karena berbagi tak pernah rugi

Senin, 13 April 2015

RESUME KELOMPOK 6

2. 1        Masalah-masalah Siswa di Sekolah
       Siswa di sekolah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda-beda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
1)        Perkembangan individu,
2)        Perbedaan individu dalam hal: kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan,

3)        Kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri,
4)        Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku,
5)        Masalah belajar.
       M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
1)        Masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya
2)        Masalah individu dengan dirinya sendiri
3)        Individu dengan lingkungan keluarga
4)        Individu dengan lingkungan kerja
5)        Individu dengan lingkungan sosialnya
       Beberapa contoh masalah-masalah di sekolah yang dikemukakan dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (halaman 58).
1.         Prestasi belajar rendah; di bawah rata-rata; merosot
Kemungkinan sebab:
-            Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata;
-            Malas belajar;
-            Kurang minat dan perhatian, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Minat belajar semakin berkurang;
-            Tidak naik kelas;
-            Dikeluarkan dari sekolah;

2.         Kurang berminat pada bidang studi tertentu
Kemungkinan sebab:
-            Tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut;
-            Lingkungan tidak menyokong untuk pengembangan bidang tersebut;
-            Proses belajar mengajar untuk bidang tersebut tidak menyenangkan, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Pindah jurusan;
-            Terjadi ketidaksesuaian antara keinginan orang tua dan pilihan siswa;
-            Kegiatan belajar untuk bidang-bidang studi lain menjadi terganggu.

3.         Bentrok dengan guru
Kemungkinan sebab:
-            Tidak menyukai bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut;
-            Siswa berbuat kesalahan dan ketika ditegur oleh guru tersebut siswa tidak mau menerima teguran itu, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Memperoleh nilai “mati” dari guru yang bersangkutan;
-            Hubungan dan kegiatan belajar dengan guru-guru lain menjadi terganggu;
-            Tidak naik kelas atau dikeluarkan dari sekolah.

4.         Melanggar tata tertib
Kemungkinan sebab:
-            Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya;
-            Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Tingkah laku siswa makin tidak terkendali;
-            Terjadi kerenggangan hubungan antara guru dan murid;
-            Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, dll;

5.         Membolos
Kemungkinan sebab:
-            Tak senang dengan sikap dan perilaku guru;
-            Merasa kurang mendapatkan perhatian dari guru;
-            Merasa dibeda-bedakan oleh guru, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Minat terhadap pelajaran akan semakin kurang;
-            Gagal dalam ujian;
-            Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, dll;

6.         Terlambat masuk sekolah
Kemungkinan sebab:
-            Jarak antara sekolah dan rumah jauh;
-            Kesulitan kendaraan;
-            Terlalu banyak kegiatan di rumah, membantu orang tua, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Nilai rendah;
-            Tidak naik kelas;
-            Hubungan dengan guru terganggu, dll;

7.         Pendiam
Kemungkinan sebab:
-            Berwatak introvert;
-            Kurang sehat;
-            Mengalami gangguan dengan organ bicara, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Tidak disukai kawan dan pergaulan terganggu;
-            Kurang mampu mengembangkan penalaran melalui komunikasi lisan.

8.         Kesulitan alat pelajaran
Kemungkinan sebab:
-            Orang tua tidak mampu;
-            Pemboros sehingga uang yang tersedia untuk alat-alat pelajaran terbelanjakan untuk yang lain;
-            Kurang akrab dengan kawan sehingga tidak dapat meminjam alat pelajaran yang diperlukan dari kawan, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Tertinggal dalam pelajaran;
-            Semangat belajar menurun;
-            Tugas-tugas tidak selesai dan nilai rendah;

9.         Bertengkar atau berkelahi
Kemungkinan sebab:
-            Pengendalian diri kurang;
-            Mau menang sendiri;
-            Merasa jagoan, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Tidak disukai kawan dan guru;
-            Luka;
-            Melalaikan pelajaran, dll;

10.     Sukar menyesuaikan diri
Kemungkinan sebab:
-            Mau menang sendiri;
-            Memiliki standar yang berbeda dengan standar yang ada;
-            Banyak mengalami kekecewaan dalam berhubungan dengan orang lain, dll;
Kemungkinan akibat:
-            Sosialitas kurang berkembang sehingga kurang mendapat keuntungan dari pergaulannya dengan orang lain;
-            Tidak dapat mengambil manfaat dari lingkungan demi pengembangan dirinya.

2. 2   Pendekatan-pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling
2.2.1                       Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini, guru BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan siswa.
2.2.2                       Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini guru BK memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
2.2.3                       Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut pada individu.
2.2.4                       Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif, pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat kepedulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau terapeutik, walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik sentral tujuan bimbingan dan konseling adalah perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya ialah memberikan kemudahan perkembangan. Outreach, karena target populasi layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara individual tetapi meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, setting, metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling (Muro and Kottman, 1995:5)

2. 3   Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Menurut kamus The American Herritage Dictionary (1976: 1273) (Nurihsan, 2007: 9) dikemukakan bahwa ‘strategy is the scince or art of military command as applied to overall planning and conduct of large-scale combat operations’. Selanjutnya, dikemukakan pula bahwa strategi adalah ‘the art or skill of using stratagems (a military manoeuvre) designed to deceive or surprise an enemy in politics, business, courtships, or the like’.
Pada awalnya, strategi berarti kegiatan memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Konsep strategi yang semula diterapkan dalam kemiliteran dan dunia politik, kemudian banyak diterapkan pula dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan, dan pendidikan (Bracker dalam Nurihsan, 2007). Dengan semakin luasnya penerapan strategi, Mintberg dan Waters (Nurihsan, 2007: 9) mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan.
Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi, konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial, bimbingan klasikal, dan strategi terintegrasi.
2.3.1                       Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa. Siswa yang mengalami masalah pribadi yang sulit atau tidak bisa diselesaikan sendiri, kemudian meminta bantuan kepada guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi.
Menurut Nurihsan (2007: 11) teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu: a) Menghampiri siswa; b) empati; c) refleksi; d) eksplorasi; e) menangkap pesan utama; f) bertanya untuk membuka percakapan; g) bertanya tertutup; h) dorongan minimal; i) interpretasi; j) mengarahkan; k) menyimpulkan sementara; l) memimpin; m) memfokus; n) konfrontasi; o) menjernihkan; p) memudahkan; q) diam; r) mengambil inisiatif; s) memberi nasihat; t) memberi informasi; u) merencanakan; dan v) menyimpulkan.
Secara umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu: a) tahap awal konseling, b) tahap pertengahan konseling, dan c) tahap akhir konseling.
a)         Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak siswa bertemu dengan guru BK hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah siswa. Adapun yang dilakukan guru BK dalam proses konseling tahap awal adalah sebagai berikut:
1)        Membangun hubungan konseling dengan melibatkan siswa yang mengalami masalah
2)        Memperjelas dan mendefinisikan masalah
3)        Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
4)        Menegosiasikan kontrak

b)        Tahap Pertengehan Konseling (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah siswa yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: penjelajahan masalah yang dialami siswa, dan bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajahi tentang masalah siswa. Cavanagh (Nurihsan, 2007: 14) menyebut tahap ini sebagai tahap action.
Adapun tujuan pada tahap pertengahan ini adalah sebagai berikut:
1)        Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian siswa dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
2)        Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
3)        Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.

c)         Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (Nurihsan, 2007: 15) menyebut tahap ini dengan istilah termination. Pada tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini.
1)        Menurunnya kecemasan siswa. Hal ini diketahui setelah guru BK menanyakan keadaan kecemasannya.
2)        Adanya perubahan perilaku yang jelas ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
3)        Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
4)        Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:
·           Terjadinya transfer of learning pada diri siswa;
·           Melaksanakan perubahan perilaku siswa agar mampu mengatasi masalahnya; dan
·           Mengakhiri hubungan konseling.
2.3.2                       Konsultasi
Teknik lain dalam program bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh guru BK. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah.
Brown dan teman-temannya (Nurihsan, 2007: 16) telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa, tetapi secara tidak langung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Menurut Nurihsan (2007) ada delapan tujuan konsultasi, yaitu:
a)         Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah;
b)        Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting;
c)         Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar;
d)        Memperluas layanan dari para ahli;
e)         Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator;
f)         Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku;
g)        Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingukngan belajar yang baik;
h)        Menggerakkan organisasi yang mandiri;
Sedangkan, langkah proses konsultasi menurut Nurihsan (2007) yaitu:
1.         Menumbuhkan hubungan berdasarkan  komunikasi dan perhatian pada siswa;
2.         Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan;
3.         Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan;
4.         Melakukan pemecahan masalah;
5.         Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
2.3.3                       Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok, menurut Nurihsan (2007), memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
a)         Langkah Awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakn kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
b)        Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
·           Materi layanan;
·           Tujuan yang ingin dicapai;
·           Sasaran kegiatan;
·           Bahan atau sumebr bahan untuk bimbingan kelompok;
·           Rencana penilaian; dan
·           Waktu dan tempat.
c)         Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut.
1)        Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan persiapan administrasi.
2)        Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan.
·           Tahap pertama: pembentukan, temanya pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri.
·           Tahap kedua: peralihan.
·           Tahap ketiga: kegiatan.
d)        Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkemabangan positif yang terjadi pada diri peserta. Lebih jauh, penilaian terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian “dalam proses”, yang dapat dilakukan melalui:
1)        Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung;
2)        Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas;
3)        Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka;
4)        Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; dan
5)        Mengungkapkan kelancaran proses dab suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
e)         Analisis dan Tindak Lanjut

2.3.4                       Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu terdiri dari:
a)         tahap pembentukan, dengan temanya pengenalan, perlibatan, dan pemasukan diri;
b)        tahap peralihan, dengan temanya pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga;
c)         tahap kegiatan, dengan temanya kegiatan pencapaian tujuan;
d)        tahap pengakhiran, dengan temanya penilaian dan tindak lanjut.
2.3.5                       Pengajaran Remedial
Menurut Makmun (dalam Nurihsan, 2007: 23) pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara sistematika prosedur remedial tersebut, menurut Nurihsan (2007) dapat digambarkan sebagai berikut:
a)         Diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
b)        Rekomendasi/referral.
c)         Penelaahan kembali kasus.
d)        Pilihan alternatif tindakan.
e)         Layanan konseling.
f)         Pelaksanaan pengajaran remedial.
g)        Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
h)        Reevalusai/rediagnostik.
i)          Tugas tambahan.
j)          Hasil yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif ditujukan kepada siswa tertentu yang diperkirakan akan mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhnya. Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsung program PBM.
2.3.6                       Bimbingan Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.



DAFTAR PUSTAKA

Asto. (2014). Mengatasi masalah peserta didik melalui layanan konseling individual. [online]. Tersedia di
http://seindah-akhlak-islam.blogspot.com/2014/02/mengatasi-masalah-peserta-didik-melalui.html?m=1. [diakses pada tanggal 07 April 2015]
Bakran Adz Dzaky, M.H. (2004). Konseling dan psikoterapi islam (penerapan metode sufistik). Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Manrihu, M.T. (1988). Pengantar bimbingan dan konseling karir. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nurihsan, A.J. (2007). Strategi layanan & bimbingan konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Prayitno & Erman A. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudrajat, A. (2010). Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. [Online]. Tersedia di
Tohirin. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2008). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.





Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

my life is my advanture

my life is my advanture

" Quote of the Day"

Sembahlah Dia, seolah-olah engkau melihat-Nya.
Meskipun engkau tak melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu

Pages - Menu

Blogger templates