Modul 2
Representasi Graph dan
Beberapa Graph Khusus
Prof.
Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed.
Prof.
Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd.
W
|
alaupun representasi graph
secara piktorial merupakan hal yang sangat menarik dalam kajian teori graph
secara visual, representasi lainnya juga dirasa sangat penting khususnya yang
berkaitan dengan pemrosesan melalui komputer. Ada beberapa cara untuk
merepresentasikan graph, yaitu dengan notasi himpunan, matriks ajasensi,
matriks insidensi, dan dengan diagram atau gambar.
Mengingat materi yang
disajikan dalam Modul 2 ini sangat mendukung pembahasan modul selanjutnya, maka
pemahaman yang baik tentang materi yang
disajikan merupakan langkah tepat dalam upaya memahami materi setiap modul
secara keseluruhan.
Setelah mempelajari
modul ini Anda diharapkan mengenal beberapa representasi graph dan beberapa
graph khusus.
Setelah mempelajari
modul ini secara khusus Anda diharapkan mampu:
1.
menyatakan
graph dalam notasi himpunan;
2.
menyatakan
graph dalam notasi matriks ajasensi;
3.
menyatakan
graph dalam notasi matriks insidensi;
4.
menggambar
graph dari notasi himpunan atau matriks yang diketahui;
5.
menjelaskan
sifat-sifat beberapa graph khusus.
Kegiatan Belajar 1
Representasi Graph
a. GRAPH DALAM NOTASI HIMPUNAN
Sebuah graph G adalah suatu himpunan V yang tidak kosong
yang memenuhi sifat tidak refleksif dan simetris dari suatu relasi R pada V. Karena R simetris, maka untuk setiap pasangan
terurut (u, v) R, pasangan terurut
(v, u) juga elemen R. Himpunan pasangan terurut simetris dalam R dinotasikan
dengan E. Sebagai contoh, sebuah graph G dapat didefinisikan dengan himpunan.
V = { v1, v2, v3, v4 }
dan relasi
R = {(v1, v2), (v1, v3), (v2, v1), (v2, v3), (v3, v1), (v3, v2), (v3, v4), (v4, v3)}
Dalam hal ini,
E = {(v1, v2), (v2, v1), (v1, v3), (v3, v1), (v2, v3), (v3, v2), (v3, v4), (v4, v3)}
Dalam sebuah graph G, V
merupakan sebuah himpunan titik dan tiap elemen dari V disebut titik.
Banyaknya titik dalam G disebut orde dari G. Tiap elemen dari E
disebut sisi dan E sendiri disebut himpunan sisi dari G. Banyaknya sisi dalam G disebut ukuran dari
G. Dengan demikian | V | = orde dari G
dan | E | = ukuran dari G.
Jika G merupakan sebuah
graph yang didefinisikan dalam bentuk sebuah himpunan titik V dan suatu relasi
R pada V, maka (u, v) R membawakan (v, u) R. Dengan demikian
{(u, v), (v, u)} adalah sebuah sisi dari G. Untuk memudahkan dalam penulisan,
sebuah sisi biasanya cukup dinotasikan dengan uv atau vu. Himpunan sisi E
menentukan relasi R. Dengan demikian graph G yang diberikan sebagai ilustrasi
di atas dapat didefinisikan sebagai himpunan V = {v1, v2, v3, v4} dan E =
{v1v2, v1v3, v2v3, v3v4}. Orde dan ukuran dari G adalah 4. Himpunan
titik dari G dapat juga dinotasikan
dengan V (G) dan himpunan sisinya dinotasikan dengan E (G). Penggunaan notasi
seperti ini sangat bermanfaat khususnya apabila kita membicarakan dua graph
atau lebih.
Himpunan V x V
dimungkinkan berupa himpunan kosong, karena relasi R pada V memenuhi sifat
tidak refleksif dan antisimetris. Hal ini berakibat bahwa himpunan sisi dari
suatu graph bisa berupa himpunan kosong atau dengan kata lain sebuah graph
mungkin tidak memiliki sisi.
Berkenaan dengan
pembicaraan sebuah graph, seringkali kita menyatakannya dalam bentuk diagram.
Dalam diagram seperti ini titik dinyatakan sebagai sebuah noktah atau lingkaran
kecil dan sisi dinyatakan oleh segmen garis yang menghubungkan dua titik
tertentu. Sebagai ilustrasi, perhatikan contoh diagram pada gambar di bawah
ini.
Walaupun dua diagram
pada Gambar 2.1 di atas kelihatannya berbeda, namun sebenarnya dua diagram
tersebut menyatakan graph yang sama.
Jika e = uv E (G), maka dikatakan
bahwa e menghubungkan titik u dan v. Dua titik u dan v disebut berbatasan dalam
G, jika uv E (G). Jika uv E (G), maka u
dan v merupakan
dua titik yang tidak saling berbatasan. Jika e = uv E (G), maka u dan v
masing-masing disebut ujung dari e. Jika uv dan uw merupakan dua sisi berbeda
dari G (v w), maka uv dan uw
adalah dua sisi yang berbatasan. Dengan demikian dalam graph G pada Gambar 2.1,
v1 dan v3 berbatasan,
sedangkan v1 dan v4 tidak berbatasan. Titik v3 merupakan ujung dari sisi v2v3 sedangkan v4 bukan ujung dari v2v3. Sisi v1v3 dan v3v4 adalah dua
sisi yang berbatasan; sisi v1v2 dan v3v4 tidak berbatasan.
b. GRAPH DALAM NOTASI MATRIKS INSIDENSI
Misalkan G adalah sebuah
graph dengan n titik, e sisi, dan tidak memuat loop. Definisikan sebuah matriks
A = [aij]
berordo n x e dengan n menyatakan baris dan e menyatakan kolom sebagai berikut:
Elemen matriks
aij = 1 jika sisi ke-j ej insiden dengan titik vi dan
aij = 0 jika
sebaliknya
Contoh 1
Misalkan diketahui V(G) = {a, b, c, d, e, f} dan E(G) =
{(a,b), (a,c), (a,d), (a,e), (a,f), (b,c), (b,e), (c,d), (c,e), (d,e), (d,f),
(e,f)}. Maka G
dapat dilukiskan dengan Gambar 2.2 di samping.
Matriks A dari sebuah graph biasanya dinotasikan dengan A
(G). Contoh sebuah graph dengan matriks insidensinya disajikan pada Gambar 2.3
di bawah ini. Matriks semacam ini disebut matriks insidensi.
Sebuah matriks insidensi
hanya memuat dua kemungkinan elemen yaitu 0 dan 1. Matriks seperti ini disebut matriks
biner atau matriks (0,1). Misalkan elemen 0 dan 1 tersebut berasal
dari lapangan Galois modulo 2. Jika diberikan suatu graph yang
direpresentasikan secara geometris, maka matriks insidensinya dapat dengan
mudah dibuat. Di lain pihak, bila diberikan sebuah matriks insidensi A (G),
kita juga bisa secara mudah menyatakannya secara geometris. Dengan demikian,
kedua representasi tersebut sebenarnya memuat informasi yang sama tentang suatu
graph tertentu.
Jika sebuah matriks
insidensi kita observasi secara lebih teliti, maka akan diperoleh beberapa hal
berikut:
1. Karena tiap sisi hanya insiden dengan tepat dua titik, maka tiap
kolom dari matriks A hanya memuat tepat dua elemen 1.
2. Banyaknya elemen 1 pada tiap baris sama dengan derajat dari
titik yang berpadanan.
3. Sebuah baris yang semua elemennya 0, menyatakan sebuah titik
terisolasi.
4. Sisi-sisi paralel dalam sebuah graph akan menghasilkan
kolom-kolom yang sama pada matriks insidensinya.
5. Jika sebuah graph G tidak terhubung dan terdiri atas dua
komponen g1 dan g2, maka
matriks insidensi A (G) dari graph G tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
dengan A(g1) dan A(g2) masing-masing merupakan matriks insidensi dari
2 komponen g1 dan g2. Hal ini
didasarkan atas fakta bahwa tidak ada satu pun sisi dalam g1 yang insiden dengan suatu titik di g2, dan
demikian pula sebaliknya. Jelas, bahwa hasil ini berlaku juga untuk setiap
graph tidak terhubung dengan sejumlah
komponen tertentu.
6. Permutasi dari dua baris atau kolom dalam sebuah matriks
insidensi berpadanan dengan pelabelan kembali titik-titik dan sisi-sisi dari
graph yang sama. Hasil observasi ini membawa kita pada teorema berikut.
Teorema 1
Dua graph G1 dan G2 adalah isomorfik jika dan hanya jika kedua
matriks insidensinya yaitu A(G1) dan A(G2) hanya berbeda
melalui permutasi baris dan kolom.
Rank dari matriks
insidensi: tiap baris dalam
sebuah matriks insidensi A(G) dapat dipandang sebagai sebuah vektor GF(2) dalam
ruang vektor graph G. Misalkan vektor pada baris pertama disebut A1, pada baris
kedua A2,
dan seterusnya. Dengan demikian,
persamaan (1)
Karena terdapat tepat dua
elemen 1 pada tiap kolom A, maka jumlah semua vektor ini adalah 0. Jadi vektor
A1,
A2,
..., An adalah vektor-vektor yang tidak bebas linier.
Dengan demikian, rank A lebih kecil dari n, yaitu rank A < n - 1.
Selanjutnya pandang
jumlah m vektor dengan m < n-1. Jika graph G terhubung, maka A(G) tidak bisa
dipartisikan, seperti terlihat dalam persamaan (1), sehingga A(g1) adalah
matriks dengan m baris dan A(g2) adalah matriks dengan n-m baris. Dengan kata
lain, tidak ada submatriks m x m
dari A(G) yang dapat diperoleh, sehingga jumlah modulo 2 dari m baris tersebut
sama dengan 0.
Karena hanya terdapat
dua konstanta 0 dan 1 dalam lapangan ini, penjumlahan m vektor dengan m <
n-1 menutup kemungkinan adanya kombinasi linear dari m vektor baris. Dengan
demikian telah diperlihatkan bahwa tidak ada kombinasi linear dari m vektor
baris A(m < n-1) yang nilainya sama dengan 0. Jadi, rank matriks A(G) paling
tidak bernilai n-1.
Karena rank A(G) tidak
lebih dari n-1 dan juga tidak kurang dari n-1, maka pastilah rank tersebut sama
dengan n-1. Dengan demikian kita peroleh teorema berikut ini.
Teorema 2
Jika A(G) merupakan sebuah matriks insidensi dari suatu
graph terhubung dengan n titik, maka rank dari A(G) adalah n-1.
Argumen yang digunakan
untuk membuktikan Teorema 2 di atas dapat diperluas untuk membuktikan bahwa
rank dari A(G) adalah n-k, jika G merupakan sebuah graph tidak berhubung dengan
n titik dan k komponen. Dengan demikian rank dari graph dengan k komponen
adalah n-k.
Perhatikan contoh berikut ini.
|
Terdapat empat
titik pada graph di atas, dan terdapat makriks 4 x 4. Elemen-elemen matriks
menunjukkan banyaknya sisi yang menghubungkan pasangan titik di dalam graph
tersebut.
Misalnya:
· Titik 1 dan 2 dihubungkan oleh 2
sisi, sehingga angka 2 muncul di baris 1 kolom 2 dan di baris 2 kolom 1.
· Titik 2 dan 4 dihubungkan oleh 0
sisi, sehingga angka 0 muncul di baris 2 kolom 4 dan di baris 4 kolom 2.
· Titik 1 dan 3 dihubungkan oleh 1
sisi, sehingga angka 1 muncul di baris 1 kolom 3 dan di baris 3 kolom 1.
Catatan:
Bila graphnya tidak memiliki loop, maka
diagonal utamanya (kiri atas ke kanan bawah) terdiri dari angka 0. Matriks ajasensi
itu merupakan matriks persegi yang simetris pada diagonal utamanya.
Salah satu sifat
menarik dari matriks ajasensi suatu graph adalah makna dari elemen-elemen
matriks jika matriksnya dipangkatkan.
Marilah kita lihat
apa yang terjadi jika matriks ajasensi dari graph di atas dikalikan dengan
dirinya sendiri. Untuk mudahnya matriks itu kita beri nama M dan akan kita hitung M2.
Sebagai ilustrasi
mari kita lihat graph pada gambar 2.4 di atas. Elemen (1,2) pada matriks M2 adalah 1 yang artinya ada
1 jalan yang panjangnya 2 (sesuai dengan pangkat matriks M) antara 1 dan 2, yaitu 132.
Elemen (1,3) pada matriks M2 adalah 2 yang maknanya ada
2 jalan yang panjangnya 2 antara 1 dan 3, yaitu 123 dan 123.
|
Sedangkan elemen (1,1) pada maritks M2 adalah 5 yang artinya ada
5 jalan yang panjangnya 2 dari 1 ke 1, yaitu 121, 121, 121, 121, dan 131.
Secara umum, elemen (i,j) dari matriks Mn merupakan bilangan yang menunjukan banyak jalan yang
panjangnya n dari titik i ke titik j pada graphnya.
c. GRAPH DALAM NOTASI MATRIKS AJASENSI
Sebuah graph, selain dapat dinyatakan
sebagai suatu matriks insidensi, dapat juga dinyatakan dalam bentuk matriks
lain yakni matriks ajasensi atau matriks koneksi. Matriks ajasensi sebuah graph G dengan n titik
dan tidak memuat sisi paralel adalah sebuah matriks X = [Xij] berordo n x n yang
didefinisikan pada ring bilangan bulat sedemikian hingga
Xij = 1, jika terdapat sebuah sisi antara titik
ke-i dan titik ke-j, dan
Xij = 0, jika tidak ada satu sisi pun antara kedua
titik tersebut
Contoh sebuah graph
sederhana dengan matriks ajasensinya dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
Bila matriks ajasensi X
dari graph G kita teliti secara seksama, akan diperoleh beberapa hal berikut.
1. Elemen-elemen matriks X sepanjang diagonal utama semuanya
bernilai 0 jika dan hanya jika graph dari matriks tersebut tidak memuat loop.
Sebuah loop pada titik ke-i berpadanan dengan Xij = 1.
2. Menurut
definisi matriks ajasensi, tidak ada ketentuan untuk sisi-sisi paralel. Dengan
demikian, matriks ajasensi X hanya didefinisikan untuk graph yang tidak memuat
sisi paralel.
3. Jika graph
tidak memuat loop dan sisi tidak paralel, derajat suatu titik sama dengan
jumlah atau banyaknya elemen 1 pada baris atau kolom dari X yang bersesuaian.
4. Permutasi baris dan kolom yang bersesuaian mengakibatkan terjadi
perubahan pada posisi titik-titiknya. Perlu dicatat bahwa dalam melakukan
permutasi, baris dan kolom harus disusun dalam urutan yang sama. Jadi, jika dua
baris dalam X dipertukarkan, maka kolom yang bersesuaian juga harus
dipertukarkan. Dengan demikian dua graph G1 dan G2 yang tidak
memuat sisi paralel adalah isomorfik jika dan hanya jika matriks-matriks
ajasensinya yakni X(G1) dan X(G2) saling berkaitan.
X(G2) = R-1. X(G1). R,
dengan R merupakan sebuah matriks permutasi.
5. Sebuah graph G tidak terhubung dan terdiri atas dua komponen g1 dan g2 jika dan
hanya jika matriks ajasensinya yakni X(G) dapat dipartisikan sebagai
dengan X(g1) adalah matriks ajasensi dari komponen g1 dan X(g2) adalah matriks ajasensi dari g2. Jelas
bahwa partisi ini mengakibatkan tidak adanya sisi yang menghubungkan suatu
titik pada subgraph g1 dengan titik dalam
subgraph g2.
6.
Diberikan
sebuah matriks biner Q berordo n. Maka, selalu bisa dibentuk sebuah graph G
dengan n titik (dan tidak memuat sisi-sisi paralel) sehingga Q merupakan
matriks ajasensi dari G.
Bila matriks ajasensi suatu graph menyatakan keajasensian
titik-titiknya, maka matriks insidensi menyatakan insidensi titik dan sisinya. Perhatikan contoh berikut ini.
Baris menunjukkan label titiknya, sedang kolom menunjukkan label sisinya.
Gambar 2.6.
Pada graph di atas
terdapat empat titik dan lima sisi. Di sebelah kanannya terdapat matriks . Elemen-elemen matriks itu hanya bilangan 1 atau 0,
tergantung pada insidensi titik dan sisi itu.
Misalnya:
· Titik 1 insiden pada sisi 4,
sehingga angka 1 muncul di baris 1 kolom 4.
· Titik 2 tidak insiden pada sisi
4, sehingga angka 0 muncul di baris 2 kolom 4.
· Titik 4 insiden pada garis 5,
sehingga angka 1 muncul di baris 4 kolom 5.
Matriks ajasensi dan matriks insidensi hanyalah dua macam
matriks dari sekian banyak matriks yang dapat didefinisikan untuk graph.
Demikian pula untuk sisi berarah dapat dibuat berbagai macam matriksnya.
D. matriks ajasensi untuk graph berarah
Perhatikan
graph berikut serta matriks ajasensinya.
Gambar 2.7.
Tidak
ada sisi dari 1 ke 1, sehingga angka 0 muncul di baris 1 kolom 1
Ada
1 sisi dari titik 1 ke 2, sehingga angka 1 muncul di baris 1 kolom 2
Ada
1 sisi dari titik 2 ke 1, sehingga angka 1 muncul di baris 2 kolom 1
Ada
1 sisi dari titik 1 ke 3, sehingga angka 1 muncul di baris 1 kolom 3
Ada
0 sisi dari titik 3 ke titik lainnya, sehingga ada empat angka 0 di baris 3.
Sekarang akan kita
coba mengalikan matriks ajasensi untuk graph di atas, yang kita beri nama A dengan dirinya sendiri. Akan diperoleh
matriks A2 seperti di
bawah ini.
Elemen (i,j)
dari matriks A2 merupakan
hasil kali baris ke-i dan kolom ke-j matriks aslinya.
Elemen (i,j)
ini menunjukan banyaknya jalan yang panjangnya 2 (sesuai dengan pangkat
matriksnya) dari i ke j.
Elemen (1,1) adalah
1 yang artinya ada 1 jalan yang panjangnya 2 dari titik 1 ke titik 1 lagi,
yaitu 121.
Elemen (2,3) adalah
1 yang artinya ada 1 jalan yang panjangnya 2 dari titik 2 ke titik 3, yaitu
213.
Elemen (2,4) adalah
0 yang artinya ada 0 jalan atau tidak ada jalan yang panjangnya 2 antara titik
2 dan titik 4.
1) Jika diketahui V = {a, b, c, d, e, f, g, h} dan
E = {ab, ad, bc, cd, be, df, eh, hf, eg, fg}, gambarlah graph
G = (V,E)!
2) Jika diketahui sebuah graph dengan diagram seperti di bawah ini.
tentukan himpunan V dan E dari graph tersebut.
3) Jika G adalah sebuah graph dengan diagram seperti di bawah ini
tentukan matriks insidensinya!
4) Tentukan matriks ajasensi dari graph pada soal nomor 3.
5) Gambarlah graph dari matriks insidensi di bawah ini!
6) Gambarlah graph G dari matriks ajasensi di bawah ini!
Petunjuk Jawaban Latihan
1)
2) V = {a, b, c, d, e, f, g, h, i} dan
E = {ab, bc, cd, de, di, ef, fa, fg, gh, hi}
3) Matriks insidensinya adalah
4) Matriks ajasensinya adalah
5)
6) Gambar graph untuk matriks ajasensi tersebut sama dengan graph
pada No 5.
1. Sebuah graph G adalah suatu himpunan hingga V yang elemennya
berupa titik-titik dan sebuah himpunan sisi E.
2. Misalkan G adalah sebuah graph dengan n titik, e sisi, dan tidak
memuat loop. Sebuah matriks yang elemennya didefinisikan sebagai berikut:
aij = 1, jika sisi ke-j ej insiden dengan titik vi dan
aij = 0, jika sebaliknya
adalah sebuah matriks berordo n x e
yang disebut matriks insidensi.
3. Dua graph G1 dan G2 adalah isomorfik jika dan hanya jika kedua
matriks insidensinya yaitu A(G1) dan A(G2) hanya berbeda melalui permutasi baris dan
kolom.
4. Jika A(G) merupakan sebuah matriks insidensi dari suatu graph
terhubung G dengan n titik, maka rank dari A(G) adalah n-1.
5. Misalkan G adalah sebuah graph dengan n titik dan tidak memuat
sisi paralel. Sebuah matriks X berordo n x n yang didefinisikan sebagai
berikut:
Xij = 1, jika terdapat
sebuah sisi antara titik ke-i dan titik ke-j, dan
Xij = 0, jika tidak
ada satu sisi pun antara kedua sisi tersebut.
maka X disebut matriks ajasensi.
1) Jika graph G berorde 3, maka ukuran yang
mungkin dari G adalah ....
A. 1, 2, 3
B. 0, 1, 2
C. 1, 2, 3, 4
D. 0, 1, 2, 3
2) Misalkan himpunan titik dan sisi dari graph
berorde 3 yang tiap dua titiknya berbatasan serta tiap dua sisinya berbatasan
adalah ....
A. V = {u1, u2, u3} dan E = {u1u2, u2u2, u3u3}
B. V = {u1, u2, u3} dan E = {u1u2, u1u3, u3u3}
C. V = {u1, u2, u3} dan E = {u1u2, u1u3, u2u3}
D. V = {u1, u2, u3} dan E = {u1u2, u2u3, u1u1}
3) Misalkan n lebih besar atau sama dengan 2
adalah sebuah bilangan bulat. Jika G merupakan graph berorde n dan G memuat
sebuah titik yang berbatasan dengan semua titik lain dari G, maka ukuran
minimum yang mungkin dari G adalah ....
A. n + 1
B. n – 2
C. n
D. n – 1
4) Graph G dengan V = {u1, u2, u3, u4} dan E = {u1u2, u2u4, u1u3, u3u4} dapat
digambar sebagai berikut ....
A)
B)
C)
D)
5) Perhatikan graph pada gambar di bawah ini.
Baris pertama dari matriks ajasensi graph tersebut adalah ....
A. 0 1 1 1
B. 0 1 0 1
C. 0 0 1 1
D. 1 0 1 1
6) Elemen-elemen diagonal utama matriks
ajasensi dari graph pada soal nomor 5 adalah ....
A. 0 0 0 0
B. 1 1 1 1
C. 1 1 0 0
D. 0 0 1 1
7) Perhatikan matriks di bawah ini.
Banyaknya titik berderajat 2 pada graph dari matriks tersebut
adalah ....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
8) Banyaknya titik berderajat 3 pada graph yang
diperoleh dari matriks soal nomor 7
adalah ....
A. 4
B. 1
C. 2
D. 3
9) Elemen-elemen baris pertama matriks
insidensi yang diperoleh dari graph pada soal nomor 5 adalah ....
A. 1 1 1 0 0 0
B. 0 0 0 1 1 1
C. 1 1 0 0 1 0
D. 1 0 1 1 1 0
10) Elemen-elemen kolom terakhir dari matriks
insidensi yang diperoleh dari graph pada soal nomor 5 adalah ....
A. 0 1 1 0
B. 1 1 0 0
C. 0 0 1 1
D. 1 0 0 1
Cocokkanlah jawaban Anda
dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80
- 89%
= baik
70
- 79%
= cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat
penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kegiatan Belajar 2
Beberapa Graph Khusus
A. Graph nol
Dalam definisi graph G =
(V, E), himpunan sisi E dimungkinkan merupakan sebuah himpunan kosong. Graph
seperti ini, yakni graph
yang tidak memiliki sisi, disebut graph nol. Dengan kata lain, tiap titik dalam sebuah graph
nol merupakan titik-titik terisolasi. Sebuah graph nol dengan enam titik dapat
dilihat pada Gambar 2.8. Walaupun himpunan sisi
dimungkinkan kosong, himpunan titik dari suatu graph tidak boleh kosong. Dengan
kata lain, sebuah graph paling tidak
harus memiliki sebuah titik.
Beberapa
daerah pemukiman baru yang akan mempunyai jaringan transportasi jalan raya di
antara sesamanya dapat diwakili dengan graph nol. Notasi graph nol adalah Nn
dengan n sebagai banyaknya titik dari N.
B. GRAPH SEDERHANA
Sebuah graph yang tidak memiliki loop dan sisi paralel disebut graph
sederhana. Sebagai contoh,
perhatikan Gambar 2.9 di bawah ini.
Karena graph tersebut
memuat sisi paralel, maka graph tersebut tidak termasuk graph sederhana.
Selanjutnya, graph pada Gambar 2.10 di bawah ini tidak termasuk graph sederhana
sebab termuat di dalamnya sebuah loop dan dua sisi paralel.
Sedangkan bila kita
perhatikan dua graph pada Gambar 2.11 di bawah ini, karena tidak memuat loop
dan sisi paralel, maka kedua graph tersebut merupakan graph sederhana.
c. GRAPH
LENGKAP
Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph sederhana. Jika
tiap pasangan titik Vi , Vj terdapat sebuah sisi yang menghubungkannya,
maka G disebut graph lengkap.
Gambar 2.12 di bawah ini adalah empat contoh graph lengkap dengan dua, tiga,
empat, dan lima titik.
Sebuah
graph lengkap sering juga
disebut sebagai graph universal. Karena tiap titik dalam graph
lengkap selalu dihubungkan dengan titik lain melalui satu sisi, maka derajat
tiap titik dalam sebuah graph lengkap G dengan n titik adalah n-1. Sebuah graph lengkap dengan
n titik dapat dinotasikan dengan Kn. Dengan demikian,
banyaknya sisi dalam G adalah .
Peristiwa saling berkenalan di antara sesama siswa baru
dapat dimodelkan dengan graph lengkap, misalnya K4 dan K5
yang disajikan pada Gambar 2.12. Kedua graph tersebut masing-masing mempunyai
enam dan sepuluh buah sisi. Selanjutnya mudah diperiksa dengan rumus bahwa Kn
mempunyai sisi.
d. GRAPH BAGIAN (SUBGRAPH)
Sebuah graph g disebut graph bagian atau subgraph dari G
jika semua titik dan sisi dari g termuat dalam G, dan tiap sisi dari g memiliki
titik-titik ujung yang sama baik dalam g maupun dalam G. Sebagai contoh, graph dalam Gambar 2.13 bagian (b)
merupakan sebuah graph bagian dari graph gambar (a). Karena konsep subgraph
dapat dianalogikan dengan konsep himpunan bagian dalam teori himpunan, maka
sebuah subgraph dapat dipandang sebagai bagian dari graph yang lain. Untuk
menyatakan bahwa “g merupakan bagian dari graph G” dapat ditulis g < G.
Jika kita telaah lebih jauh, maka akan diperoleh beberapa
sifat berikut ini.
1. Setiap graph merupakan
subgraph dari dirinya sendiri.
2. Subgraph dari suatu subgraph
dari G adalah subgraph dari G.
3. Sebuah titik dalam graph G
merupakan subgraph dari G.
4. Sebuah sisi dari G bersamaan
dengan kedua titik ujungnya juga merupakan subgraph dari G.
|
|
Subgraph Disjoin Sisi: Dua (atau lebih)
subgraph g1 dan g2 dari graph G disebut disjoin sisi jika
g1 dan g2 tidak memiliki sisi sekutu. Sebagai contoh, perhatikan Gambar 2.14 dan Gambar 2.15 berikut ini.
Gambar 2.15 (a) dan (b)
merupakan dua subgraph dari Graph pada Gambar 2.14 yang disjoin sisi. Walaupun
dua graph disjoin sisi tidak memiliki sisi yang bersekutu, akan tetapi kedua
graph tersebut bisa memuat titik-titik yang sama. Dua subgraph yang tidak memiliki titik-titik persekutuan
disebut disjoin titik.
e. GRAPH TERATUR
Sebuah graph disebut graph teratur
jika semua titiknya berderajat sama. Sebagai contoh, graph G pada Gambar
2.16 merupakan sebuah graph teratur.
Sedangkan graph pada
Gambar 2.17 bukan merupakan graph teratur karena tidak semua
titik dalam graph tersebut berderajat sama.
f. GRAPH BIPARTIT
Sebuah graph disebut graph bipartit jika graph tersebut memuat titik-titik yang dapat dibagi
menjadi dua himpunan sedemikian hingga tidak ada sisi-sisi yang menghubungkan
titik-titik pada himpunan yang sama. Graph bipartit ini dilambangkan
dengan G(V1, V2, E). Perhatikan Gambar 2.19 sebagai contoh graph bipartit.
Jika sebuah graph
lengkap titik-titiknya dapat dikelompokkan dalam 2 himpunan yang berbeda,
demikian sehingga tiap titik pada himpunan yang satu ajasen dengan semua titik
lain pada himpunan titik lainnya, maka graph tersebut dinamakan graph bipartit
lengkap.
Sebuah graph bipartit
lengkap dengan m dan n titik, dinotasikan Km,n, merupakan sebuah graph bipartit. Graph
tersebut memuat satu himpunan dengan m titik dan himpunan lain dengan n titik,
serta semua kemungkinan sisi yang bisa dibentuk antara tiap pasangan titik
dalam kedua himpunan yang berbeda.
Sebagai contoh perhatikan Gambar 2.20.
g. Graph Bidang dan Graph planar
Dalam sajian
geometrik suatu graph mungkin saja ada dua sisi atau lebih yang saling
berpotongan bukan pada titik ujungnya. Apabila kita mampu menggambar kembali
graph ini sehingga tidak ada sepasang sisi yang saling berpotongan selain pada
kedua titiknya, maka graph ini mempunyai nama khas.
Jika pada
sajian geometrik suatu
graph ternyata setiap pasangan sisinya saling berpotongan hanya pada titik
ujungnya, maka graph ini disebut graph
bidang. Suatu graph G yang isomorfik dengan graph bidang
disebut graph planar. Dalam hal
lainnya G disebut graph tak-planar.
Kiranya jelas bahwa graph sirkuit
merupakan graph planar. Contoh lainnya, misalnya graph lengkap K4
yang sajian geometriknya diwakili oleh keempat graph pada Gambar 2.22 adalah
graph planar, tetapi hanya graph kedua, ketiga, dan keempat yang merupakan
graph bidang.
(1) (2) (3) (4)
Gambar 2.22.
Dari setiap graph bidang pada Gambar
2.22 dapat diamati bahwa bidang datar tempat graph terbagi menjadi 4 daerah
yang dinomori dari 1 sampai dengan 4. Daerah seperti ini disebut muka. Graph tersebut mempunyai 4 titik
dan 6 sisi, dan memenuhi hubungan:
(banyaknya
titik) – (banyaknya sisi) + (banyaknya muka) = 2.
Pada tahun
1750 hubungan ini telah diperlihatkan berlaku untuk sebarang graph bidang dan
dikenal sebagai rumus Euler.
Teorema 1
Pada graph bidang G = (V,E) dengan n titik, m sisi,
dan f muka berlaku hubungan n – m + f = 2.
Contoh populer graph tak-planar ialah K5
dan K3,3. Oleh karena itu, pada system “sarana” tersebut di atas
sudah dapat dipastikan ada sepasang pipa yang saling tumpang-tindih seperti
dijelaskan berikut ini. Pada Gambar 2.23 tampak bahwa graph K3,3
mengandung graph sirkuit, misalnya dengan rangkaian titik dan sisi seperti
tampak pada Gambar 2.23.
Gambar 2.23.
Sekarang kita harus menempatkan
sisi-sisi ub, vc, dan wa. Dari Gambar 2.23 mudah dilihat bahwa hanya satu di
antara ketiga sisi ini dapat digambar di dalam heksagon, karena dalam hal
lainnya akan saling berpotongan. Dengan alasan serupa tampak bahwa hanya satu
sisi saja yang dapat digambar di luar heksagon. Dengan demikian tidaklah
mungkin menempatkan ketiga sisi tersebut tanpa menghasilkan titik potong,
sehingga akibatnya K3,3 bukan graph planar.
h. GRAPH
KOMPLEMEN
Komplemen dari sebuah graph G, dinotasikan G’, adalah
sebuah graph dengan himpunan titik yang sama seperti dalam G dan dengan sifat
bahwa dua titik dari G’ ajasen jika dan
hanya jika dua titik yang sama dalam G tidak ajasen. Gambar 2.24 memuat contoh dua graph yang saling
berkomplemen.
|
I. GRAPH
ISOMORFIK
Dalam
setiap bidang matematika, penting sekali untuk mengetahui apakah dua objek yang
sedang kita hadapi itu sama atau berbeda. Sebagai contoh, bilangan dua dan dapat dipandang sebagai dua bilangan yang sama, walaupun
secara tepatnya dua bilangan tersebut tidak identik. Sekarang kita akan
menentukan syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi agar dua buah graph dapat
dikatakan “sama”. Hal penting yang diketahui pada kesamaan ini terletak pada
fakta bahwa apabila G1 dan G2 merupakan dua graph yang sama yang diperoleh
dari dua situasi berbeda, maka dapat dipastikan bahwa antara dua situasi
tersebut terdapat suatu kesamaan mendasar.
Secara
intuitif, dua graph G1 dan G2 adalah sama jika salah satu dari dua graph
tersebut, misalnya G2 dapat digambar
kembali, sedemikian hingga G2 identik
dengan G1.
Contoh
Salah satu dari graph di
bawah ini dapat digambar kembali sedemikian hingga hasilnya identik dengan
graph lainnya.
Kesamaan
dua graph selanjutnya akan disebut sebagai graph isomorfik yang akan
kita definisikan secara lebih formal. Misalkan G1 dan G2 adalah dua
buah graph. Isomorfisma dari G1 ke G2 diartikan
sebagai suatu pemetaan satu-satu j: V(G1) pada V(G2) sedemikian hingga dua titik u1 dan v1 berbatasan
dalam G1 jika dan hanya jika titik-titik j(u1) dan j (v1) berbatasan
dalam G2.
Jika j isomorfisma, maka G1 dan G2 disebut isomorfik, dan pemetaan balikan j-1 dari V(G2) ke V(G1) juga merupakan isomorfisma, G2 isomorfik dengan G1. Teorema berikut memuat
sifat penting dari isomorfisma.
Teorema 2
Relasi isomorfik dengan merupakan relasi ekivalen
pada himpunan semua graph.
Bukti
Sifat refleksif jelas
dipenuhi oleh relasi isomorfik dengan. Selanjutnya kita harus
memperlihatkan bahwa jika G sebuah graph dan pemetaan: V(G) → V(G) didefinisikan dengan (v) = v untuk setiap v V(G), maka adalah isomorfisma dari G ke G.
Misalkan G1 isomorfik dengan G2; dengan demikian j adalah
suatu isomorfisma dari G1 ke G2.
Definisikan pemetaan balikan -1 : V(G2) → V(G1) dengan -1 (v2) = v1 jika (v1) = v2. Jelas
bahwa -1 merupakan pemetaan satu-satu dari V(G2) pada V(G1). Misalkan
u2 , v2 V(G2), -1(u2) = u1 dan (v1) = v2. Maka j (u1) = u2 dan j (v1) = v2. Dari dua persamaan terakhir ini diperoleh bahwa u2 dan v2 adalah dua
titik yang berbatasan jika dan hanya jika (u1) dan (v1)
berbatasan, dan karena G1 isomorfik dengan G2, maka (u1) dan (u2) berbatasan
jika dan hanya jika u1 = -1(u2) dan v1 = -1(v2) berbatasan. Dengan demikian u2 dan v2 merupakan dua titik yang berbatasan jika dan
hanya jika -1(u2) dan -1(v2) berbatasan. Hal ini menunjukkan bahwa G2 isomorfik dengan G1; dengan kata lain relasi isomorfik
dengan merupakan sebuah relasi simetris.
Selanjutnya kita harus
memperlihatkan bahwa relasi tersebut merupakan relasi transitif. Misalkan
G1 isomorfik dengan G2 dan G2 isomorfik
dengan G3. Dengan demikian terdapat isomorfisma f : V(G1) → V(G2) dan g : V(G2) → V(G3).
Pandang fungsi komposit
gof. Dapat diperlihatkan bahwa gof merupakan pemetaan satu-satu dari V(G1) pada V(G3). Misalkan
u1 , v1 V(G1). Misalkan pula f(u1) = u2 dan f(v1) = v2, g(u2) = u3 dan g(v2) = v3. Karena f dan g isomorfisma, maka u1 dan v1 berbatasan
jika dan hanya jika f(u1) = u2 dan f(v1) = v2 berbatasan, juga u2 dan v2 berbatasan
jika dan hanya jika g (u2) = u3 dan g (v2) = v3 berbatasan. Jadi, u1 dan v1 berbatasan
jika dan hanya jika u3 = (gof)(u1) dan v3 = (gof) (v1) berbatasan. Hal ini
menunjukkan bahwa gof adalah isomorfisma. Dengan demikian G1 isomorfik dengan G3.
Jika G1 dan G2 graph
isomorfik, maka terdapat pemetaan satu-satu dari V(G1) pada V(G2). Akibatnya V(G1) dan V(G2) memiliki
elemen yang sama banyaknya, atau G1 dan G2 berorde sama. Misalkan u1 dan v1 dua titik
dari G1 dan misalkan pula bahwa (u1) = u2 dan (v1) = v2. Maka u1 dan u1 berbatasan dalam G1 jika dan hanya jika u2v2 merupakan sebuah sisi dari G2. Hal ini
menyimpulkan bahwa G1 dan G2 berukuran sama. Kita tahu bahwa dua graph yang
orde dan ukurannya sama, belum tentu isomorfik. Sebagai contoh perhatikan dua
graph pada Gambar 2.26. Dua graph tersebut masing-masing berorde enam dan
ukurannya sembilan, akan tetapi tidak isomorfik.
Nampaknya
sulit untuk memperlihatkan bahwa graph G1 dan G2 pada Gambar 2.26 di atas adalah tidak
isomorfik, karena kita harus meneliti setiap pemetaan satu-satu dari V(G1) pada V(G2) atau dari
V(G2)
pada V(G1) gagal untuk diperlihatkan sebagai suatu isomorfisma.
Namun demikian kita dapat menyederhanakan masalah tersebut dengan cara sebagai
berikut. Pandang suatu pemetaan satu-satu j dari
V(G1) pada V(G2).
Titik-titik
v1,
v2,
dan v5 dari G2 merupakan
tiga titik yang saling berbatasan. Dengan demikian seharusnya memetakan tiga titik dalam G1 ke dalam v1, v2, dan v5. Jika suatu isomorfisma, maka dua titik dari G1 adalah berbatasan jika dan hanya jika dua
titik bayangan dari G2 di bawah juga berbatasan. Akibatnya tiga titik dari G1 yang bayangannya v1, v2, dan v5 juga harus merupakan tiga titik yang saling
berbatasan. Akan tetapi G1 tidak
memuat tiga titik yang saling berbatasan.
Dengan demikian antara V(G1) dan V(G2) tidak ada suatu isomorfisma, atau G1 tidak
isomorfik dengan G2.
Teorema 3
Jika G1 dan G2 merupakan graph isomorfik, maka derajat
titik-titik dari G1 secara tepat
merupakan derajat titik-titik dari G2.
Bukti
Karena G1 dan G2 isomorfik,
maka terdapat suatu isomorfisma = V(G1) → V(G2). Misalkan u
suatu titik sembarang
dari G1 dan misalkan deg u
= n. Selanjutnya misalkan bayangan u dalam G2 adalah v, yaitu (u) = v. Akan ditunjukkan
bahwa deg v = n.
Karena deg u = n,
maka G1 memuat titik-titik u1, u2, ... un yang berbatasan dengan u. Misalkan (ui) = vi untuk i =
1, 2, ... n, Maka v berbatasan dengan tiap titik v1, v2, ... vn, karena u
merupakan suatu isomorfisma. Titik-titik tersebut yaitu v1, v2, ... vn, merupakan
titik-titik yang berbatasan dengan v, karena u berbatasan dengan x dalam G1 jika dan hanya jika v berbatasan dengan x dalam G2. Jadi deg v = n.
j. GRAPH TERHUBUNG
Himpunan graph terhubung
merupakan suatu himpunan yang sangat penting untuk diketahui. Pada bagian ini
kita akan membahas graph terhubung dengan konsep-konsep yang berkaitan.
Misalkan G sebuah graph.
Sebuah graph H adalah subgraph dari G jika V(H) V(G) dan E(H) E(G). Jika suatu graph F isomorfik dengan
subgraph H, maka F juga disebut subgraph dari G. Perhatikan Gambar 2.27 sebagai
contoh graph G dengan sebuah subgraph H.
Misalkan u dan v adalah
titik-titik dari graph. Perjalanan u-v. dalam G adalah suatu deretan titik-titik dan
sisi-sisi dari G yang dimulai di titik u dan berakhir di titik v sedemikian
hingga tiap sisi menghubungkan titik-titik dari G. Sebagai contoh, v3, v3v2, v2, v2v6, v6, v6v3, v3, v3v4, v4, v4v5, v5, v5v4, v4 adalah sebuah perjalanan v3 - v4 dalam
graph G (Gambar 2.27). Teliti bahwa dalam perjalanan tersebut sisi v4v5 muncul sebanyak dua kali. Untuk memudahkan
dalam penulisan, sebuah perjalanan cukup dinyatakan dengan mendaftar
titik-titiknya, karena sisi-sisinya dapat dengan jelas diketahui. Dengan
demikian contoh perjalanan v3 - v4 dapat disederhanakan penulisannya menjadi v3, v2, v6, v3, v4, v5, v4.
Sebuah penelusuran
u-v dalam suatu graph adalah perjalanan u-v dengan tidak ada satu sisipun yang
diulang. Perjalanan v3 - v4 yang kita bicarakan di atas jelas bukan
merupakan penelusuran, sebab ada sisi yang diulang dua kali; sedangkan v3, v2, v6, v3, v4 dalam graph G gambar 2.27 adalah sebuah perjalanan v3 - v4 yang
merupakan penelusuran. Lintasan u-v adalah sebuah perjalanan u-v atau penelusuran, dengan tidak ada satu
pun titik yang diulang. Dalam graph gambar 2.27, v3, v5, v4 merupakan
sebuah contoh lintasan v3 - v4.
Dua titik u dan v dalam
sebuah graph G disebut terhubung
jika u = v, atau jika u v dan lintasan u - v ada dalam G. Jika setiap
dua titik dari G terhubung, maka G disebut graph terhubung; dan jika
sebaliknya disebut tak terhubung atau tidak terhubung.
Sebuah subgraph
terhubung H dari G disebut komponen dari G jika termuat dalam subgraph
terhubung lain dari G yang memiliki titik atau sisi lebih banyak dari H.
Sebagai contoh perhatikan graph pada Gambar 2.28. Graph tersebut memiliki empat
komponen. Jika sebuah graph hanya memiliki satu komponen, maka graph tersebut
adalah graph terhubung.
Dalam
sebuah penelusuran u-v yang memuat paling sedikit tiga titik, jika u = v, maka
penelusuran itu disebut sirkuit.
Dengan kata lain, dalam sebuah sirkuit, titik berangkat dan titik akhirnya
adalah sama. Sebuah sirkuit dengan tidak ada satu pun titik yang diulang
(kecuali titik berangkat dan titik akhir) disebut sikel. Sebagai contoh,
dalam graph Gambar 2.29, v1, v2, v3, v5, v2, v6, v1 adalah sebuah sirkuit yang tidak merupakan
sikel; sedangkan v2, v3, v4, v5, v2 adalah
sebuah sikel.
Menurut definisi, sebuah
penelusuran adalah suatu deretan titik dan sisi, walaupun sudah kita sepakati
bahwa sebuah penelusuran dinyatakan sebagai deretan titik. Himpunan titik dan
sisi yang menentukan suatu penelusuran, menghasilkan sebuah subgraph. Subgraph
seperti ini sering kali disebut sebagai penelusuran. Sebagai contoh v1, v2, v5, v3, v2, v6 dalam graph
G Gambar 2.29 merupakan sebuah penelusuran. Jika subgraph H dari
G didefinisikan V (H) = { v1, v2, v5, v3, v6 } dan E (H) = { v1 v2, v2 v5, v5 v3, v3 v2, v2 v6 }, maka H
juga disebut sebagai suatu penelusuran dalam G.
1) Sebuah graph yang tidak memiliki loop dan sisi paralel disebut
....
2) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph sederhana. Jika tiap
pasangan titik vi , vj terdapat
sebuah sisi yang menghubungkannya, maka G disebut ....
3) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph dan
H = (V1,
E1)
adalah sebuah graph bagian dari G, maka V1 merupakan
himpunan bagian dari .... dan E1 merupakan
himpunan bagian dari ....
4) Jika semua titik dari suatu graph berderajat
sama, maka graph tersebut disebut graph
....
5) Jika sebuah graph memuat titik-titik yang
dapat di dekomposisi menjadi dua himpunan sedemikian hingga tidak ada sisi-sisi
yang menghubungkan titik-titik pada himpunan yang sama disebut graph ....
6) Misalkan G = (V1, E1) dan H = (V2, E2). Jika V1 = V2 dan dua
titik dalam G ajasen jika dan hanya jika dua titik yang sama dalam H tidak ajasen, maka G
disebut .... dari H.
7) Berikan contoh sebuah graph tidak terhubung
terdiri atas empat komponen yang masing-masing merupakan graph lengkap!
8) Dari tiga graph di bawah ini, tunjukkan dua
graph yang isomorfik.
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Graph sederhana.
2) Graph lengkap.
3) V1 merupakan himpunan
bagian dari V dan E1 himpunan bagian
dari E.
4) Graph teratur.
5) Graph bipartit.
6) Komplemen.
7)
8) G2 dan G3
1. Sebuah graph yang tidak memiliki loop dan sisi paralel disebut
graph sederhana.
2. Misalkan G adalah sebuah graph sederhana. Jika tiap pasangan
titik vi ,
vj terdapat sebuah sisi yang menghubungkannya,
maka G disebut graph lengkap.
3. Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph dan H = (V1, E1) adalah
sebuah graph bagian dari G, maka V1 merupakan
himpunan bagian dari V dan E1 merupakan himpunan bagian dari E.
4. Jika semua titik dari suatu graph berderajat sama, maka graph
tersebut graph teratur.
5. Jika sebuah graph memuat titik-titik yang dapat di dekomposisi
menjadi dua himpunan sedemikian hingga tidak ada sisi-sisi yang menghubungkan
titik-titik pada himpunan yang sama disebut graph bipartit.
6. Misalkan G = (V1, E1) dan H = (V2, E2). Jika V1 = V2 dan dua
titik dalam G ajasen jika dan hanya jika dua titik yang sama dalam H tidak
ajasen, maka G disebut komplemen dari H.
1) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph
sederhana. Maka G memiliki sifat ....
A. memuat loop dan sisi paralel
B. tidak memuat loop dan sisi paralel
C. memuat loop tapi tidak memuat sisi paralel
D. tidak memuat loop tapi memuat sisi paralel
2) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph
lengkap dengan 5 titik. Banyaknya sisi
yang dimuat G adalah ....
A. 20 buah
B. 5 buah
C. 10 buah
D. 15 buah
3) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph
lengkap dengan n titik. Jika v adalah sebuah titik dalam G, maka deg (v) = ....
A. n
B. n (n - 1)
C.
D. n - 1
4) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph
serta V1 dan E1 adalah
himpunan bagian dari V dan E.
Maka graph H = (V1, E1) disebut graph ....
A. bagian dari G
B. komplemen
C. bipartit
D. bagian dari V dan E
5) Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graph
teratur. Jika vi dan vj adalah anggota dari V, maka deg (vi) ....
A. tidak sama dengan deg (vj)
B. mungkin sama dengan deg (vj)
C. sama dengan deg (vj)
D. tidak mungkin sama dengan deg (vj)
6) Jika setiap titik dari graph berderajat
sama, maka graph tersebut disebut graph ....
A. lengkap
B. teratur
C. sederhana
D. bipartit
7) Jika dalam sebuah graph himpunan titiknya
dapat di dekomposisi menjadi dua himpunan sedemikian hingga tidak ada sisi-sisi
yang menghubungkan titik-titik pada himpunan yang sama, maka graph tersebut
adalah graph ....
A. teratur
B. sederhana
C. lengkap
D. bipartit
8) Misalkan G (V1, E1) dan H = (V2, E2) adalah dua
buah graph. Jika V1 = V2 dan dua titik dalam G ajasen jika dan hanya
jika dua titik tersebut dalam H tidak ajasen
maka pernyataan yang benar adalah ....
A. G merupakan komplemen dari H
B. G merupakan bagian dari H
C. H merupakan bagian dari G
D. H dan G adalah dua graph yang saling lepas
9) Graph bipartit lengkap dinotasikan Km,n
dengan m dan n adalah bilangan titik di dalam kedua himpunan itu. Jika K1,2
memiliki 3 titik dan 2 sisi, sedangkan K2,3 memiliki 5 titik dan 6 sisi,
maka banyak titik dan sisi dari Km,n
= ….
A. n + 1 dan m x 1
B. m
x n dan m + n
C. m
+ n dan m x n
D. m
x n + 1 dan m + n + 1
10) Banyaknya sisi dan titik dari K5,6
adalah …
A. 11 buah dan 30
buah
B. 30
buah dan 11 buah
C. 30
buah dan 15 buah
D. 15
buah dan 30 buah
Cocokkanlah
jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80
- 89%
= baik
70 - 79% =
cukup
< 70% = kurang
Apabila
mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul
selanjutnya. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian
yang belum dikuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) D. Banyaknya titik dari G
adalah 3.
2) C. Bisa dicek melalui
gambarnya.
3) D. Karena G memuat titik
yang berbatasan dengan semua.
4) B. Bisa dicek melalui
gambarnya.
5) A. Ubah dulu menjadi
matriks ajasensi.
6) A. Ubah dulu menjadi
matriks ajasensi.
7) C. Ubah dulu menjadi
graph.
8) B. Ubah dulu menjadi
graph.
9) C. Cari dulu matriks
insidensinya.
10) A. Cari dulu matriks insidensinya.
Tes Formatif 2
1) B. Lihat definisi graph sederhana.
2) C. Gunakan rumus .
3) D. G adalah graph lengkap.
4) A. Lihat definisi graph bagian.
5) C. Karena G graph teratur maka derajat titiknya
sama.
6) B. Lihat definisinya.
7) D. Lihat definisi graph bipartit.
8) A. Lihat definisi graph komplemen.
9) C. Rumus Km,n
10) B. Lihat rumus Km,n
Daftar Pustaka
Bradley, J. (1988). Introduction to Discrete
Mathematics. New York: Addison
Wesley.
Buckley, F. &
Lewinter, M. (2003). A Friendly
Introduction to Graph Theory. New York: Pearson Education, Inc.
Chartrand, G. (1985). Introductory
Graph Theory. New York: Dover Publications.
Deo, N. (1989). Graphh
Theory with Applications to Engineering and Computer Science. New Delhi: Prentice-Hall.
Suryadi, D. (1996). Matematika
Diskrit. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sutarno, H., Priatna, N.,
& Nurjanah (2005). Matematika Diskrit.
Malang: UM Press.
Witala, S.A. (1987). Discrete Mathematics. New York: McGraw-Hill.
Glosarium
Disjoin Sisi
Dua (atau lebih) subgraph g1
dan g2 dari graph G yang tidak memiliki sisi sekutu.
Disjoin Titik
Dua subgraph yang
tidak memiliki titik-titik persekutuan.
Graph Bagian
Suatu graph yang setiap titiknya
merupakan titik dari graph semula dan setiap sisinya adalah sisi dari graph
semula juga.
Graph Bipartit
Suatu graph yang memuat titik-titik yang
dapat dibagi menjadi dua himpunan sedemikian hingga tidak ada sisi-sisi yang
menghubungkan titik-titik pada himpunan yang sama.
Graph Isomorfik
Dua buah graph yang memiliki kesamaan
jika setiap titik yang bersesuaian memiliki derajat yang sama.
Graph Komplemen
Sebuah graph dengan himpunan titik yang
sama seperti dalam G dan dengan sifat bahwa dua titik dari G ajasen jika dan
hanya jika dua titik yang sama dalam G tidak ajasen.
Graph Lengkap
Suatu graph sederhana dengan tiap
pasangan titik terdapat sebuah sisi
yang menghubungkannya.
Graph Sederhana
Sebuah graph yang
tidak memiliki loop dan sisi paralel.
Graph Teratur
Sebuah graph yang
semua titiknya berderajat sama.
Graph Terhubung
Sebuah graph yang
hanya memiliki satu komponen
Matrik Insidensi
Sebuah matriks berordo dengan n menyatakan baris dan e menyatakan kolom jika
Matriks Ajasensi
Sebuah matriks berordo yang didefinisikan pada ring bilangan bulat
sedemikian hingga
Matriks Biner
Sebuah matriks insidensi yang
hanya memuat dua kemungkinan elemen yaitu 0 dan 1.
Orde
Banyaknya titik dalam graph G.
Penelusuran
Suatu deretan
titik dan sisi.
Sikel
Sebuah sirkuit dengan tidak ada satupun
titik yang diulang (kecuali titik berangkat dan titik akhir).
Sirkuit
Sebuah penelusuran yang memuat paling sedikit tiga titik dan jika
.
Ukuran
Banyaknya sisi dalam graph G.
0 komentar:
Posting Komentar