MAKALAH
KESULITAN
SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI DIMENSI TIGA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dan Nilai dalam Mata Kuliah Kajian Masalah Pendidikan Matematika
Dosen pengampu : Drs. Karso,
M.Pd.
Disusun oleh :
Kania
Diah Puspasari (1205259)
Ngadiyono (1204829)
Rindy
Eka A. (1203073)
Sefiana (1204947)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Kajian Masalah
Pendidikan Matematika .
Makalah ini berjudul “Kesulitan
Siswa Dalam Memahami Materi Dimensi Tiga Pada Pembelajaran Matematika SMA”. Dengan tujuan, agar mengetahui
kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi dimensi tiga dan penyebab dari
kesulitan siswa tersebut.
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi jalan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi para pendidik yang ingin mengetahui
kesulitan-kesulitan siswa dan penyebabnya,
sehingga tidak ada hambatan dalam mengajar.
Ada pepatah mengatakan, “Tiada
gading yang tak retak”, mungkin
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Bandung, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
.................................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR
..........................................................................................
ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
...........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah
.......................................................................................3
C.
Tujuan .........................................................................................................3
D.
Manfaat .......................................................................................................3
BAB II KESULITAN
SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI DIMENSI TIGA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMA
A.
Pengertian Kesulitan Belajar
........................................ .............................4
B.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.............................................................5
C.
Kesulitan Belajar Siswa Dalam
Materi Dimensi Tiga ..............................10
D.
Solusi Untuk Mengatasi Kesulitan
Siswa Dalam Materi Dimensi Tiga ...13
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan...............
.....................................................................................15
B.
Saran ........................
.................................................................................16
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Matematika
merupakan mata pelajaran yang tidak asing lagi bagi kita, yang mana Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum 2013 yang diberikan kepada
siswa mulai dari SD hingga SMA untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir
secara logis, analitis, sistematis, dan kritis. Untuk mempelajari matematika
diperlukan kecerdasan dan keuletan yang matang, karena mata pelajaran ini
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi sebagian besar siswa.
Salah
satu cabang matematika yang memuat konsep mengenai titik, garis, bidang, dan
benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya
antara satu dengan yang lainnya adalah geometri. Meskipun geometri tidak
dipelajari secara mendalam di jenjang sekolah dasar, tetapi secara tidak langsung
geometri sudah diperkenalkan kepada siswa pada saat jenjang tersebut. Dalam
kehidupan sehari-haripun sering pula dijumpai hal-hal yang berkaitan dengan
geometri, misalnya papan tulis, atap rumah, jendela pintu dan masih banyak yang
lainnya. Sehingga geometri bukanlah hal asing lagi bagi siswa.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di
SMA khususnya di kelas X pada semester 2 adalah materi dimensi tiga.
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan
oleh banyak orang, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa dimensi tiga
merupakan materi yang cukup sulit untuk dipahami dan sebagian besar siswa tidak
menyukai materi ini. Hal tersebut disebabkan dalam materi ini siswa tidak hanya
dituntut untuk dapat memahami konsepnya saja melainkan siswa juga harus mampu
memvisualisasikan bangun yang ada pada soal ke dalam bentung tiga dimensi.
Jika
kesulitan belajar tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran matematika,
khususnya materi dimensi tiga tidak akan tercapai dengan baik. Kesulitan
belajar siswa tersebut, harus dapat diketahui dan diatasi sedini mungkin. Oleh
karena itu, kami melakukan analisis terhadap kesulitan siswa dalam memahami
materi dimensi tiga pada pembelajaran matematika SMA.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesulitan belajar siswa?
2. Apa sajakah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa?
3. Apa saja kesulitan-kesulitan belajar siswa dalam
memahami materi dimensi tiga?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam materi
dimensi tiga?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui:
1.
Pengertian dari kesulitan belajar
siswa
2.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa
3.
Kesulitan-kesulitan
belajar siswa dalam
memahami materi dimensi tiga
4.
Solusi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dalam materi dimensi tiga
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Bagi siswa, yaitu dapat mengetahui
kesulitan-kesulitan dalam memahami materi dimensi tiga.
2. Bagi guru, yaitu dapat memberikan informasi
tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi dimensi tiga, sehingga
dapat memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan.
3. Bagi penulis, yaitu dapat memperoleh informasi
tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi dimensi tiga.
4. Bagi peneliti lain, yaitu dapat memberikan
informasi tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi dimensi tiga.
BAB
II
KESULITAN
SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI DIMENSI TIGA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMA
A.
Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar siswa adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar
yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar
(Askury,1999:136). Adakalanya hambatan-hambatan dalam proses belajar tidak disadari
oleh siswa.
Menurut Warkitri
kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai
adanya hasil belajar rendah serta dibawah norma yang telah ditetapkan.
Pada umumnya
proses belajar mengajar tidak terlepas dari upaya untuk membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, walaupun kesulitankesulitan
itu tidak selalu merupakan hal yang negatif bagi siswa. Guru dalam proses
pembelajaran dapat mengambil manfaat dari kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa untuk perbaikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung atau untuk
pembelajaran yang akan datang. Selain itu kesulitan-kesulitan siswa dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun sajian materi pelajaran,
sehingga dapat untuk motivasi dalam belajar serta memilih metode yang tepat
dalam pembelajaran.
B.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Sudjono dalam
Askury (1999:137) mengklasifikasi kesulitan belajar matematika yang difokuskan
pada penyebabnya, dibedakan atas faktor dasar umum dan faktor dasar khusus.
1. Faktor Dasar Umum
Faktor dasar umum
adalah faktor yang secara umum menjadi penyebab kesulitan belajar siswa,
faktor-faktor itu terdiri dari;
a.
Faktor
Fisiologis
Hasil penelitian Brecker dan Bond dalam Askury
(1999:137) mengungkapkan adanya hubungan yang positif antara kesulitan belajar
dengan faktor fisiologis. Misalnya seorang yang pendengarannya lemah akan
kesulitan dalam mengikuti penjelasan guru atau temannya.
b.
Faktor
Intelektual
Siswa yang mengalami kekurangan dalam daya
abstraksi, generalisasi, dan kemampuan penalaran deduktif maupun induktif serta
kemampuan numeriknya akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika, karena
kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan dasar yang menentukan
keberhasilan dalam belajar matematika. Misalnya siswa yang kesulitan memahami
sifat komutatif dan sifat asosiatif dalam penjumlahan, maka siswa akan
kesulitan meyelesaikan soal yang melibatkan hukum-hukum itu dalam
penyelesaiannya.
c.
Faktor
Pedagogik
Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya:
1)
Guru tidak
mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan
dan kedalaman materinya.
2)
Motivasi
serta perhatian guru terhadap siswa kurang.
3)
Cara
pemberian motivasi yang kurang tepat, misalnya hukuman, membandingkan kemampuan
individu siswa (siswa yang berkemampuan kurang selalu mendapatkan penilaian
negatif dan sebaliknya).
4)
Guru
memperlakukan semua siswa secara sama.
5)
Suasana
kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung cenderung kaku dan serius
sehingga siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya.
6)
Variasi
bahasa yang digunakan guru dalam menyampaikan suatu konsep kurang, sehingga
jika siswa kesulitan menangkap penyampaian guru maka akan timbul sikap negatif.
d.
Faktor
Sarana dan Cara Belajar Siswa
Kesulitan belajar matematika juga dapat disebabkan
oleh keterbatasan sarana belajar seperti literatur, alat-alat bantu visualisasi,
dan ruang tempat belajar. Literatur merupakan sarana belajar yang sangat
penting karena merupakan sumber informasi yang utama tentang konsep atau
prinsip yang harus dipahami siswa. Literatur juga dapat memberikan informasi
yang sifatnya ajeg dan dapat digunakan setiap saat. Disamping itu literatur
juga memuat soal-soal, masalah-masalah, serta tantangan yang dapat menambah
pengalaman serta penguasaan siswa atas suatu konsep atau prinsip. Penyajian
konsep yang sederhana dan sistematis dapat menimbulkan sikap positif dalam diri
siswa dan mendorong siswa untuk belajar secara mandiri.
e.
Faktor
Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang nyaman, indah dan sejuk
akan membuat siswa menjadi bergairah untuk belajar. Sebaliknya jika sekolah
berada di dekat pusat-pusat keramaian seperti gedung bioskop, pusat
perbelanjaan, terminal, bengkel yang mengeluarkan suara bising, atau pabrik
maka suasana belajar menjadi tidak nyaman akibatnya aktivitas belajar siswa
akan terganggu, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.
2. Faktor Dasar Khusus
Yang dimaksud dengan
faktor dasar khusus adalah faktor yang secara spesifik menjadi penyebab siswa
mengalami kesulitan melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor yang dimaksud
meliputi:
a.
Kesulitan
Menggunakan Konsep
Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa telah
memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi belum menguasai dengan baik
karena mungkin lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin juga penguasaan siswa
atas suatu konsep masih kurang jelas atau kurang cermat sehingga ia kesulitan
dalam menggunakannya.
Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunakan
konsep disebabkan antara lain:
1)
Siswa
tidak mampu mengingat nama singkat suatu situasi, misalnya nama garis yang
memotong lingkaran di dua titik, lambang ruas garis, sinar dan garis.
2)
Ketidakmampuan
siswa menyatakan arti istilah dalam suatu konsep, misalnya siswa tidak mampu
menyatakan istilah, hukum komutatif, asosiatif, distributif, dan identitas.
3)
Ketidakmampuan
siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang diharuskan (syarat perlu) untuk
berlakunya suatu sifat tertentu, misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi,
bahwa fungsi adalah suatu relasi khusus bila dua anggota komponen pertama sama
(anggota daerah asal) maka komponen kedua sama (anggota daerah hasil) merupakan
syarat cukup untuk suatu fungsi atau siswa tidak mampu membedakan antara yang
contoh dan bukan contoh. Disini siswa gagal mengklasifikasikan mana contoh dan
mana yang bukan contoh.
4)
Ketidakmampuan
mengingat syarat perlu suatu objek yang dinyatakan oleh istilah yang
ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya siswa tidak dapat membedakan yang contoh
dan yang bukan contoh. Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai
dua anggota sama pada komponen pertama (anggota daerah asal) sedangkan anggota
komponen kedua berbeda (anggota daerah hasil) bukan merupakan suatu fungsi.
5)
Ketidakmampuan
siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu situasi tertentu, misalnya siswa
tidak dapat menyimpulkan bahwa diagonal suatu belah ketupat berpotongan tegak
lurus dan belah ketupat terdiri dari dua segitiga samakaki. Mungkin siswa juga
mengalami kesulitan menerima generalisasi bahwa ‘luas daerah suatu belah
ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang diagonalnya’.
b.
Kurangnya
Keterampilan Operasi Aritmetika
Kesulitan siswa yang disebabkan oleh kurangnya
keterampilan operasional aritmetika merupakan kesulitan yang disebabkan oleh
kekurangmampuan dalam mengoperasikan secara tepat kuantitas-kuantitas yang
terdapat dalam soal. Operasi yang dimaksud meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan bulat, pecahan maupun desimal. Seperti yang
dikemukan oleh Sa’dijah (1989) bahwa salah satu cabang matematika yang sangat
berperan dalam melatih ketelitian, kecermatan dan ketepatan kerja adalah
aritmetika.
c.
Kesulitan
Menyelesaikan Soal Cerita
Soal cerita adalah soal yang disusun sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu cerita yang dapat dimengerti dan ditangkap secara
matematis. Dapat juga dikatakan bahwa soal cerita merupakan pengungkapan
masalah dalam kehidupan sehari-hari secara matematis. Kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita adalah kesulitan siswa memahami cerita itu,
menetapkan besaran-besaran yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model
matematika dan meyelesaikan model matematika tersebut secara matematika.
Kadangkala siswa juga kesulitan dalam menentukan apakah bilangan yang merupakan
selesaian model matematika itu merupakan jawab dari masalah semula. Kesulitan
ini dialami tidak hanya oleh siswa sekolah menengah, tetapi juga siswa di
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
C. Kesulitan Belajar Siswa dalam
Materi Dimensi tiga
Materi dimensi tiga merupakan salah satu materi
pelajaran matematika siswa kelas X SMA/MA. Ada sebagian siswa yang beranggapan
bahwa materi dimensi tiga itu menyenangkan tetapi ada juga yang sebaliknya
yaitu mengganggap bahwa materi dimensi tiga itu sulit dan menakutkan. Bagi
siswa yang menyenangi materi dimensi tiga, mereka akan termotivasi dan merasa
tidak terbebani ketika mempelajari dimensi tiga. Sehingga ketika dihadapkan
dengan berbagai permasalahan geometri, mereka akan dengan penuh semangat dan rasa percaya diri berusaha untuk memecahkan
masalah masalah dimensi tiga. Sebaliknya
bagi siswa yang beranggapan bahwa dimensi tiga itu sulit dan menakutkan, maka
mereka akan merasa takut dan tidak bersemangat dalam mempelajari geometri.
Sehingga ketika dihadapkan dengan permasalahan geometri, mereka akan merasa takut, terbebani, tidak bersemangat dan tidak percaya diri dalam
memecahkan permasalahan geometri. Sikap-sikap tersebut tentu akan berpengaruh
pada hasil belajar geometri siswa.
Ada beberapa masalah yang dapat dijadikan
indikasi sebagai penyebab kenapa sebagian siswa menganggap bahwa materi dimensi
tiga itu sulit, antara lain:
1.
Keterampilan siswa dalam
menggambar dan menggunakan alat-alat untuk menggambar bangun-bangun ruang tiga
dimensi masih rendah.
2.
Kemampuan pemahaman konsep siswa
masih kurang memuaskan.
3.
Sebagian siswa hanya mengandalkan
hafalan tanpa memahami konsep sehingga melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal.
4.
Materi prasyarat adalah garis
lurus, sudut, luas bangun datar, trigonometri, dan syarat-syarat berlakunya
teorema Phytagoras belum dikuasai oelh sebagian siswa.
Penyelesaian persoalan ruang dimensi tiga tidak
hanya memerlukan keterampilan siswa namun juga melalui daya pikir dan
penalaran. Disinilah letak kesulitan siswa ketika mempelajari materi yang
membuat siswa malakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal-soal mengenai ruang dimensi tiga. Kesalahan adalah
suatu bentuk penyimpangan dari suatu kebenaran prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya atau menyimpang dari sesuatu yang diharapkan (kurniasari, 2007: 19).
Banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa
dalam mengerjakan soal dapat menjadi
petunjuk sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Dari kesalahan yang
dilakukan siswa dapat diteliti lebih lanjut mengenai penyebab kesalahan siswa
dan penyebab tersebut harus segera mendapat pemecahan yang tuntas.
Jika diperhatikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
dimensi tiga sangatlah bervariasi. Menurut Ikan Kurniasari (2013) terdapat tiga
jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam materi dimensi tiga, yaitu:
kesalahan abstraksi, kesalahan prosedural, dan kesalahan konsep.
1.
Kesalahan abstraksi yang dilakukan
siswa meliputi:
a.
Kesalahan dalam pengabstraksian penentuan jarak pada bidang. Persentase kesalahan ini adalah 78%
atau dilakukan oleh 55 orang siswa dari 70 orang siswa.
b.
Kesalahan siswa dalam pengabstraksian sudut antara garis dan
bidang. Presentase kesalahan ini adalah 71% atau dilakukan oleh 50 orang siswa
dari 70 orang siswa.
2.
Kesalahan prosedural yang
dilakukan siswa meliputi:
a.
Kesalahan pada perhitungan bentuk
akar. Persentase kesalahan ini adalah 68% atau dilakukan oleh 48 orang siswa
dari 70 orang siswa.
b.
Kesalahan penggunaan rumus
phytagoras. Persentase kesalahan ini adalah 36% atau dilakukan oleh 25 orang
siswa dari 70 orang siswa.
3.
Kesalahan konsep yang dilakukan
siswa meliputi:
a.
Kesalahan pada konsep jarak.
Persentase kesalahan ini adalah 57% atau dilakukan oleh 40 orang siswa dari 70
orang siswa.
b.
Kesalahan pada konsep sudut.
Persentase kesalahan ini adalah 36% atau dilakukan oleh 25 orang siswa
dari 70 orang siswa.
D. Solusi untuk Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa dalam Materi Dimensi Tiga
Adapun solusi untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa dalam memahami materi dimensi tiga diantaranya:
1.
Dalam mengajarkan konsep, prinsip,
atau keterampilan matematika terutama pada materi dimensi tiga guru harus mampu
mengaitkan konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan pengalaman
sehari-hari siswa yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
2.
Dalam pembelajaran matematika
khususnya dimensi tiga guru hendaknya mampu menjelaskan konsep-konsep dalam
dimensi tiga kepada siswa dengan bahasa yang sederhana. Jika memang diperlukan
guru dapat menggunakan alat peraga matematika maupun software (seperti geogebra
dan cabri) karena dengan bantuan alat
peraga yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, konsep dimensi tiga
akan lebih mudah dipahami oleh siswa.
3.
Dalam membantu mengatasi kesalahan
yang dihadapi siswa, dilakukan dengan pembelajaran remidial. Kesalahan
dibedakan dalam dua hal yaitu kesalahan konseptual atau kesalahan prosedural.
Apabila terjadi kesalahan konseptual, dapat diatasi dengan cara mengajar
kembali teori-teori atau rumus-rumus yang telah dipelajari. Pembelajaran
dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengaan cara sebelumnya. Kesalahan
prosedural diatasi dengan mencoba kembali soal-soal atau permasalahan dengan
memperhatikan fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip yang telah dipelajari
sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara
sebelumnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesulitan belajar siswa
adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa diantaranya terdiri
dari faktor dasar umum dan faktor dasar khusus. Faktor dasar umum terdiri dari
faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor pedadogik, faktor sarana dan cara belajar siswa dan faktor lingkungan sekolah. Sedangkan faktor dasar khusus terdiri dari kesulitan menggunakan konsep, kurangnya keterampilan
operasi aritmetika dan kesulitan menyelesaikan soal cerita.
Kesalahan siswa dalam mempelajari materi
dimensi tiga ini terdiri dari kesalahan abstraksi yaitu ketidakmampuan siswa
dalam pengabstraksian penentuan jarak
pada bidang dan ketidakmampuan siswa
dalam pengabstraksian sudut antara garis
dan bidang, kesalahan prosedural yaitu kesalahan pada perhitungan bentuk akar
dan penggunaan rumus phytagoras dan kesalahan penggunaan rumus phytagoras serta
kesalahan konsep yaitu kesalahan pada konsep jarak dan konsep sudut.
Adapun solusi yang dapat mengatasi kesulitan
siswa dalam memahami materi dimensi tiga adalah:
1.
Dalam mengajarkan konsep, prinsip,
atau keterampilan matematika terutama pada materi dimensi tiga guru harus mampu
mengaitkan konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan pengalaman
sehari-hari siswa yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
2.
Dalam pembelajaran matematika
khususnya dimensi tiga guru hendaknya mampu menjelaskan konsep-konsep dalam
dimensi tiga kepada siswa dengan bahasa yang sederhana. Jika memang diperlukan
guru dapat menggunakan alat peraga matematika maupun software (seperti geogebra
dan cabri) .
3.
Dalam membantu mengatasi kesalahan
yang dihadapi siswa, dilakukan dengan pembelajaran remidial.
B. Saran
1. Pelajaran matematika perlu mendapatkan
perhatian khusus agar tidak lagi dianggap sulit oleh siswa.
2. Guru perlu mempersiapkan rencana dan media
pembelajaran yang mampu menarik minat dan mempermudah daya tangkap siswa
terhadap materi yang diajarkan.
3. Siswa harus mampu memanfaatkan media pembelajaran yang telah difasilitasi oleh pendidik untuk
meningkatkan pemahaman tentang materi pembelajaran yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, B.R., dkk.
2013. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Ruang
Dimensi Tiga Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa”. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol. 1 No. 1 Maret 2013. Surakarta:
Universitas Negeri Sebelas Maret.
Paridjo. 2008. “Sebuah
Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika”. Semarang: Universitas Terbuka
Kurniasari, I. 2013.
“Identifikasi Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Materi Dimensi
Tiga Kelas XI IPA SMA”.
assalamualaikum.Wr.Wb
BalasHapusbisakah sy meminta izin untuk mengambil judul dari makalah blog ini untuk dijadikan salah satu penelitian karya tulis ilmiah sy. terima kasih sebelumnya