karena berbagi tak pernah rugi

Selasa, 28 April 2015

Pelajaran dari novel A History of The World in 10,5 Chapter



Meskipun novel karya Julian Barnes ini merusak pemahaman kita tentang sebuah sejarah yang telah kita peroleh sebelum membaca buku ini dan cenderung menyesatkan, namun dalam novel juga terdapat beberapa pelajaran hidup. Tulisan ini akan memaparkan beberapa pelajaran yang bisa diambil dari novel tersebut.

…………………………………………………………………………………………
            Bagaimana seseorang sampai bisa gagal menyadari adanya Tuhan, rencana abadi-Nya, dan keluhuran esensial-Nya?
            Bukti tentang rancana dan karunia itu terhampar nyata di alam, yang disediakan oleh Tuhan untuk kemaslahatan manusia. Hal itu bukan berarti, sebagaimana diasumsikan sebagian orang, manusia boleh menguras alam sewenang-wnang karena sesungguhnya alam layak lebih dihormati karena merupakan ciptaan Ilahi.
            Ketika merenungkan buah-buahan yang berada di kebun, betapa beraneka ragamnya, alangkah sempurnanya disesuaikan untuk kemaslahatan manusia. Sebagai contoh, pohon yang buahnya dapat dimakan manusia dibikin mudah dipanjat, jauh lebih rendah daripada pepohonan di hutan. Buah-buahan yang lunak ketika matang, seperti buah murbei dan jenis-jenis buah berry, yang bisa bonyok ketika jatuh, tumbuh tak jauh dari tanah. Sementara buah yang keras, yang tidak berisiko terluka kalau jatuh, seperti kelapa, tumbuh di ketinggian. Sebagian buah seperti –kelengkeng dan rambutan- bentuknya dibikin sesuai dengan mulut. Sebagian lainnya –apel dan pir- disesuaikan dengan tangan. Lainnya lagi, seperti melon, dibuat lebih besar, supaya dapat dibagi-bagi sekeluarga. Kemudian buah lain, seperti labu, dibikin dengan ukuran untuk dibagi-bagi dengan tetangga, dan buah-buahan yang berukuran besar lainnya banyak yang ditandai dengan belahan vertical pada kulitnya, supaya lebih mudah membaginya. (Subhanallah)
(Sumber: Novel A History of The World in 10 Chapter karya Julian Barnes)
“Kita Harus Mencintai atau Mati”
Kalimat di atas merupakan bagian dari puisi karya W.H. Auden. Yang mendorong E.M Forster memaklumkan: “karena pernah menulis ‘harus saling mencintai atau mati’, dia boleh memerintahku mengikutinya.” Tapi Auden tidak puas dengan larik terkenal dari puisi “1 september 1939” itu. “itu dusta sialan!” komentarnya, “kita toh harus mati.” Jadi ketika menerbitkan kembali puisi itu, dia mengubah larik tersebut menjadi lebih logis, “kita harus saling mencintai dan mati.” Belakangan dia menghapus larik itu sama sekali.
Pergeseran dari atau menjadi dan itu adalah salah satu revisi puisi yang paling terkenal. Ketika pertama kali melihatnya, aku memberikan tepuk tangan kepada kekonsistenan yang jujur ketika Auden sang penyair mengubah puisinya sendiri. Jikasatu larik terdengar bagus tapi tidak benar, buang saja-pendekatan semacam itu bebas merdeka dari keakuan sang penulis.
Sekarang aku tak terlalu yakin. Kita harus saling mencintai dan mati jelas memiliki kelogisan di dalamnya; tetapi juga sama samarnya mengungkapkan keadaan manusia, dan sama mencengangkannya dengan larik kita harus mendengarkan radio dan mati atau kita harus ingat mencairkan bunga es di kulkas dan kita mati. Auden benar ketika mencurigai retorikanya sendiri. Tapi mengatakan bahwa larik kita harus saling mencintai atau kita mati tidak benar- dengan alasan toh kita harus mati (atau mereka yang tak mencintai tidak serta merta binasa)- berarti mengambil pandangan yang sempit atau khilaf.
            Ada cara lain yang juga logis dan lebih persuasif untuk membaca larik kita harus saling mencintai atau kita mati. Pertama, yang jelas: kita harus saling mencintai, kalau tidak, besar kemungkinan akhirnya kita saling bunuh. Kedua, kita harus saling mencintai, karena kalau tidak, jika cinta tidak menjadi bahan bakar hidup kita, kita bisa mati juga.

………………………………………………………………………………………….
            Jantung tidak berbentuk dua belahan simetris simbol cinta, itu salah satu problem kita. Kita bayangkan, bukan, suatu katup ganda rapi yang bentuknya menyimbolkan bagaimana cinta memadukan dua belahan, dua bagian terpisah menjadi satu keseluruhan? Kita bayangkan simbol yang mengena ini berona merah menggelora, berona merah tua darah pembengkakan juga.
            Buku teks kedokteran tidak langsung mengecewakan kita; disitu jantung dipetakan seperti jalur kereta bawah tanah London. Aorta, arteri, dan vena pulmonary kiri-kanan, arteri subklavian kiri-kanan, arteri coroner kiri-kanan, arteri carotid kiri-kanan…tampak elegan bertujuan, suatu jejaring pembuluh yang memompa mantap. Disini darah mengalir tepat waktu pikirmu.
            Fakta yang menggetarkan:
1.      Jantung adalah organ pertama yang berkembang dalam embrio; ketika kita  masih tak lebih besar daripada kacang merah, jantung kita sudah terlihat, sudah memompa;
2.      Secara proporsional, jantung anak-anak jauh lebih besar daripada jantung orang dewasa; jantung anak-anak 1/130 dari berat badan total, jantung orang dewasa 1/300;
3.      Semasa hidup, ukuran, bentuk, dan posisi jantung sangat beragam;
4.      Setelah mati, jantung berbentuk piramida

………………………………………………………………………………………….
Paradoks Cinta
            Pernahkah kalian mendengar istilah paradoks cinta, lebih tepatnya ketika beberapa pekan dan bulan cinta membara,- paradoks tentang waktu-. ketika kau dirundung cinta, pada saat kebanggaan dan kekhawatiran berkecamuk dalam dirimu. Sebagian dari dirimu menginginkan agar waktu berjalan lambat; karena ini, katamu kepada dirimu sendiri, adalah masa terbaik sepanjang hidupmu. Kau dirundung cinta, kau ingin mereguk segalanya, mepelajarinya, berbaring mesra bersamanya dan berharap hari ini tidak akan berakhir.
            Tapi itu sisi puitismu, sisi prosamu bahkan menyuruh waktu berjalan lebih cepat, untuk mengetahui bahwa itu benar-benar sebuah cinta. Bagaimana kita mengetahuinya karena ini baru berjalan beberapa minggu, beberapa bulan saja. Kau takkan tahu apakah ini benar-benar nayata kecuali kamu (dan dia) masih sehati selamanya, oh, setidaknya setahunan; itu satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa kau tidak menjalani sesuatu yang kau anggap cinta padahal bukan.

………………………………………………………………………………………….




Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

my life is my advanture

my life is my advanture

" Quote of the Day"

Sembahlah Dia, seolah-olah engkau melihat-Nya.
Meskipun engkau tak melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu

Pages - Menu

Blogger templates