LAPORAN BUKU
SUKSES MENJADI PEMIMPIN ISLAMI
DR.
THARIQ M. AS SUWAIDAN DAN FAISHAL UMAR BASHARAHIL
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dan Nilai dalam Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Dosen
pengampu : Dr.
Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd.
Disusun oleh :
Ngadiyono (1204829)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Kini umat Islam dalam kondisi terjajah dalam
semua aspek kehidupan. Dalam bidang politik, kini umat Islam tidak lagi mampu
menjadi pemimpin dunia bersamaan dengan runtuhnya Daulah Islamiyah, dari sinilah umat Islam mulai tercerai-berai
menjadi berbagai ikatan kebangsaan (nasionalisme), kesukuan dan bahkan
kepartaian yang sempit.
Tidak jarang umat Islam mudah sekali diadu
domba dikarenakan tidak adanya sosok pemimpin umat yang dipatuhi. Ketika umat
Islam di belahan dunia dizalimi dan dibantai, kita bahkan tidak bisa berbuat
apa-apa. Inilah fakta kondisi umat Islam jika tidak ada kepemimpinan.
Jadi kepemimpinan merupakan satu masalah yang
sangat penting, oleh sebab itu pengkaji mencoba melakukan sebuah kajian
terhadap buku berjudul Sukses Menjadi Pemimpin Islami. Semoga dengan adanya
kajian ini kita bisa lebih memahami tentang masalah kepemimpinan dan bahkan
kita mampu mengambil bagian dalam upaya mencetak para pemimpin Islami.
2.
Profil Buku
Buku karangan Dr. Thariq Muhammad as-Suwaidan
dan Faishal Umar Basyarahil ini aslinya berjudul Shinâ’atu al-Qâ’id, kemudian dialih bahasakan oleh Samson Rahman
dengan judul terjemahan Sukses Menjadi Pemimpin Islami. Buku ini diterbitkan
pertama kali di Indonesia pada tahun 2005 oleh Maghfirah Pustaka. Buku yang
digunakan dalam laporan ini merupakan terbitan kedua, pada tahun 2006.
Buku ini memiliki tebal 336 halaman dengan
ukuran 14,5 x 21,5 cm. Sampul buku ini berjenis hard cover, sedangkan desain warnanya terdiri dari kombinasi warna
pastel dan cokelat tua.
3.
Permasalahan dalam buku
3.1 Apa definisi dan prinsip-prinsip dasar
kepemimpinan?
3.2 Apa saja unsur-unsur dan teori-teori
kepemimpinan?
3.3 Bagaimana karakteristik seorang pemimpin?
3.4 Bagaimana hubungan antara wanita dan
kepemimpinan?
3.5 Bagaimana mencetak pemimpin masa depan?
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1.
Definisi dan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan
1.1 Definisi kepemimpinan
Pemimpin adalah
seseorang yang berada di depan, seperti seorang penggembala yang menuntun
penggembalaannya dari depan. Hal tersebut merupakan makna secara bahasa dari
pemimpin sebagaimana disebutkan dalam Lisânul-‘Arab.
Dari makna tersebut
maka seorang pemimpin merupakan penunjuk jalan kebaikan bagi rombongan yang ia
pimpin dan juga sebagai pengarah untuk kebaikan mereka. Dan kepemimpinan
merupakan aktivitas menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan terbentuk
dari tiga unsur, yaitu:
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai
b. Adanya sekelompok manusia
c. Adanya pemimpin yang mempengaruhi dan
mengendalikan
1.2 Prinsip-prinsip kepemimpinan
Terdapat
delapan poin penting dalam prinsip kepemimpinan, yaitu:
a. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang wajib dalam
kehidupan, agar kehidupan menjadi lebih teratur dan keadilan dapat ditegakkan.
Sehingga tidak berlaku hukum rimba, dimana yang kuat memangsa yang lemah
b. Pentingnya kepemimpinan terletak pada
kemampuannya memanfaatkan serta mengelola potensi-potensi yang ada.
Kepemimpinan adalah kekuatan mengarahkan potensi setiap anggota dengan cara
yang tepat
c. Seorang pemimpin sama dengan seorang nahkoda
kapal. Ia harus mampu mendorong perilaku positif dan meminimalisir semua yang
negatif agar selamat sampai tujuan yang ingin dicapai
d. Seorang pemimpin harus menguasai sepenuhnya
masalah-masalah yang timbul dan mampu menyusun cara-cara yang tepat untuk
pemecahannya
e. Seorang pemimpin harus mampu belajar dari
perubahan yang terjadi, serta memanfaatkannya untuk kepentingan organisasi
f. Seorang pemimpin harus mampu merancang strategi
yang tepat untuk menggerakkan anggota ke arah tujuan yang akan dicapai
g. Seorang pemimpin harus mampu membimbing,
melatih dan mengasuh setiap anggota
h. Seorang pemimpin juga harus mampu mengembalikan
keseimbangan hidup. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
ketika melihat diremehkannya orang-orang jujur dan naiknya para pembohong,
serta dilimpahkannya urusan-urusan penting kepada yang bukan ahlinya. Seorang
pemimpin harus mencegah agar hal tersebut tidak terjadi.
2.
Unsur-unsur dan teori-teori kepemimpinan
2.1 Unsur-unsur kepemimpinan
Unsur-unsur
kepemimpinan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Visi ke depan
Nasibah
al-Muthawwi’ mengatakan bahwa ketika visi sudah jelas, maka tujuan akan menjadi
pasti, dengan kepastian tujuan, maka jalan (yang akan ditempuh pun) menjadi
jelas.
b. Pengikut yang setia
Menurut Warren
Blank pengikut adalah unsur fundamental yang menentukan sikap seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan. Pengikut adalah sekutu yang menggambarkan sisi lain
dan sangat penting dari kepemimpinan.
c. Dorongan dan motivasi
Seorang
pemimpin yang sukses adalah yang mampu menggunakan kunci yang sesuai bagi
setiap pengikutnya. Rasulullah memberikan dorongan dan motivasi kepada para
sahabat sesuai kemampuan masing-masing.
2.2 Teori-teori kepemimpinan
Terdapat beberapa teori
dalam kepemimpinan diantaranya sebagai berikut:
a. Kepemimpinan transformatif
Menurut teori ini, kepemimpinan memiliki empat
fungsi utama, yaitu:
1. Menentukan visi ke depan
2. Sosialisasi visi kepada pengikut
3. Realisasi visi
4. Meningkatkan komitmen pengikut terhadap visi
b. Kepemimpinan situasional
Teori ini menekankan bahwa pemimpin yang cocok
untuk menjadi pimpinan pada keadaan tertentu, belum tentu cocok untuk menjadi
pemimpin pada keadaan lainnya. Contohnya, Abu Bakar Asshiddiq dianggap lebih
mampu untuk menjalankan kepemimpinan ketika banyak orang Islam yang murtad,
dari pada Umar bin Khattab.
3.
Karakteristik seorang pemimpin
3.1 Tujuh karakter pemimpin
Meschane dalam bukunya yang berjudul Behaviour Organizational (1998)
mengatakan karakter seorang pemimpin terdiri dari tujuh hal, yaitu:
a.
Motivasi
Merupakan dorongan dari dalam diri seorang
pemimpin untuk memfungsikan kemampuannya dalam menggerakkan manusia untuk
mencapai tujuan, dengan memanfaatkan hubungan sosial dan kemanusiaan.
b.
Pribadi
Merupakan penggerak internal yang mendorong
pemimpin mencapai tujuan.
c.
Integritas
Merupakan kejujuran dan keteladanan serta
kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Hal inilah yang melahirkan
kepercayaan dari para pengikut.
d.
Percaya
diri
Merupakan keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan
dan kapasitas dirinya untuk mencapai tujuan.
e.
Cerdas
Merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam
mengakomodasi sebagian besar informasi dan menganalisanya untuk memperoleh
solusi terhadap sebuah masalah.
f.
Menguasai
masalah
Merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam
menguasai masalah, kondisi, dan lingkungan, sehingga ia memahami betul
keputusan apa yang harus ia ambil.
g.
Kepekaan
diri
Seorang pemimpin yang efektif selalu memiliki
kepekaan diri terhadap adanya suatu perubahan sekecil apapun, sehingga ia bisa
dengan cepat mengubah arah kebijakan atau perilakunya.
3.2 Empat karakter pemimpin Islami
1. Iman dan tauhid
Karakter
ini ditandai dengan:
a. Akidah yang kokoh dan kuat
b. Tujuan tertingginya adalah akhirat
c. Tawakkal menjadi ciri pribadinya
2. Mengikuti (ittiba’)
Karakter
ini ditandai dengan:
a. Teladannya adalah Rasulullah
b. Merujuk pada syariah
c. Tidak mengkuduskan ijtihad manusia
3. Penyucian
Kerakter
ini ditandai dengan:
a. Selalu istiqamah
b. Membiasakan diri ber-istighfar
c. Berinteraksi dengan alquran dan sunnah
d. Mengikat diri dengan akhirat
4. Menyiapkan kader (penerus)
4.
Wanita dan kepemimpinan
Dalam buku berjudul The Nature of Managerial Work karya Henry Montezeri dan buku The Female Advance karya Judith Rizner
dan Sally Helgusen terdapat ulasan tentang perbandingan kepemimpinan pria dan
wanita yang akan dipaparkan dalam tabel dibawah ini;
Pria pemimpin
|
Wanita pemimpin
|
Bekerja
dengan tingkat usaha yang beragam tanpa jeda
|
Bekerja
dalam satu tingkatan yang sama namun mengambil jeda istirahat sejenak untuk
jarak waktu yang berjauhan
|
Selingan
dan kunjungan menjadi faktor pengganggu dan memberi dampak negatif pada
produktivitas dan penyelesaian tugasnya
|
Menganggap
kunjungan dan jeda sebagai kesempatan untuk membangun hubungan dan untuk
memahami kebutuhan para pengikutnya sehingga dapat membantu mereka
|
Menjaga
kerja dalam kadar yang tinggi dan tidak diselingi dengan perkara-perkara lain
|
Mengkhususkan
waktu bagi perkara-perkara lain dan yang paling penting adalah mengatur
urusan keluarga
|
Memiliki
hubungan luas dengan orang-orang di luar organisasi
|
Memiliki
hubungan yang luas bersama dengan orang-orang di luar organisasi
|
Selalu
menilai penyelesaian tugas-tugas secara beruntun tanpa melakukan fokus yang
besar pada tingkat penuaian tugas dan tanpa melihat pada dampak di masa depannya
|
Melakukan
penilaian serius terhadap setiap kerja dan selalu melakukan studi pada dampak
ke depannya dan dampak umum yang ditimbulkan pada keluarga, lingkungan, dan
pendidikan
|
Sangat
terikat dengan pekerjaannya
|
Terikat
dengan kerjanya namun dia banyak terkait dengan perkara-perkara yang lain
|
Suka
merahasiakan informasi
|
Senang
bertukar informasi
|
Menjaga
prosedur dan disiplin organisasi
|
Bekerja
melalui jaringan hubungan dan bukan melalui prosedural organisasi
|
5.
Mencetak pemimpin masa depan
5.1 Faktor-faktor penting dalam mencetak seorang
pemimpin
a. Fitrah, masa kanak-kanak
Para pakar kepemimpinan berkeyakinan, bahwa
kemampuan kepemimpinan dan kesiapan untuk menjadi pemimpin itu seharusnya
ditanamkan sejak usia tujuh tahun. Sejauh mana pengalaman yang diperoleh pada
masa kanak-kanak sejauh itu pula dia akan memperoleh keterampilan dalam
memimpin.
b. Kebebasan bereksperimen (melakukan percobaan)
Para pemimpin yang sukses rata-rata mendapatkan
kebebasan bereksperimen pada usia dua puluh dan tiga puluhan agar bisa meresapi
dan belajar dari dua hal, yaitu keberhasilan dan kegagalan.
c. Pembelajaran
Sesungguhnya tanda pemimpin yang sebenarnya
adalah ia selalu menanamkan rasa cinta belajar dalam qalbu-nya. Sehingga ia memperoleh pembaharuan dan pengembangan
setiap saat.
d. Memberikan tanggung jawab
Ketika seseorang diberi tanggung jawab, akan
hilang sikap untuk bersantai-santai atau perasaan randah diri jika sejak kecil
ia diajarkan untuk selalu bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya.
5.2 Tempat mencetak pemimpin
1. Rumah (keluarga)
Untuk mencetak seorang pemimpin dalam keluarga
terdapat beberapa cara diantaranya:
a. Lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang
b. Adanya majelis pembelajaran dalam keluarga
c. Membangun pribadi yang kuat
d. Pertemuan keluarga
e. Fokus pada peran seorang ibu
f. Ajari anak untuk memiliki visi ke depan
2. Sekolah
Enam pola interaksi di sekolah yang membantu
mencetak seorang pemimpin, yaitu:
a. Menanamkan akidah
b. Mengembangkan orientasi akhlak
c. Mengajari siswa keterampilan hidup
d. Membantu mengarahkan tujuan (visi) secara tepat
e. Menyingkap potensi
f. File kepribadian dan hasil belajar siswa
3. Masyarakat dan lembaga-lembaga khusus
Enam pola interaksi di masyarakat dan
lembaga-lembaga khusus yang membantu mencetak seorang pemimpin, yaitu:
a. Penanaman prinsip perubahan
b. Menebarkan semangat untuk introspeksi
c. Mengangkat panji keterusterangan
d. Koordinasi antara lembaga-lembaga masyarakat
e. Penyadaran akan tantangan masa depan
f. Pendirian pusat pelatihan pemimpin
BAB III
ANALISIS ISI BUKU
Definisi
kepemimpinan dalam buku ini sejalan dengan Gibson, Ivancevich, dan Donnelly
(2000) (Wibowo: 2011) yang mengatakan bahwa seorang pemimpin merupakan agents of change (agen perubahan),
seorang yang mampu bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain
mempengaruhi dirinya.
Dan juga sesuai dengan pendapat
Ardiansyah yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu hubungan proses
mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk mencapai tujuan
bersama (Ardiansyah: 2008).
Berkenaan dengan kepemimpinan Islami,
Muhadi Zainuddin (Supyan: 2013) mengatakan bahwa kepemimpinan Islami adalah
sebuah kepemimpinan yang mempraktekan nilai-nilai ajaran Islam, terlepas apakah
pelakunya seorang muslim atau bukan.
Selain teori kepemimpinan transformatif
dan situasional yang dijelaskan dalam buku ini sebenarnya terdapat teori
kepemimpinan yang berkaitan, yaitu teori kepemimpinan kontingensi yang
diperkenalkan oleh Tannenbaum dan Schmidt.
Menurut Sukarta (2009) teori
kontingensi pada prinsipnya memberikan gambaran bahwa kepemimpinan harus
bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan lingkungan organisasi. Sehingga
kepemimpinan tidak boleh kaku dan memusat tanpa memberikan kewenangan terhadap
para staff (pengikut). Selanjutnya Doug Miller menyebut kepemimpinan yang
fleksibel tersebut dengan istilah kepemimpinan bunglon. Dalam kepemimpinan
bunglon bukan berarti kepemimpinan yang munafik namun merupakan fleksibilitas
yang dilandaskan pada kemuliaan diri pemimpin.
Berdasarkan lahirnya seorang pemimpin
terdapat beberapa teori kepemimpinan, yaitu:
1. Teori genetik, menurut teori ini para pemimpin
itu dilahirkan bukan dicetak (dilatih)
2. Teori sosial, menurut teori ini para pemimpin
merupakan hasil dari pelatihan bukan karena dilahirkan.
3. Teori ekologis, teori ini merupakan gabungan
dari teori genetik dan sosial.
Selanjutnya untuk karakteristik
pemimpin yang terdapat dalam buku ini, sesuai dengan kriteria pemimpin abad 21
yang dipaparkan oleh Duski Samad (2012) bahwa seorang pemimpin harus memiliki
kriteria: (1) visioner (berpandangan
jauh ke depan), (2) Enlighment (cerah
dan mencerahkan), (3) memiliki resonansi (muruah/harga
diri dan gezzah/kemuliaan diri), (4) Empaworment (mampu memberdayakan) (Samad:
2012).
Hal tersebut juga sejalan dengan
karakteristik kepemimpinan Rasulullah (Sukarta dan Sastra: 2010) yang terdiri
dari Sembilan karakter, yaitu:
1. Mampu mengambil keputusan cepat di waktu yang
tepat (siroul fikri)
2. Memiliki keberanian
3. Memiliki kehendak (visi) yang kuat
4. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
5. Mengetahui kondisi psikologis dan kemampuan
setiap pengikut
6. Membangun kepercayaan (Trust) antara pimpinan dan pengikut
7. Berkarakter dan berwibawa
8. Memiliki sikap dinamis dan fleksibel
9. Memiliki semangat dan optimis
Menurut Stephen R. Coney (Turmudi:
2010) kriteria seorang pemimpin adalah:
a. Seorang yang belajar seumur hidup
b. Selalu berorientasi pada pelayanan
c. Selalu membawa energi positif
Sedangkan hubungan antara wanita
dan kepemimpinan dalam buku ini berbeda dengan pendapat Hennig dan Jardim
(Patricia Ward dan Martha Stout: 1981) dalam buku The Managerial Woman, yang mengatakan kebanyakan wanita melihat
dirinya seorang yang ragu, bimbang, bingung akan tujuan-tujuan mereka dalam
hidup, dan menunggu dipilih atau disadari keberadaannya oleh pria. Mereka tidak
suka mengambil resiko dan mereka menjadi gelisah dalam situasi di mana mereka
tidak mengetahui banyak hal. Jika demikian, bagaimana bisa wanita menjadi
pemimpin? Sifat-sifat seperti itu bertentangan dengan sifat yang seharusnya
dimiliki oleh seorang pemimpin, yakni seorang yang harus bertanggung jawab,
menetapkan tujuan, mengambil resiko, dan membuat keputusan. Oleh karena itu,
wanita dapat menjadi pemimpin mungkin karena mereka dididik dengan cara berbeda
atau mereka mengenali potensi kepemimpinan itu ada dan telah belajar untuk
memimpin. Para peneliti menemukan bahwa para wanita yang suka memimpin tidak
menganggap diri mereka sebagai wanita dan berbeda, tetapi mereka melihat diri
mereka sebagai manusia. Pola pikir mereka, begitu juga kemampuan mereka, memampukan
mereka menjadi pemimpin. Mereka berorientasi untuk bersaing dan menyelesaikan
tugas.
Menurut Salenda (2012) kepemimpinan
wanita dalam Islam sendiri masih menjadi persoalan yang masih kontroversial.
Bagi yang menolak kepemimpinan wanita hal ini setidaknya didasarkan atas
beberapa faktor diantaranya:
a. Adanya
nash alquran dan hadits yang mengisyarakatkan keutamaan laki-laki untuk
menjadi pemimpin
b. Sebagian masyarakat belum bisa menerima wanita
sebagai pemimpin.
Para ulama yang mentolerir kebolehan wanita diangkat menjadi pemimpin
memahami bahwa menurut kaedah Ushul Figh,
suatu nash baru dikatakan menunjukkan
larangan (keharaman) bila memuat setidaknya empat hal yakni:
1. Secara redaksional, nash dengan tegas mengatakan haram
2. Larangan tersebut diungkapkan dalam bentuk nahy
3. Nash mengandung
uqubah (ancaman)
4. Menggunakan redaksi lain yang menurut gramatika
bahasa Arab menunjukkan tuntunan yang harus dilaksanakan (Salenda: 2012).
Al-Thahthawiy (1801-1877 M) (Salenda: 2012)
misalnya, telah mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memperjuangkan
hak-hak perempuan. Ia menulis buku al-Mursyid
al-Amin li al-Banat wa al-Banin pada tahun 1872 M. Dalam buku tersebut ia
menggambarkan betapa pentingnya emansipasi wanita, namun ia tidak sepakat
dengan kebebasan perempuan ala Barat. Kebebasan yang ia maksudkan adalah
kebebasan dalam kerangka ajaran-ajaran Islam yang hanif, termasuk dalam kepemimpinan.
BAB
IV
PENUTUP
Sesuai dengan judulnya yakni Sukses
Menjadi Pemimpin Islami, buku ini mengajak kita untuk mengetahui lebih dalam
tentang apa itu kepemimpinan, bagaimana karakteristik seorang pemimpin,
hubungan antara wanita dan kepemimpinan, serta bagaimana cara mencetak pemimpin
masa depan.
Selain untuk mengetahui tentang
masalah kepemimpinan, buku ini juga bertujuan untuk pelatihan, pelatihan bagi
para pembaca untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan yang ada dalam diri setiap
pembaca. Hal tersebut karena dalam setiap akhir bab, penulis memberikan kolom
catatan pembaca dan juga apa yang akan kita lakukan setelah membaca seluruh
bagian bab.
Setiap poin yang disampaikan dalam
setiap bab selalu diawali dengan pertanyaan. Hal tersebut karena menurut
penulis hal ini mengikuti metode Rasulullah tatkala beliau menyampaikan sebuah
ilmu beliau bertanya terlebih dahulu kepada para sahabat. Hal ini sejalan
dengan kata pepatah “Ilmu itu ibarat
lemari, kunci-kuncinya adalah pertanyaan”.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardiansyah, M. Asrori. (2008). Teori Kepemimpinan dalam Persepektif Alquran.
[Online]. Diakses dari http://alumnigontor.blogspot.com/2008/04/teori-kepemimpinan-dalam-al.html
As-Suwaidan, Dr. Thariq M. dan Faishal Umar
Basyarahil. (2006). Sukses Menjadi
Pemimpin Islami. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Salenda, Kasjim. (2012). Kepemimpinan Perempuan dalam Persepektif Islam. Makassar:
Universitas Negeri Alauddin.
Samad, Duski, Prof., Dr., H., M.Ag. (2012). Kriteria Pemimpin Abad 21. Padang:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol.
Sukarta, Mad Rodja. (2008). Saatnya Umat Islam Bangkit. Bogor: DM
Grafika.
Sukarta, Mad Rodja. (2009). Menjaga Visi dan Tradisi Pesantren.
Bogor: DM Grafika.
Sukarta, Mad Rodja dan Ahmad Sastra. (2010). Kepemimpinan Organisasi Pesantren.
Bogor: Darul Muttaqien Press.
Supyan, M. Dian. (2013). Kepemimpinan Islam dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab.
Skripsi Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta:
Tidak Diterbitkan.
Turmudi. (2010). Kepemimpinan. Solok: Universitas Mahaputra Muhammad Yamin.
Ward, Patricia dan Martha Stout. (1981). Christian Women at Work. Michigan:
Zondervan Corporation.
Wibowo, Udik Budi. (2011). Teori Kepemimpinan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar