akibatnya,  Rumus Euler menjadi: T - R + S = 2. Graph platonik pada tabel di atas,  masing-masing disajikan pada Gambar 5.5. berikut :








                       




















        

 Gambar 5.5.

Gambar polihedral pejal diperlihatkan pada Gambar 5.6. di bawah ini





Bidang-12 teratur
Dodekahedron
 



































Gambar 5.6.

Contoh 4
Buktikanlah bahwa graph terhubung planar G dengan banyak simpul kurang dari 12 mempunyai suatu simpul dengan derajat paling banyak 4.
Catatan
Kontra positif dari Contoh 4 adalah jika G suatu graph dengan banyak simpul kurang dari 12 dan setiap simpulnya berderajat 5 atau lebih.
Penyelesaian
Akan dibuktikan dengan teknik kontra positif. Berdasarkan ketentuan diketahui bahwa graph G(p,q), dengan p £ 11. Andaikan  untuk setiap simpul v di G berderajat 5 atau lebih, yakni, deg v > 5 untuk setiap v di G. Akibatnya, banyaknya rusuk di G lebih dari 5.11 = 55. Menurut Teorema Jabat tangan diperoleh 2q > 55 atau q > 28. Dari pihak lain, menurut Teorema 5.2, didapat q < 3p - 6 = 33 - 6 = 26. Kontradiksi. Pengandaian harus diingkar, yaitu tidak semua simpul  berderajat 5 atau lebih. Dengan kata lain, terdapat simpul dalam G dengan derajat 4 atau kurang.

Contoh 4
 Selidikilah, apakah graph pada Gambar 5.7.(a) merupakan graph planar?

Penyelesaian
Mula-mula carilah sirkuit yang terpanjang. Kita peroleh sirkuit itu adalah a, f, c, h, d, g, e, a yang memuat semua ke delapan simpul. Sekarang cobalah menambahkan keempat rusuk-rusuk yang lain, ah, bf, cg, dan de. Dengan cara mengambil simetri dalam-dan-luar,  kita dapat memulai dengan menggambar ah, di sebelah dalam. Lihat Gambar 5.7(b). Kemudian, bf dan cg harus berada di sebelah luar. Artinya, G dapat digambarkan dalam bidang datar sehingga tidak terdapat rusuk-rusuk yang berpotongan kecuali pada simpul-simpul. Jadi, G adalah graph planar.








Gambar 5.7.
Contoh 5
Buktikanlah bahwa graph Petersen (yakni graph reguler-3 dengan 10 simpul) adalah non planar. Lihat Gambar 5.8(a).



 












Gambar 5.8

Bukti
Graph dalam Gambar 5.8 mempunyai p = 10, q =  (10.3)/2 = 15. Menurut Teorema 5.2, q < 3p - 6 atau 15 < 3.10 - 6 = 24. Jadi memenuhi Teorema 5.2. Maka graph Petersen planar. Bukti ini salah. Sebab konvers dari teorema tidak berlaku. Mohon Anda amati lagi Teorema 5.2 dengan teliti. Bukti yang benar adalah sebagai berikut.
Kita coba mencari subdivisi K3,3  atau K5 (Teorema Kuratovski). Perhatikan dua himpunan simpul M = {1, 2, 3} dan N = {a, b, c}. Himpunan simpul membentuk K3,3 . Ternyata terdapat H suatu graph bagian dari graph Peterson dan merupakan graph subdivisi K3,3. Tepatnya, H diperoleh dari K3,3 dengan memasukkan 4 simpul berderajat dua, yaitu simpul u, v, w dan y. (Perhatikan Gambar 5.8 (b)). Berdasarkan Teorema Kuratovski disimpulkan bahwa graph Peterson merupakan graph nonplanar.
Alternatif.  Andaikan graph tersebut terhubung planar. Daerah-daerah yang terbentuk dibatasi oleh paling sedikit 4 rusuk. Jika banyaknya daerah adalah r maka banyaknya rusuk 4r/2 = 2q, atau r = q. Jadi r = q = 15. Menurut Teorema 5.1 (Rumus Euler), r = 2 - p + q = 2 - 10 + 15 = 7. Kontradiksi dengan  r = 15 sehingga pengandaian harus diingkar, yaitu graph Peterson adalah graph non planar.
Contoh 6
Tentukan banyaknya diagonal ruang pada ikosahedron dimensi 3?



 Penyelesaian :
Dalam ikosahedron (bidang-20 teratur) dimensi 3 didapat r = 20 dan setiap daerah (sisi) merupakan ‘segitiga’ sehingga q = 20 . 3/2 = 30. Dengan Teorema Euler, diperoleh p = q – r + 2 = 30 – 20 + 2 = 12. Kemudian, banyaknya garis yang menghubungkan dua simpul adalah 12 . 11 / 2 = 66. Jadi, banyaknya garis diagonal = 66 - 30 = 36.
Cara lain.
Sebuah simpul v berdekatan (berikatan) dengan 5 simpul yang merupakan ‘rusuk’. Hal itu berakibat, banyaknya simpul yang berjauhan (merupakan rusuk tetapi jauh) adalah 12 - 1 - 5 = 6. Karena p = 12 simpul(titik) maka banyaknya diagonal = 12 . 6/2 = 36.



 






1)    Apakah perbedaan antara graph planar dan graph sebidang?
2)    Berdasarkan graph H, pada Gambar 5.4, buktikan bahwa jumlahan dari derajat daerah-daerah dalam H sama dengan 2 kali banyaknya rusuknya.
3)    Jika graph G(p,q) terhubung dan q ≤ 3p – 6, maka G(p,q) planar. Benarkah? Jelaskan jawaban Anda!
4)    Buktikan, jika G(p,q) suatu graph planar, terhubung dengan p ≥ 4 dan tidak memuat sikel segitiga maka q ≤ 2p – 4.
5)    Tunjukkan bahwa K2,14 adalah suatu subdivisi dari K2,10.

Periksa dan teliti kembali jawaban Anda, sekarang cocokkan jawaban dengan kunci jawaban berikut ini.








Petunjuk Jawaban Latihan

1)    Graph planar adalah graph yang dapat digambar dalam bidang datar dengan cara demikian sehingga tidak ada dua rusuk yang berpotongan, sedangkan graph sebidang adalah graph planar yang telah digambar di bidang datar tanpa ada dua rusuk yang berpotongan. Setiap graph sebidang merupakan graph planar dan tidak berlaku sebaliknya.
2)    Graph H(7,7) dan memiliki 2 daerah yaitu daerah dalam R1 dan daerah luar R2, der(R1) = 9 serta der(R2) = 5 sehingga 9 + 5 = 14 = 2 . 7.
3)    Salah. Konversnya belum tentu benar, contohnya graph sebagai berikut: Lihat graph di bawah ini (Gambar 5.9). p = 7, q = 14, jadi q £ 3p – 6 benar, akan tetapi G tidak planar, sebab memuat subgraph K5.

 







                                                               
Gambar 5.9.

4)    Karena G(p, q) tidak memuat sikel segitiga maka setiap daerah dalam G dibatasi paling sedikit 4 rusuk. Untuk r daerah maka didapat  4r ≤ 2q atau r ≤ ½ q. Dari sisi lain, berdasarkan Teorema 5.2. didapat  p - q + r = 2 sehingga r = q – p + 2. Dengan mensubstitusikan r diperoleh  q - p + 2 ≤ ½ q sehingga q - ½ q ≤  p – 2. Jadi, berlaku  q ≤  2p – 4.
5)    Ambillah 4 simpul yang berderajat dua pada K2,14, maka menjadi K2,10.








 




Graph planar adalah graph yang dapat digambar pada bidang datar sedemikian hingga tidak ada dua rusuk saling berpotongan, kecuali pada simpul, sedang graph sebidang adalah graph planar yang telah digambar pada bidang datar. Graph bipartet lengkap K3,3 dan graph lengkap K5 adalah graph non planar. Semua graph yang memuat graph yang isomorfik dengan K5 atau K3,3 atau graph subdivisi dari K5 atau K3,3 adalah non planar.
Jika graph G(p,q) terhubung sebidang, maka berlaku rumus Euler yaitu p – q + r = 2, dengan r adalah banyaknya ‘daerah’ dalam graph sebidang itu. Perluasan Teorema Euler adalah jika graph G(p,q) terhubung dan planar maka berlaku q < 3p – 6. Untuk meneliti planaritas  suatu graph G(p,q) dapat digunakan kontra positif Teorema 5.2. Selain itu, dapat pula dengan menggambar langsung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Carilah sirkuit terpanjang di G yang memuat semua simpulnya.
2.    Gambarlah rusuk-rusuk yang belum dipakai dengan cara simetri-dalam-dan-luar.


 



  

1)    Tentukan banyaknya simpul dan derajat daerah R dari graph G pada Gambar 5.10, di bawah ini.


 


                                                                                                          
 



R
 
                                                     
 


Gambar 5.10
A.    9 simpul,   der(R) = 4
B.    11 simpul, der(R) = 12
C.    9 simpul,   der(R) = 12
D.    9 simpul,   der(R) = 10

2)    Manakah di antara graph-graph G, H, dan K dalam Gambar 5.11 yang merupakan graph non planar?








A.    G dan H
B.    G dan K
C.    H dan K
D.    tidak ada

3)    Berapakah nilai der(Ri), i = 1, 2, 3, 4 dari graph G berikut

 









A.    der(R1)=8, der(R2)=12, der(R3)=4, der(R4)=5
B.    der(R1)=9, der(R2)=11, der(R3)=4, der(R4)=5
C.    der(R1)=9, der(R2)=12, der(R3)=4, der(R4)=5
D.    der(R1)=8, der(R2)=11, der(R3)=4, der(R4)=5

4)    Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut :
        1. Setiap subgraph dari graph planar adalah planar
        2. Setiap subgraph dari graph non planar adalah non planar
        3. Setiap graph yang memuat subgraph planar adalah planar
        4. Setiap graph yang memuat subgraph non planar adalah non planar.
Pernyataan yang benar adalah
A. 1 dan 2
B. 1 dan 4
C. 2 dan 3
D. 3 dan 4

5)  Jika G(p,q) adalah graph terhubung planar, maka gambar penyajian graph sebidangnya ada bermacam-macam bentuk yang mungkin. Banyaknya daerah r dari graph sebidang yang disajikan adalah:
A.    tergantung cara penggambaran
B.    tergantung dapat digambar atau tidaknya
C.    banyak daerahnya sama
D.    tergantung sirkuitnya

6)       Perhatikanlah graph sebidang pada Gambar 5.13. Segi-n adalah daerah dalam graph sebidang yang batasannya ada sebanyak n rusuk. Banyaknya segi-3, segi-4 dan segi-5  dalam graph G adalah
 










Gambar 5.13
A.    1 segi-3, 1 segi-4 dan 1 segi-5
B.    1 segi-3, 1 segi-4 dan 2 segi-5
C.    2 segi-3, 1 segi-4 dan 1 segi-5
D.    2 segi-3, 1 segi-4 dan 2 segi-5

7)    Bilangan pemotongan dari graph G, dinotasikan c(G) adalah bilangan minimum dari pasangan-pasangan rusuk yang berpotongan jika G digambar dalam bidang datar. Akibatnya, jika G suatu graph planar  maka c(G) = 0. Besarnya nilai dari c(K5) adalah ...
A.    1
B.    2
C.    3
D.    5

8)    Graph G disebut graph kritis jika G graph nonplanar tetapi subgraphnya G – v adalah planar, untuk sebarang simpul v di G. Diantara graph berikut yang merupakan graph kritis adalah ..
A.    K6
B.    K3,3 dan K5
C.    K3,4 dan K6
D.    Setiap graph subdivisi dari K5 atau K3,3

9)    Berapakah banyaknya diagonal ruang pada dodekahedron dimensi 3?
A.    10
B.    40
C.    36
D.    100

10)  Berapakah banyaknya diagonal ruang terpanjang pada dodekahedron dimensi 3?
A.    10
B.    40
C.    55
D.    100






Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Tingkat penguasaan =
 
 






Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
                                                       80 -  89%  = baik
                                                       70 -  79%  = cukup
                                                            < 70%  = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.




Kegiatan Belajar 2
(TIDAK USAH)



Genus suatu Graph, Graph Dual,
dan Graph Infinit



PEMANCANGAN

Beberapa aspek dalam teori graph terkait sangat erat dengan beberapa cabang matematika seperti topologi, khususnya pada pokok bahasan ‘permukaan atau luasan topologi’. Sebenarnya, kita telah mendiskusikan hubungan antara graph dan permukaan tersebut pada Kegiatan Belajar 1, yaitu ketika kita mempelajari graph planar. Namun demikian, kita akan perluas dan perdalam hubungan antara graph planar dengan luasan bola dan sejenisnya.
Telah kita ketahui bahwa hanya kelompok graph tertentu yang dapat kita gambar di bidang datar sedemikian rupa sehingga tidak ada rusuk-rusuknya yang berpotongan  terkecuali pada simpul-simpulnya. Kelompok inilah yang disebut graph planar. Penggambaran yang demikian itu disebut suatu pemancangan (embedding) dari graph itu di bidang datar. Tidaklah terlalu sulit untuk memahami bahwa graph-graph planar mana yang dapat dipancangkan pada pemukaan suatu bola. Graph bola adalah graph-graph yang dapat dipancangkan pada permukaan sebuah bola tanpa ada dua rusuk yang berpotongan.

Contoh 1
Gambar 5.14(a) menunjukkan graph bola yang dihasilkan dari pemancangan graph K4 pada pemukaan bola.

 








                                 (a)                                                  (b)
Gambar 5.14.
Berdasarkan pengertiannya, dapat difahami bahwa graph-graph bola dan graph-graph planar adalah tepat sama (ekuivalen). Secara umum, setiap graph dapat dipancangkan pada ruang dimensi-3.

Torus
Bentuk permukaan lain yang memainkan peran cukup penting dalam topologi adalah permukaan bentuk donat yang disebut torus. Suatu permasalah yang menarik untuk dijawab yaitu apakah suatu graph planar dapat dipancangkan pada torus dan sifat-sifat apakah yang dimilikinya. Jawaban dari permasalahan ini dijelaskan dalam bentuk contoh 2.

Contoh 2
Gambar 5.14(b) di atas,  menunjukkan pemancangkan graph lengkap K4 pada torus.
Jika G adalah graph yang dipancangkan pada suatu torus, maka daerah-daerah dari G adalah potongan-potongan terhubung dari torus yang tertinggal setelah simpul-simpul dan rusuk-rusuk dari G diangkat. (Ingat kembali definisi ‘daerah’ dalam kasus graph sebidang). Dalam kasus K4 yang dipancangkan pada Gambar 5.14(b), terdapat 4 daerah.
Menurut definisinya, semua daerah adalah terhubung, apakah graph-graph itu dipancangkan pada bola atau pun pada torus. Akan tetapi, suatu daerah dapat juga memiliki sifat penting lainnya.  Suatu daerah disebut terhubung sederhana (simply connected) jika sebarang kurva tertutup sederhana (seperti elips atau lingkaran) dapat ‘secara kontinu disusut’ dalam daerah itu sehingga menjadi sebuah titik di daerah itu  Daerah yang demikian juga disebut 2-sel. Daerah 2-sel ini secara topologik ekuivalen dengan ruang dimensi-2 pada ruang Euclid. Umpamanya, daerah R dalam Gambar 5,14(b), adalah bukan daerah terhubung sederhana, sebab jika kita mempunyai kurva tertutup sederhana C seperti tampak pada daerah R, maka C tidak dapat secara kontinu disusut untuk menjadi sebuah titik di R. Ketiga daerah  lainnya dari K4 dalam Gambar 5.14(b) adalah daerah terhubung sederhana.

Toroidal
Jika suatu graph (planar) terhubung dipancangkan pada permukaan bola, maka setiap daerah adalah (perlu) terhubung.  Akan tetapi tidak demikian halnya bagi graph-graph terhubung yang dipancangkan pada permukaan torus.  Artinya, tidak setiap graph planar terhubung yang dipancangkan pada torus selalu menghasilkan daerah yang terhubung. Suatu graph disebut toroidal apabila graph itu dapat dipanjangkan pada torus.

Contoh 3
Graph planar  K4 adalah toroidal, sebagaimana terlihat pada Gambar 5.14 (b).
Secara umum berlaku bahwa setiap graph planar adalah toroidal. Akan tetapi konvers pernyataan ini adalah salah. Maksudnya terdapat graph-graph nonplanar yang tidak dapat dipancangkan pada permukaan torus. Salah satu contohnya adalah K5 (yang nonplanar) dapat dipancangkan pada torus seperti diperlihatkan pada   Gambar 5.15.






Gambar 5.15.
Menggambar pada Torus
Cara lain menggambar graph pada torus sering terbukti menyenangkan. Pertama-tama perhatikan bagaimana mengonstruksi torus. Kita mulai dengan persegi panjang, dan kemudian kita gulung dalam bentuk tabung. Kemudian kita tekuk bidang alas dan atas ini sehingga melekat lagi, sehingga akhirnya diperoleh suatu torus. Gambar 5.16 menjelaskan masalah ini.









Gambar 5.16.

Sekarang menggambar graph yang akan dipancangkan. Pada persegi panjang dalam Gambar 5.17(a), titik-titik yang berlabel A, nanti pada torus akan menjadi titik yang sama, demikian juga titik berlabel B. Jadi, K5 dapat dipancangkan pada torus seperti dalam Gambar 5.17(b).







Gambar 5.17.
Genus
Dalam topologi, suatu torus juga dikenal sebagai bola dengan satu ‘pegangan’ (handle), seperti ditunjukkan dalam  Gambar 5.18(a). Kita mengatakan bahwa torus dan bola dengan satu pegangan adalah ‘ekuivalen secara topologis’ atau ‘homeomorphik’. Banyaknya pegangan suatu permukaan (bola) disebut genus dari permukaan itu. Dengan genus g (G) dari graph G mempunyai genus bilangan g, dimaksudkan genus terkecil dari semua permukaan di mana graph G dapat dipancangkan. Karena permukaan bola dan bidang datar adalah ekuivalen topologis, maka graph-graph genus 0 adalah graph-graph planar. Graph dengan genus 1 adalah graph-graph nonplanar yang dapat dipancangkan pada torus.

Contoh 4
Graph non planar K5 merupakan graph dengan genus 1, sebagaimana disajikan pemancangannya pada gambar 5.18 berikut.







Gambar 5.18.
Berdasarkan definisi genus maka K5 akan dapat dipancangkan pada permukaan yang mempunyai genus lebih dari 1. Dapat dengan mudah Anda menunjukkan bahwa K3,3 dapat dipancangkan pada permukaan genus 1, dan tentu saja  berlaku untuk permukaan bergenus 2, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.18(b).
Anda telah mengetahui rumus Euler yang menyatakan hubungan antara banyaknya simpul p, banyaknya rusuk q dan banyaknya daerah r dari graph sebidang G(p,q). Rumus-rumus ini untuk graph-graph yang dapat dipancangkan pada  luasan dengan genus tertentu. Dari sisi penulisan rumus mirip dengan rumus-rumus pada graph sebidang, hanya sedikit berubah sehingga mudah untuk dimengerti. Berikut ini didaftar rumus-rumus ini tanpa bukti dan diungkapkan dalam teorema-teorema. Bagi Anda yang ingin mempelajari tentang bukti-buktinya, dapat Anda pelajari dalam buku “Graphs an Introductory Approach, A First Course in Discrete Mathematics”, karangan Robin J. Wilson dan John J. Watkins, John Wiley & Sons, Inc.

Teorema 1
Jika G(p,q) adalah graph terhubung dengan suatu 2-sel (daerah terhubung sederhana), dapat dipancangkan pada permukaan dari genus n dan mempunyai r daerah, maka
p - q + r = 2 - 2n.
Untuk n = 0, yaitu permukaan bergenus 0 maka berlaku Teorema Euler untuk graph pada bidang datar.

Teorema 2
Jika G(p,q) adalah graph terhubung yang dipancangkan pada permukaan dengan genus g (G), maka setiap daerah dari G adalah 2-sel.

Teorema 3
Jika G(p,q) adalah graph terhubung  yang dipancangkan pada permukaan dengan genus g (G) dan banyaknya daerah adalah r, maka
p - q + r = 2 – 2 g (G).


Teorema 4
Jika G(p,q) adalah graph terhubung dengan p > 3, maka
g(G) > q/6 – p/2 + 1

Teorema 5
Genus dari graph lengkap Kp, g (Kp), p > 4, dinyatakan dengan rumus:
g(Kp) =,
        dengan pembulatan ke atas jika nilainya g(G) > 0.

Contoh 5
Graph K6 mempunyai genus 1 sebab g(K5) = (5-3)(5-4)/12 = 1/6 > 0 sehingga nilainya dibulatkan ke atas, yaitu g(K5) = 1.

Teorema 6
Genus dari graph bipartit lengkap Km,n, g(Km,n), dinyatakan dengan rumus:
g(Km,n) =
dengan pembulatan ke atas jika nilainya > 0.

Contoh 6
Graph K4,4 mempunyai genus 1 sebab g(K5) = (4-3)(4-2)/4 = 1/2 > 0 sehingga nilainya dibulatkan ke atas, yaitu g(K4,4) = 1.

Graph Dual

Multigraph sebidang M disebut juga sebagai peta. Dua daerah di M dikatakan berdekatan jika kedua daerah itu mempunyai sebuah rusuk persekutuan.

Contoh 7
 Perhatikan graph pada Gambar 5.19(a), daerah r1 dan r2 berdekatan, sedangkan r1 dan r3 tidak.
Perhatikan multigraph sebidang M. Dalam setiap daerah  di M kita pilih sebuah titik, dan jika dua buah daerah mempunyai rusuk  persekutuan, kedua titik yang telah dipilih itu hubungkan dengan sebuah kurva melalui (memotong) rusuk persekutuan itu. Kurva-kurva ini dapat digambar dengan cara demikian  rupa sehingga setiap dua kurva tidak berpotongan. Maka kita peroleh peta (multigraph) baru M*, yang disebut dual dari M, sedemikian sehingga setiap simpul dari M* bersesuaian dengan tepat satu daerah di M. Gambar 5.19(b) menunjukkan dual dari peta M pada Gambar 5.19(a). Mudah dilihat bahwa setiap daerah di M* tepat memuat sebuah simpul di M dan setiap rusuk di M* akan berpotongan tepat pada simpul di M dan sebaliknya. Maka peta M adalah dual dari peta M*

 










Gambar 5.19.

Graph dual mempunyai banyak penerapan misalnya pada permasalahan graph euler, permasalahan pewarnaan (simpul, rusuk atau daerah). Masalah pewarnaan graph akan dibicarakan  pada Modul 6.

Graph Latis Takberhingga (Infinit)
Pada subbabb ini akan dibicarakan sebuah jenis graph, yaitu graph latis takberhingga (infinit).  Definisi graph infinit L2, adalah sebagai berikut. Simpul-simpul adalah titik-titik dalam bidang datar yang absis dan ordinatnya bilangan bulat. Dua buah simpul dikatakan berdekatan jika kedua simpul itu mempunyai jarak geometrik sama dengan satu satuan panjang. Sebagian dari graph L2 dilukiskan pada  Gambar 5.20. Hal itu karena banyaknya simpul dalam L2 adalah takberhingga sehingga tidak mampu melukis seluruh gambar graphnya.







Gambar 5.20.
Dalam graph infinit kita tidak dapat mempunyai sikel Hamilton seperti didefinisikan dalam Modul 3, Kegiatan Belajar 1, sebab sikel hanyalah mempunyai simpul-simpul yang banyaknya finit. Akan tetapi, jika kita memikirkan sikel Hamilton sebagai ‘faktor-2’ terhubung dari suatu graph, hal ini dapat bermakna bagi graph infinit seperti halnya untuk graph finit. Untuk graph finit, suatu faktor-2 terhubung adalah sikel hamilton, dan untuk graph infinit, faktor-2 itu adalah lintasan terentang tanpa batas. Dengan kata lain, lintasan itu adalah infinit di kedua arahnya. Kita akan menamakan lintasan terentang demikian ini sebagai garis Hamilton. Dalam suatu graph infinit terdapat beberapa garis Hamilton. Dengan kata lain, eksistensi garis Hamilton dalam suatu graph infinit adalah tidak tunggal.

Contoh 8
Diberikan graph infinit L2 sebagaimana tertuang pada Gambar 5.21 berikut. Salah satu garis Hamilton dari L2 adalah lintasan yang digambarkan dengan garis tebal.  Sedangkan Gambar 5.22 memperlihatkan penguraian atau dekomposisi L2 ke dalam dua garis.







  Gambar 5.21                                   Gambar 5.22

Untuk memperluas definisi sirkuit Euler dalam graph infinit maka diperlukan suatu modifikasi. Suatu sirkuit Euler adalah jalur Euler yang infinit pada kedua arahnya. Dengan kata lain, sirkuit euler adalah jalur yang memuat setiap rusuk dan setiap simpul dari graph infinit dan tidak mempunyai simpul permulaan atau simpul akhir. Dengan istilah yang lebih praktis, graph infinit dengan garis Euler dapat dibuat dari sepotong kawat yang panjangnya tak berhingga.
Gambar 5.23 memperlihatkan contoh sederhana dari suatu garis Euler dalam L2. Gambar garis Euler dalam Gambar 5.24, semakin komplek atau sangat ruwet. Namun demikian, kedua garis Euler ini memiliki keteraturan sehingga masing-masing membentuk simetri-putar.  Berdasarkan Gambar 5.23 diperoleh pusatnya adalah titik tengah dari rusuk di tengah. Hal ini berakibat bahwa jika  Anda memutar gambar itu 180o mengelilingi pusatnya, gambar itu tetap kelihatan sama. Pada Gambar 5.24 pusat dari simetri-putar adalah simpul dimana kedua garis hamilton berpotongan. Artinya, jika Anda memutar 90o maka kedua garis hamilton itu bertukar tempat.






                       Gambar 5.23                                  Gambar 5.24

Sirkuit Euler dan jalur Euler kedua-duanya telah didefinisikan untuk graph finit. Telah kita lihat bagaimana memodifikasi definisi keduanya dalam graph infinit. Pertama, dalam graph finit, lintasan Euler mempunyai dua titik ujung, sedangkan dalam graph infinit kita dapat membuangnya salah satu. Kedua, suatu jalur dalam graph infinit memuat setiap rusuk dari graph itu tepat satu kali, disebut jalur Euler satu-arah. Jelaslah bahwa y sebagai simpul ujung harus mempunyai derajat ganjil, dan simpul-simpul lainnya harus berderajat genap. Tetapi, hal ini tidaklah cukup. Anda hendaknya mencari jalur Euler satu-arah dalam graph sarang labah-labah infinit pada Gambar 5.25.








         Gambar 5.25                                       Gambar 5.26

Suatu jalur Hamilton satu-arah dalam graph infinit adalah lintasan  yang panjangnya infinit, bermula pada suatu simpul z dan melalui setiap simpul dari graph itu. Derajat dari z tidak menjadi masalah.





















 






1)    Apakah yang dimaksud dengan pemancangan (embedding) suatu graph? dan gambarkan pemancangan dari K3,2 pada torus
2)    Apakah yang dimaksud dengan ‘graph bola’.
3)    Apakah graph toroidal itu? Apakah graph G3,4 yang merupakan subdivisi dari K3,3 merupakan toroidal.
4)    Apakah yang dimaksud dengan ‘daerah terhubung sederhana’ atau daerah 2-sel itu?
5)    Apakah yang dimaksud dengan ‘homeomorphik’ dua atau lebih permukaan?
6)    Apakah genus suatu permukaan itu? Apa pula genus graph G?
7)    Apakah graph dual dari graph G? dan tentukan graph dual dari K4
8)    Dalam graph L2, suatu garis Hamilton adalah pohon terentang yang setiap simpul-simpulnya hanya berderajat dua. Carilah pohon terentang T dari L2 sedemikian rupa sehingga T tidak mempunyai simpul-simpul    berderajat 2.
9)    Carilah subgraph terentang dalam L2 di mana setiap simpulnya berderajat 3.
10)  Cari penguraian atau dekomposisi dari L2 ke dalam empat faktor-1.
11)  Carilah penguraian atau dekomposisi dari L2 ke dalam subgraph-subgraph yang isomorphik dengan
a.     graph segi-4 atau C4
b.     Cg
c.     C12
d.     Umumnya C4t
12)  Buktikanlah bahwa tidaklah mungkin menguraikan L2 ke dalam subgraph-subgraph yang isomorphik dengan C6.
13)  Ditentukan bilangan bulat t > 1, buktikanlah bahwa L2 dapat diuraikan ke dalam subgraph-subgraph yang isomorphik dengan Jt, yaitu yang panjangnya t.
14)  Uraikan L2 ke dalam
a.     tiga subgraph terhubung
b.     tiga subgraph terhubung isomorphik
15)  Kita definisikan M2 adalah latis terdiri atas titik-titik dengan koordinat bulat di dalam bidang datar sedemikian rupa sehingga titik-titik yang jarak geometrinya Ö2 adalah berdekatan. Apakah N2 terhubung?
16)  Kita definisikan N2 sebagai latis yang terdiri titik-titik dengan koodinat bulat di dalam bidang datar sedemikian rupa sehingga titik-titik dengan jarak geometri Ö5 adalah berdekatan. Apakah N2 terhubung?

Petunjuk Jawaban Latihan

1)       Pemancangan suatu graph adalah penggambaran suatu graph pada permukaan bidang datar atau permukaan bola dengan syarat tidak ada dua rusuk berpotongan (terkecuali pada simpul).
Pemancangan K3,2 pada torus, tersaji pada Gambar 5.27  di bawah ini

 











Gambar 5.28
2)       Graph bola adalah graph-graph yang dapat dipancangkan pada permukaan sebuah bola tanpa ada dua rusuk yang berpotongan.
3)       Suatu graph disebut toroidal apabila graph itu dapat dipancangkan pada torus.
Graph bipartet lengkap K3,3 adalah troidal sebab  dapat dipancangkan pada torus, seperti terlihat pada Gambar 5.28 berikut.





 










Gambar 5.28
4)       Daerah terhubung sederhana adalah daerah pada pemancangan graph pada permukaan dengan sifat setiap kurva tertutup sederhana dapat disusut menjadi sebuah titik yang berada di titik itu.
5)       Homeomorphik dua atau lebih permukaan adalah dua permukaan atau lebih yang secara topologi ekuivalen
6)       Genus suatu permukaan adalah banyaknya pegangan pada suatu permukaan. Genus suatu graph adalah banyaknya pegangan minimal suatu permukaan sehingga G dapat dipancangkan pada permukaan itu.
7)       Graph dual dari G adalah graph G* sedemikian rupa sehingga setiap daerah di G bersesuaian dengan setiap simpul G*, setiap dua daerah berdekatan pada G bersesuaian dengan dua simpul berdekatan pada G* dan sebaliknya. Dual dari K4 yaitu K4* seperti  terlukis pada Gambar 5.29 berikut.





                                                  K4                                          K4*
Gambar 5.29
8)       Perhatikan Gambar 5.21. Pohon terentang T dari L2 yang memiliki simpul-simpul yang tidak berderajat dua dapat dilukis seperti pada Gambar 5.21, tetapi setiap kali berbelok melewati dua baris atau kolom. Hal itu berakibat titik-titik pada baris dan kolom menjadi berderajat 4.
9)       Dengan cara yang analog, sebagaimana Gambar 5.21, tetapi setiap kali berbelok melewati satu baris/atau kolom.
10)   Perhatikan Gambar 5.22 yang menjelaskan tentang dekomposisi L2 kedalam dua garis Hamilton. Untuk menguraikan L2 ke dalan 4 faktor-1 dapat dilakukan secara analog, bedanya dengan loncat ‘dua’.
11)   Bentuk dekomposisi dari L2 terhadap subgraph yang isomorphik dengan  C4 akan berbentuk bujursangkar berisi satu. Sedangkan dekomposisi L2 yang isomorphik dengan C8 akan berbentuk bujursangkar berisi dua. Dengan cara yang sama (analog), dekomposisi L2 terhadap subgraph yang isomorphik dengan C4t akan berbentuk bujursangkar yang berisi t, untuk suatu t bilangan cacah.
12)   Karena dekomposisi L2 akan berupa bujursangkar maka tidak akan kita temukan suatu bujursangkar berisi 4t yang mempunyai keliling 6, t bilangan cacah.
13)   a. Untuk menguraikan L2 kedalam bentuk tiga subgraph terhubung maka dapat dilakukan dengan melukis dua garis Hamilton.
b.  Sedangkan untuk menguraikan (dekomposisi) L2 kedalam bentuk tiga subgraph terhubung isomorphik maka dapat dilakukan dengan melukis tiga garis Hamilton
14)   Benar. Anda dapat membuktikan dengan mendefinisian N2 dengan simpul-simpul sebagai titik-titik pada bidang Euclid dan dua simpul dikatakan berdekatan jika kedua simpul berjarak Ö2. Maka setiap dua simpul pada N2 akan terdapat jalur yang menghubungkannya.
15)   Benar, analog soal no. 14.














 




Graph infinit atau latis infinit adalah graph sebidang dengan banyak simpul  infinit atau takhingga.  Definisi lintasan, jalur, sikel dan sirkuit untuk graph infinit ada sedikit perubahan dari  yang didefinisikan pada graph finit.
Setiap graph sebidang dapat dipancangkan pada permukaan sebuah bola. Bidang datar dan permukaan bola adalah homeomorphik. Graph-graph nonplanar tak dapat dipancangkan pada permukaan bola, akan tetapi dapat dipancangkan pada permukaan bola yang diberi ‘pegangan’. Banyaknya pegangan pada permukaan bola disebut genus permukaan itu. Permukaan bola dan bidang datar adalah permukaan dengan genus 0 (nol).  Torus adalah permukaan berbentuk kue donat dan permukaan ini homeomorphik dengan permukaan bergenus 1. Genus graph terhubung G adalah banyaknya  pegangan minimal sedemikian sehingga graph G dapat dipancangkan di permukaan itu. Graph bipartit K3,3, graph-graph lengkap K5, K6, dan K7 adalah graph bergenus 1 sehingga dapat dipancangkan pada torus atau pada permukaan bola berpegangan 1.

  



1)    Misalkan K5 dipancangkan pada sebuah torus. Banyaknya daerah terhubung sederhana pada K5 adalah
A.    3
B.    4
C.    5
D.    6

2)    Jika K3,3 dipancangkan pada permukaan bola dengan genus 1, maka banyaknya daerah -2 sel adalah ....
A.    3
B.    4
C.    5
D.    6
3)    Jika K3,3 dipancangkan pada permukaan bola genus 2, maka banyaknya daerah terhubung sederhana adalah ....
A.    2
B.    3
C.    4
D.    5

4)    Misalkan G adalah graph planar terhubung. Banyaknya daerah yang diperoleh jika G dipancangkan pada permukaan dan banyaknya daerah jika G dipancangkan pada suatu torus adalah ....
A.    sama banyak
B.    tidak sama
C.    lebih banyak pada bola
D.    lebih sedikit pada bola

5)    Jika G(p,q) adalah graph terhubung dapat dipancangkan pada sebuah bidang dan banyaknya daerah yang terjadi adalah r, maka p - q + r = 2. Jika G(p,q) adalah graph terhubung dan dapat dipancangkan pada sebuah torus sedemikian rupa sehingga setiap daerah dari r daerah yang terjadi adalah terhubung tunggal, berapakah nilai p + q - r?
A.    3
B.    2
C.    1
D.    0

6)                    Menurut Teorema 1, jika G(p, q) adalah graph terhubung yang dapat dipancangkan pada permukaan bola, dan mempunyai daerah sebanyak r, maka nilai p - q + r adalah ....
A.    0
B.    1
C.    2
D.    3

7)    Menurut Teorema 5, genus graph lengkap K8 adalah ....
A.    1
B.    2
C.    3
D.    4

8)    Menurut Teorema 6, genus graph bipartit K6,6 adalah ....
A.    1
B.    2
C.    3
D.    4

9)    Jika genus graph lengkap Kn yaitu  g(Kn) = 7 maka nilai n adalah
A.    10
B.    11
C.    12
D.    tidak ada

10)  Menurut Teorema 3 dan Teorema 6, banyaknya daerah jika graph bipartit lengkap K5,5 dipancangkan pada permukaan bergenus adalah ....
A.    11
B.    10
C.    9
D.    8

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
 






Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
                                                       80 -  89%  = baik
                                                       70 -  79%  = cukup
                                                            < 70%  = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.





Kunci Jawaban Tes Formatif



Tes Formatif 1
1)    C.    p = 5 simpul dan der(R) = 12
2)    D.    tidak ada
3)    C.    der(R1)=9, der(R2)=12, der(R3)=4, der(R4)=5,
4)    B.    1 dan 4
5)    C.    banyak daerahnya sama, yaitu r = q – p + 2
6)    D.    2 segi-3, 1 segi-4 dan 2 segi-5
7)    A, 1
8)    B.   K3,3 dan K5
9)    D.    100. Dalam dodekahedron, r = 12, setiap daerah (sisi) merupakan ‘segilima’ sehingga q = 12.5/2 = 30, p = 2 + q - r = 20.  Banyaknya garis hubung antara dua titik = 20.19/2 = 19/2 = 190. Setiap sisi mempunyai (5 - 3).5/2 = 5 diagonal sisi. Banyaknya diagonal sisi    = 12.5 = 60. Jadi banyaknya diagonal ruang = 190 - 30 - 60 = 100.

Cara lain
                Setiap titik ‘berdekatan dengan 9 titik lain (ini menjadi rusuk atau diagonal sisi. Jadi setiap titik ‘berjauhan’ dengan 10 titik lainnya (merupakan diagonal ruang). Banyaknya diagonal ruang      = 10.20/2 = 100.
10)  A.    10. Diagonal terpanjang diperoleh dari dua titik yang ‘berhadapan’. Karena banyaknya titik = 20,  jadi yang berhadapan = 10 pasang.


Tes Formatif 2
1)    C     5.  Daerah terhubung sederhana dari hasil pemancangan K5 pada torus  adalah daerah yang melekat pada bola. Perhatikan dengan seksama Gambar 5.27 (a).









2)    B.    3. Permukaan bola dengan genus 1 adalah permukaan bola yang memiliki pegangan 1. Maka pemancangan K5 pada permukaan bola bergenus 1 adalah daerah-daerah yang melekat pada bola.  Detailnya tersaji pada Gambar  5.27(b).
3)    B.    2. Pemancangan K3,3 pada permukaan bola bergenus 2, terlukis pada Gambar 5.28. Banyaknya daerah terhubung sederhananya adalah 2.







Gambar 5.28
                                                                               
4)    A.    Karena G suatu graph planar terhubung maka banyaknya daerah terhubung sederhana pada pemancangan graph G pada permukaan bola dan torus adalah sama.
5)    D.    0. Anda gunakan Teorema 3 dan karena G(p,q) bergenus 1 maka didapat p – q + r = 2 – 2 g(G) = 2 – 2.1= 0

6)    C.    2. Berdasarkan Teorema 1 didapat  p – q + r = 2 – 2 n, dengan n banyaknya genus. Karena permukaan bola adalah permukaan bergenus 0 maka diperoleh  p-q+r = 2 – 2.0 = 2
7)    B.     2.  Karena  K8 sehingga didapat  p =8 maka diperoleh
g(K8) == (8-3)(8-4)/12 = 5/3 > 0.
Dengan menggunakan Teorema 5, dan mengingat g(K8)= 5/3 > 0  sehingga dibulatkan keatas, yaitu g(K8)= 2.
8)    C.    3.  Dengan menggunakan Teorema 6 didapat

  g(K5,7) =
                                                        = (5-3)(7-2) / 4 = 5/2.
Karena   g(K5,7) = 5/2 > 0 maka g(K5,7) = 3. (pembulatan keatas).
9)    D.  tidak ada, karena g(Kn) = 7 maka menurut Teorema 5 didapat
                                7 = (n-4)(n-3)/12 sehingga 84 = (n-4)(n-3). Karena jika g(Kn) > 0 maka pembulatan ke atas sehingga persamaan menjadi  84 72 ≤ (n-4)(n-3) ≤ 84. Hal ini berakibat, tidak ada nilai n cacah yang memenuhi pertidaksamaan ini.

10)  B.    10. Menurut Teorema 6, diperoleh   g(K5,5) = (5-3)(5-2) / 4 = 3/2 sehingga g(K5,5) = 2. Kemudian, substitusi g(K5,5) = 2 ke Teorema 3 dan diperoleh  r = 2 – p + q - g(K5,5) = 2 – 10 + 20 – 2 = 10.








Daftar Pustaka



Chartrand, Gary, and Lesniak, Linda. (1986). Graph & Digraph. Second Edition. Belmont, California: Wadsworth. Inc.

Lipschutz, Seymour. (1976). Discrete Mathematics. Schaum’s Outline Series. New York: McGraw-Hill.

Liu, C.L. (1985). Elements of Discrete Mathematics. New York: McGraw-Hill.

Robin, RW, John, JW. (1990), Graphs An Introductory Approach, A First Course in Discrete Mathematics, New York : John Wiley and Sons, Inc.

Tucker, Alan. (1984). Applied Combinatorics. New York: John Wiley.






















GLOSARIUM

Daerah dari suatu graph G adalah potongan-potongan daerah terhubung pada bidang datar dari G
Daerah Terhubung Sederhana (daerah 2-sel) adalah suatu daerah yang jika sebarang kurva tertutup sederhana (seperti elips atau lingkaran) dapat ‘secara kontinu disusut’ dalam daerah itu sehingga menjadi sebuah titik di daerah itu
Dodekahedron adalah suatu bidang 4 teratur
Euler (sirkuit)  adalah suatu sirkuit yang memuat semua simpul dan semua rusuk dari multigraph M.
Euler (graph) suatu graph yang memuat semua sirkuit Euler disebut graph Euler (multigraph) adalah  suatu graph yang memuat sirkuit Euler
Euler Teorema : Jika G(p,q) adalah graph sebidang terhubung yang terdiri r daerah maka p – q + r = 2.
Graph G(V,E) adalah suatu himpunan berhingga G yang dilengkapi dengan himpunan simpul-simpul V dalam G dan himpunan rusuk-rusuk dalam G sehingga  V(G) bukan himpunan kosong.
Graph Bipartet G adalah suatu graph yang memiliki sifat bahwa himpunan simpul-simpulnya dibagi menjadi dua bagian sehingga setiap simpul pada salahsatu bagian  hanya berikatan/berdekatan dengan simpul pada bagian lain.
Graph Peterson adalah suatu graph teratur-3 dengan 10 simpul.
Graph planar G adalah suatu graph yang dapat digambarkan di bidang datar sehingga tidak ada dua rusuknya yang berpotongan kecuali pada simpul-simpulnya
Graph sebidang adalah suatu planar yang telah digambar di bidang datar sedemikian rupa sehingga tidak ada dua rusuknya yang berpotongan.
Graph  subdivisi dari G adalah subgraph yang diperoleh (dikonstruksi) dari graph G dengan menyisipkan berhingga simpul berderajat dua kepada G.
Graph Hamilton adalah suatu graph yang memuat sikel Hamilton dari simpul di G.
Graph bola adalah graph-graph yang dapat dipancangkan pada permukaan sebuah bola tanpa ada dua rusuk yang berpotongan.
Graph Dual dari G  adalah suatu graph yang diperoleh dengan mendefini-sikan simpul adalah daerah-daerah terhubung dan setiap dua simpul berikatan jika keduanya memiliki rusuk persekutuan

Genus dari suatu permukaan adalah banyaknya pegangan dalam permukaan bola.
Genus dari graph terhubung G adalah banyaknya pegangan (genus) terkecil dari semua permukaan dimana graph G dapat dipancangkan pada permukaan tersebut.
Heksahedron adalah suatu bidang 6 teratur
Homeomorphik adalah ekiuvalen secara topologi
Ikosahedron adalah suatu bidang 4 teratur
Kuratovski (teorema) : Suatu graph G adalah planar jika dan hanya jika G tidak memuat subgraph yang isomorphik dengan K5 atau K3,3 atau sebarang subdivisi dari K3,3 dan K5.
Latis (infinity) adalah suatu graph (V,E) dengan V(G) :himpunan simpul-simpulnya adalah himpunan titik-titik dalam Euclid yang absis yang ordinatnya bilangan cacah  dan E(G) adalah himpunan rusuk dan setiap dua simpul berikatan jika kedua simpul memiliki jarak geometri sama dengan satu satuan panjang.
Oktahedron adalah suatu bidang 8 teratur

Pemancangan (embedding) adalah gambar di bidang datar sedemikian rupa sehingga tidak ada rusuk-rusuknya yang berpotongan  terkecuali pada simpul-simpulnya.

Polihedral (graph platonik ) adalah graph planar yang memiliki sifat : semua simpulnya berderajat sama, yakni d1 , dan semua daerahnya dibatasi oleh banyak rusuk  yang sama, yakni d2  , dengan ketentuan d1 > 3, d2 > 3.
Tetrahedron adalah suatu bidang 4 teratur
Sirkuit adalah lintasan tertutup
Sikel Hamilton adalah sikel yang memuat semua simpul di G
Torus adalah suatu permukaan berbentuk donat.
Toroidal (graph) adalah suatu graph yang dapat dipancangkan pada torus.





                                       


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

my life is my advanture

my life is my advanture

" Quote of the Day"

Sembahlah Dia, seolah-olah engkau melihat-Nya.
Meskipun engkau tak melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu

Pages - Menu

Blogger templates