karena berbagi tak pernah rugi

Jumat, 24 April 2015

LAPORAN BUKU SUKSES MENJADI PEMIMPIN ISLAMI

LAPORAN BUKU
SUKSES MENJADI PEMIMPIN ISLAMI
DR. THARIQ M. AS SUWAIDAN DAN FAISHAL UMAR BASHARAHIL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dan Nilai dalam Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Dosen pengampu :  Dr. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd.


  
Disusun oleh :
Ngadiyono     (1204829)
                                   

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
201
5


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah
Kini umat Islam dalam kondisi terjajah dalam semua aspek kehidupan. Dalam bidang politik, kini umat Islam tidak lagi mampu menjadi pemimpin dunia bersamaan dengan runtuhnya Daulah Islamiyah, dari sinilah umat Islam mulai tercerai-berai menjadi berbagai ikatan kebangsaan (nasionalisme), kesukuan dan bahkan kepartaian yang sempit.
Tidak jarang umat Islam mudah sekali diadu domba dikarenakan tidak adanya sosok pemimpin umat yang dipatuhi. Ketika umat Islam di belahan dunia dizalimi dan dibantai, kita bahkan tidak bisa berbuat apa-apa. Inilah fakta kondisi umat Islam jika tidak ada kepemimpinan.
Jadi kepemimpinan merupakan satu masalah yang sangat penting, oleh sebab itu pengkaji mencoba melakukan sebuah kajian terhadap buku berjudul Sukses Menjadi Pemimpin Islami. Semoga dengan adanya kajian ini kita bisa lebih memahami tentang masalah kepemimpinan dan bahkan kita mampu mengambil bagian dalam upaya mencetak para pemimpin Islami.

2.    Profil Buku
Buku karangan Dr. Thariq Muhammad as-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil ini aslinya berjudul Shinâ’atu al-Qâ’id, kemudian dialih bahasakan oleh Samson Rahman dengan judul terjemahan Sukses Menjadi Pemimpin Islami. Buku ini diterbitkan pertama kali di Indonesia pada tahun 2005 oleh Maghfirah Pustaka. Buku yang digunakan dalam laporan ini merupakan terbitan kedua, pada tahun 2006.
Buku ini memiliki tebal 336 halaman dengan ukuran 14,5 x 21,5 cm. Sampul buku ini berjenis hard cover, sedangkan desain warnanya terdiri dari kombinasi warna pastel dan cokelat tua.

3.    Permasalahan dalam buku
3.1    Apa definisi dan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan?
3.2    Apa saja unsur-unsur dan teori-teori kepemimpinan?
3.3    Bagaimana karakteristik seorang pemimpin?
3.4    Bagaimana hubungan antara wanita dan kepemimpinan?
3.5    Bagaimana mencetak pemimpin masa depan?




























BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

1.    Definisi dan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan
1.1  Definisi kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang berada di depan, seperti seorang penggembala yang menuntun penggembalaannya dari depan. Hal tersebut merupakan makna secara bahasa dari pemimpin sebagaimana disebutkan dalam Lisânul-‘Arab.
Dari makna tersebut maka seorang pemimpin merupakan penunjuk jalan kebaikan bagi rombongan yang ia pimpin dan juga sebagai pengarah untuk kebaikan mereka. Dan kepemimpinan merupakan aktivitas menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan terbentuk dari tiga unsur, yaitu:
a.    Adanya tujuan yang ingin dicapai
b.    Adanya sekelompok manusia
c.    Adanya pemimpin yang mempengaruhi dan mengendalikan
1.2  Prinsip-prinsip kepemimpinan
Terdapat delapan poin penting dalam prinsip kepemimpinan, yaitu:
a.    Kepemimpinan merupakan sesuatu yang wajib dalam kehidupan, agar kehidupan menjadi lebih teratur dan keadilan dapat ditegakkan. Sehingga tidak berlaku hukum rimba, dimana yang kuat memangsa yang lemah
b.    Pentingnya kepemimpinan terletak pada kemampuannya memanfaatkan serta mengelola potensi-potensi yang ada. Kepemimpinan adalah kekuatan mengarahkan potensi setiap anggota dengan cara yang tepat
c.    Seorang pemimpin sama dengan seorang nahkoda kapal. Ia harus mampu mendorong perilaku positif dan meminimalisir semua yang negatif agar selamat sampai tujuan yang ingin dicapai
d.   Seorang pemimpin harus menguasai sepenuhnya masalah-masalah yang timbul dan mampu menyusun cara-cara yang tepat untuk pemecahannya
e.    Seorang pemimpin harus mampu belajar dari perubahan yang terjadi, serta memanfaatkannya untuk kepentingan organisasi
f.     Seorang pemimpin harus mampu merancang strategi yang tepat untuk menggerakkan anggota ke arah tujuan yang akan dicapai
g.    Seorang pemimpin harus mampu membimbing, melatih dan mengasuh setiap anggota
h.    Seorang pemimpin juga harus mampu mengembalikan keseimbangan hidup. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal ketika melihat diremehkannya orang-orang jujur dan naiknya para pembohong, serta dilimpahkannya urusan-urusan penting kepada yang bukan ahlinya. Seorang pemimpin harus mencegah agar hal tersebut tidak terjadi.

2.    Unsur-unsur dan teori-teori kepemimpinan
2.1  Unsur-unsur kepemimpinan
Unsur-unsur kepemimpinan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Visi ke depan
Nasibah al-Muthawwi’ mengatakan bahwa ketika visi sudah jelas, maka tujuan akan menjadi pasti, dengan kepastian tujuan, maka jalan (yang akan ditempuh pun) menjadi jelas.
b.      Pengikut yang setia
Menurut Warren Blank pengikut adalah unsur fundamental yang menentukan sikap seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Pengikut adalah sekutu yang menggambarkan sisi lain dan sangat penting dari kepemimpinan.
c.       Dorongan dan motivasi
Seorang pemimpin yang sukses adalah yang mampu menggunakan kunci yang sesuai bagi setiap pengikutnya. Rasulullah memberikan dorongan dan motivasi kepada para sahabat sesuai kemampuan masing-masing.
2.2  Teori-teori kepemimpinan
Terdapat beberapa teori dalam kepemimpinan diantaranya sebagai berikut:
a.       Kepemimpinan transformatif
Menurut teori ini, kepemimpinan memiliki empat fungsi utama, yaitu:
1.      Menentukan visi ke depan
2.      Sosialisasi visi kepada pengikut
3.      Realisasi visi
4.      Meningkatkan komitmen pengikut terhadap visi
b.      Kepemimpinan situasional
Teori ini menekankan bahwa pemimpin yang cocok untuk menjadi pimpinan pada keadaan tertentu, belum tentu cocok untuk menjadi pemimpin pada keadaan lainnya. Contohnya, Abu Bakar Asshiddiq dianggap lebih mampu untuk menjalankan kepemimpinan ketika banyak orang Islam yang murtad, dari pada Umar bin Khattab.

3.    Karakteristik seorang pemimpin
3.1     Tujuh karakter pemimpin
Meschane dalam bukunya yang berjudul Behaviour Organizational (1998) mengatakan karakter seorang pemimpin terdiri dari tujuh hal, yaitu:
a.         Motivasi
Merupakan dorongan dari dalam diri seorang pemimpin untuk memfungsikan kemampuannya dalam menggerakkan manusia untuk mencapai tujuan, dengan memanfaatkan hubungan sosial dan kemanusiaan.
b.        Pribadi
Merupakan penggerak internal yang mendorong pemimpin mencapai tujuan.
c.         Integritas
Merupakan kejujuran dan keteladanan serta kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Hal inilah yang melahirkan kepercayaan dari para pengikut.
d.        Percaya diri
Merupakan keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan dan kapasitas dirinya untuk mencapai tujuan.
e.         Cerdas
Merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam mengakomodasi sebagian besar informasi dan menganalisanya untuk memperoleh solusi terhadap sebuah masalah.
f.         Menguasai masalah
Merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam menguasai masalah, kondisi, dan lingkungan, sehingga ia memahami betul keputusan apa yang harus ia ambil.
g.        Kepekaan diri
Seorang pemimpin yang efektif selalu memiliki kepekaan diri terhadap adanya suatu perubahan sekecil apapun, sehingga ia bisa dengan cepat mengubah arah kebijakan atau perilakunya.    
3.2       Empat karakter pemimpin Islami
1.      Iman dan tauhid
Karakter ini ditandai dengan:
a.       Akidah yang kokoh dan kuat
b.      Tujuan tertingginya adalah akhirat
c.       Tawakkal menjadi ciri pribadinya
2.      Mengikuti (ittiba’)
Karakter ini ditandai dengan:
a.       Teladannya adalah Rasulullah
b.      Merujuk pada syariah
c.       Tidak mengkuduskan ijtihad manusia
3.      Penyucian
Kerakter ini ditandai dengan:
a.       Selalu istiqamah
b.      Membiasakan diri ber-istighfar
c.       Berinteraksi dengan alquran dan sunnah
d.      Mengikat diri dengan akhirat
4.      Menyiapkan kader (penerus)


4.    Wanita dan kepemimpinan
Dalam buku berjudul The Nature of Managerial Work karya Henry Montezeri dan buku The Female Advance karya Judith Rizner dan Sally Helgusen terdapat ulasan tentang perbandingan kepemimpinan pria dan wanita yang akan dipaparkan dalam tabel dibawah ini;
Pria pemimpin
Wanita pemimpin
Bekerja dengan tingkat usaha yang beragam tanpa jeda
Bekerja dalam satu tingkatan yang sama namun mengambil jeda istirahat sejenak untuk jarak waktu yang berjauhan
Selingan dan kunjungan menjadi faktor pengganggu dan memberi dampak negatif pada produktivitas dan penyelesaian tugasnya
Menganggap kunjungan dan jeda sebagai kesempatan untuk membangun hubungan dan untuk memahami kebutuhan para pengikutnya sehingga dapat membantu mereka
Menjaga kerja dalam kadar yang tinggi dan tidak diselingi dengan perkara-perkara lain
Mengkhususkan waktu bagi perkara-perkara lain dan yang paling penting adalah mengatur urusan keluarga
Memiliki hubungan luas dengan orang-orang di luar organisasi
Memiliki hubungan yang luas bersama dengan orang-orang di luar organisasi
Selalu menilai penyelesaian tugas-tugas secara beruntun tanpa melakukan fokus yang besar pada tingkat penuaian tugas dan tanpa melihat pada dampak di masa depannya
Melakukan penilaian serius terhadap setiap kerja dan selalu melakukan studi pada dampak ke depannya dan dampak umum yang ditimbulkan pada keluarga, lingkungan, dan pendidikan
Sangat terikat dengan pekerjaannya
Terikat dengan kerjanya namun dia banyak terkait dengan perkara-perkara yang lain
Suka merahasiakan informasi
Senang bertukar informasi
Menjaga prosedur dan disiplin organisasi
Bekerja melalui jaringan hubungan dan bukan melalui prosedural organisasi

5.    Mencetak pemimpin masa depan
5.1  Faktor-faktor penting dalam mencetak seorang pemimpin
a.       Fitrah, masa kanak-kanak
Para pakar kepemimpinan berkeyakinan, bahwa kemampuan kepemimpinan dan kesiapan untuk menjadi pemimpin itu seharusnya ditanamkan sejak usia tujuh tahun. Sejauh mana pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak sejauh itu pula dia akan memperoleh keterampilan dalam memimpin.
b.      Kebebasan bereksperimen (melakukan percobaan)
Para pemimpin yang sukses rata-rata mendapatkan kebebasan bereksperimen pada usia dua puluh dan tiga puluhan agar bisa meresapi dan belajar dari dua hal, yaitu keberhasilan dan kegagalan.
c.       Pembelajaran
Sesungguhnya tanda pemimpin yang sebenarnya adalah ia selalu menanamkan rasa cinta belajar dalam qalbu-nya. Sehingga ia memperoleh pembaharuan dan pengembangan setiap saat.
d.      Memberikan tanggung jawab
Ketika seseorang diberi tanggung jawab, akan hilang sikap untuk bersantai-santai atau perasaan randah diri jika sejak kecil ia diajarkan untuk selalu bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya.
5.2  Tempat mencetak pemimpin
1.      Rumah (keluarga)
Untuk mencetak seorang pemimpin dalam keluarga terdapat beberapa cara diantaranya:
a.       Lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang
b.      Adanya majelis pembelajaran dalam keluarga
c.       Membangun pribadi yang kuat
d.      Pertemuan keluarga
e.       Fokus pada peran seorang ibu
f.       Ajari anak untuk memiliki visi ke depan
2.      Sekolah
Enam pola interaksi di sekolah yang membantu mencetak seorang pemimpin, yaitu:
a.       Menanamkan akidah
b.      Mengembangkan orientasi akhlak
c.       Mengajari siswa keterampilan hidup
d.      Membantu mengarahkan tujuan (visi) secara tepat
e.       Menyingkap potensi
f.       File kepribadian dan hasil belajar siswa
3.      Masyarakat dan lembaga-lembaga khusus
Enam pola interaksi di masyarakat dan lembaga-lembaga khusus yang membantu mencetak seorang pemimpin, yaitu:
a.    Penanaman prinsip perubahan
b.    Menebarkan semangat untuk introspeksi
c.    Mengangkat panji keterusterangan
d.   Koordinasi antara lembaga-lembaga masyarakat
e.    Penyadaran akan tantangan masa depan
f.     Pendirian pusat pelatihan pemimpin












BAB III
ANALISIS ISI BUKU

            Definisi kepemimpinan dalam buku ini sejalan dengan Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000) (Wibowo: 2011) yang mengatakan bahwa seorang pemimpin merupakan agents of change (agen perubahan), seorang yang mampu bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain mempengaruhi dirinya.
Dan juga sesuai dengan pendapat Ardiansyah yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu hubungan proses mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama (Ardiansyah: 2008).
Berkenaan dengan kepemimpinan Islami, Muhadi Zainuddin (Supyan: 2013) mengatakan bahwa kepemimpinan Islami adalah sebuah kepemimpinan yang mempraktekan nilai-nilai ajaran Islam, terlepas apakah pelakunya seorang muslim atau bukan.
Selain teori kepemimpinan transformatif dan situasional yang dijelaskan dalam buku ini sebenarnya terdapat teori kepemimpinan yang berkaitan, yaitu teori kepemimpinan kontingensi yang diperkenalkan oleh Tannenbaum dan Schmidt.
Menurut Sukarta (2009) teori kontingensi pada prinsipnya memberikan gambaran bahwa kepemimpinan harus bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan lingkungan organisasi. Sehingga kepemimpinan tidak boleh kaku dan memusat tanpa memberikan kewenangan terhadap para staff (pengikut). Selanjutnya Doug Miller menyebut kepemimpinan yang fleksibel tersebut dengan istilah kepemimpinan bunglon. Dalam kepemimpinan bunglon bukan berarti kepemimpinan yang munafik namun merupakan fleksibilitas yang dilandaskan pada kemuliaan diri pemimpin.
Berdasarkan lahirnya seorang pemimpin terdapat beberapa teori kepemimpinan, yaitu:
1.      Teori genetik, menurut teori ini para pemimpin itu dilahirkan bukan dicetak (dilatih)
2.      Teori sosial, menurut teori ini para pemimpin merupakan hasil dari pelatihan bukan karena dilahirkan.
3.      Teori ekologis, teori ini merupakan gabungan dari teori genetik dan sosial.
Selanjutnya untuk karakteristik pemimpin yang terdapat dalam buku ini, sesuai dengan kriteria pemimpin abad 21 yang dipaparkan oleh Duski Samad (2012) bahwa seorang pemimpin harus memiliki kriteria: (1) visioner (berpandangan jauh ke depan), (2) Enlighment (cerah dan mencerahkan), (3) memiliki resonansi (muruah/harga diri dan gezzah/kemuliaan diri), (4) Empaworment (mampu memberdayakan) (Samad: 2012).
Hal tersebut juga sejalan dengan karakteristik kepemimpinan Rasulullah (Sukarta dan Sastra: 2010) yang terdiri dari Sembilan karakter, yaitu:
1.      Mampu mengambil keputusan cepat di waktu yang tepat (siroul fikri)
2.      Memiliki keberanian
3.      Memiliki kehendak (visi) yang kuat
4.      Bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
5.      Mengetahui kondisi psikologis dan kemampuan setiap pengikut
6.      Membangun kepercayaan (Trust) antara pimpinan dan pengikut
7.      Berkarakter dan berwibawa
8.      Memiliki sikap dinamis dan fleksibel
9.      Memiliki semangat dan optimis
Menurut Stephen R. Coney (Turmudi: 2010) kriteria seorang pemimpin adalah:
a.       Seorang yang belajar seumur hidup
b.      Selalu berorientasi pada pelayanan
c.       Selalu membawa energi positif
Sedangkan hubungan antara wanita dan kepemimpinan dalam buku ini berbeda dengan pendapat Hennig dan Jardim (Patricia Ward dan Martha Stout: 1981) dalam buku The Managerial Woman, yang mengatakan kebanyakan wanita melihat dirinya seorang yang ragu, bimbang, bingung akan tujuan-tujuan mereka dalam hidup, dan menunggu dipilih atau disadari keberadaannya oleh pria. Mereka tidak suka mengambil resiko dan mereka menjadi gelisah dalam situasi di mana mereka tidak mengetahui banyak hal. Jika demikian, bagaimana bisa wanita menjadi pemimpin? Sifat-sifat seperti itu bertentangan dengan sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin, yakni seorang yang harus bertanggung jawab, menetapkan tujuan, mengambil resiko, dan membuat keputusan. Oleh karena itu, wanita dapat menjadi pemimpin mungkin karena mereka dididik dengan cara berbeda atau mereka mengenali potensi kepemimpinan itu ada dan telah belajar untuk memimpin. Para peneliti menemukan bahwa para wanita yang suka memimpin tidak menganggap diri mereka sebagai wanita dan berbeda, tetapi mereka melihat diri mereka sebagai manusia. Pola pikir mereka, begitu juga kemampuan mereka, memampukan mereka menjadi pemimpin. Mereka berorientasi untuk bersaing dan menyelesaikan tugas.
Menurut Salenda (2012) kepemimpinan wanita dalam Islam sendiri masih menjadi persoalan yang masih kontroversial. Bagi yang menolak kepemimpinan wanita hal ini setidaknya didasarkan atas beberapa faktor diantaranya:
a.       Adanya nash alquran dan hadits yang mengisyarakatkan keutamaan laki-laki untuk menjadi pemimpin
b.      Sebagian masyarakat belum bisa menerima wanita sebagai pemimpin.
Para ulama yang mentolerir kebolehan wanita diangkat menjadi pemimpin memahami bahwa menurut kaedah Ushul Figh, suatu nash baru dikatakan menunjukkan larangan (keharaman) bila memuat setidaknya empat hal yakni:
1.      Secara redaksional, nash dengan tegas mengatakan haram
2.      Larangan tersebut diungkapkan dalam bentuk nahy
3.      Nash mengandung uqubah (ancaman)
4.      Menggunakan redaksi lain yang menurut gramatika bahasa Arab menunjukkan tuntunan yang harus dilaksanakan (Salenda: 2012).
Al-Thahthawiy (1801-1877 M) (Salenda: 2012) misalnya, telah mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia menulis buku al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin pada tahun 1872 M. Dalam buku tersebut ia menggambarkan betapa pentingnya emansipasi wanita, namun ia tidak sepakat dengan kebebasan perempuan ala Barat. Kebebasan yang ia maksudkan adalah kebebasan dalam kerangka ajaran-ajaran Islam yang hanif, termasuk dalam kepemimpinan.


BAB IV
PENUTUP

Sesuai dengan judulnya yakni Sukses Menjadi Pemimpin Islami, buku ini mengajak kita untuk mengetahui lebih dalam tentang apa itu kepemimpinan, bagaimana karakteristik seorang pemimpin, hubungan antara wanita dan kepemimpinan, serta bagaimana cara mencetak pemimpin masa depan.
Selain untuk mengetahui tentang masalah kepemimpinan, buku ini juga bertujuan untuk pelatihan, pelatihan bagi para pembaca untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan yang ada dalam diri setiap pembaca. Hal tersebut karena dalam setiap akhir bab, penulis memberikan kolom catatan pembaca dan juga apa yang akan kita lakukan setelah membaca seluruh bagian bab.
Setiap poin yang disampaikan dalam setiap bab selalu diawali dengan pertanyaan. Hal tersebut karena menurut penulis hal ini mengikuti metode Rasulullah tatkala beliau menyampaikan sebuah ilmu beliau bertanya terlebih dahulu kepada para sahabat. Hal ini sejalan dengan kata pepatah “Ilmu itu ibarat lemari, kunci-kuncinya adalah pertanyaan”.















DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. Asrori. (2008). Teori Kepemimpinan dalam Persepektif Alquran. [Online]. Diakses dari http://alumnigontor.blogspot.com/2008/04/teori-kepemimpinan-dalam-al.html
As-Suwaidan, Dr. Thariq M. dan Faishal Umar Basyarahil. (2006). Sukses Menjadi Pemimpin Islami. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Salenda, Kasjim. (2012). Kepemimpinan Perempuan dalam Persepektif Islam. Makassar: Universitas Negeri Alauddin.
Samad, Duski, Prof., Dr., H., M.Ag. (2012). Kriteria Pemimpin Abad 21. Padang: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol.
Sukarta, Mad Rodja. (2008). Saatnya Umat Islam Bangkit. Bogor: DM Grafika.
Sukarta, Mad Rodja. (2009). Menjaga Visi dan Tradisi Pesantren. Bogor: DM Grafika.
Sukarta, Mad Rodja dan Ahmad Sastra. (2010). Kepemimpinan Organisasi Pesantren. Bogor: Darul Muttaqien Press.
Supyan, M. Dian. (2013). Kepemimpinan Islam dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab. Skripsi Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Turmudi. (2010). Kepemimpinan. Solok: Universitas Mahaputra Muhammad Yamin.
Ward, Patricia dan Martha Stout. (1981). Christian Women at Work. Michigan: Zondervan Corporation.
Wibowo, Udik Budi. (2011). Teori Kepemimpinan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.



Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

my life is my advanture

my life is my advanture

" Quote of the Day"

Sembahlah Dia, seolah-olah engkau melihat-Nya.
Meskipun engkau tak melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu

Pages - Menu

Blogger templates