PEMBELAJARAN
BERBASIS BIMBINGAN
A.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Bimbingan
1.
Konsep
Bimbingan
Bimbingan merupakan
terjemahan dari “Guidance”. Guidance berasal dari akar kata “Guide” yang secara luas bermakna
mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersunguh-sungguh (to commit).
Kartadinata (Arif,
2012) mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai
perkembangan optimal.
Menurut Moegiadi
(Aulia, 2015) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada
individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana
sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.
Dari definisi di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses berkesinambungan
sebagai upaya membantu untuk memfasilitasi individu agar berkembang secara
optimal.
2. Konsep Pembelajaran dan
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut Oemar (Perdana, 2013) belajar adalah bentuk
pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Chalil (Perdana, 2013) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pembelajaran
berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran
yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif saja, akan tetapi
dapat menghasilkan sebuah output
berupa lahirnya perubahan perilaku peserta didik yang positif dan normatif.
Maka, menurut Budiman (Najjah, 2015), pembelajaran
berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Didasarkan
pada Needs assessment (sesuai dengan
kebutuhan)
b. Dikembangkan
dalam suasana membantu (helping
relationship)
c. Bersifat
memfasilitasi
d. Berorientasi
pada: (1) learning to be (belajar
menjadi); (2) learning to learn
(belajar untuk belajar); (3) learning to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
e. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
Definisi
tentang pembelajaran berbasis bimbingan dikemukakan oleh Mariyana (2008, hlm.
2) bahwa pembelajaran berbasis bimbingan merupakan sebuah model pembelajaran
yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan
pemahaman terhadap anak dan cara belajarnya.
B.
Ciri-ciri
Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Menurut
Kartadinata dan Dantes (dalam Mariyana, 2008, hlm. 2) pembelajaran berbasis
bimbingan memiliki ciri-ciri berikut:
a. Diperuntukkan
bagi semua siswa.
b. Memperlakukan
siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang.
c. Mengakui
siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan.
d. Terarah
ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secaramenyeluruh dan optimal.
e. Disertai
dengan berbagai sikap guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat,
potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
C.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Berbasis Bimbingan
Pembelajaran berbasis
bimbingan merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan sehingga prinsip-prinsip pembelajaran berbasis bimbingan pun tidak
terlepas dari prinsip-prinsip bimbingan yaitu:
a. Proses
membantu individu
b. Bertitik
tolak pada individu yang dibimbing
c. Didasarkan
pada pemahaman atas keragaman individu yang dibimbing
d. Pada
batas tertentu perlu ada referal
e. Dimulai
dengan identifikasiatas kebutuhan individu
f. Diselenggarakan
secara luwes dan fleksibel
g. Sejalan
dengan visi dan misi lembaga
h. Dikelola
dengan orang yang memiliki keahlian di bidang bimbingan
i. Ada
sistem evaluasi yang digunakan
Adapun pembelajaran
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan menurut Budiman (2008) adalah:
a. Didasarkan
pada Needs Assesment
b. Dikembangkan
dalam Suasana Membantu (Helping
Relationship)
c.
Empati
d. Keterbukaan
e. Kehangatan
psikologis
f.
Realistis
g.
Bersifat
Memfasilitasi
h.
Berorientasi
pada:
1) Learning
to be (belajar untuk menjadi)
2)
Learning to learn (belajar untuk belajar)
3)
Learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarier)
4)
Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
i. Tujuan
utama perkembangan potensi secara optimal.
D.
Model-model
Pembelajaran yang Berorientasi pada Pengembangan Individu
Model pembelajaran
dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dalam
hal ini, model-model pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan individu
yang dapat dipilih guru antara lain:
1.
Model
Pemrosesan Informasi
Model
pembelajaran ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Menurut
Rusman (tt, hlm.12) ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas
yang kaitannya dengan model pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
a. Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa.
b. Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
c. Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran,
d. Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
e. Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
f. Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan
feedback terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa.
h. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
2.
Model
Personal
Perhatian
utama dari model personal ada pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal adalah model
pembelajaran yang bertitik tolak pada teori Humanistik, yaitu berorientasi
terhadap pengembangan individu.
Implikasi
dari teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Bertingkah laku
dan belajar adalah hasil pengamatan.
b.
Tingkah laku
yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning
to do).
c.
Semua individu
memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d.
Sebagian besar
tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e.
Mengajar bukan
hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn).
f.
Mengajar adalah
membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dalam
lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model
pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
Non-Direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi
(kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri).
b.
Latihan
kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian
siswa.
c.
Sinektik, untuk
mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.
d.
Sistem
konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
3.
Model Interaksi Sosial
Model
pembelajaran interaksi sosial ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model ini menitikberatkan
hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Model
interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.
Kerja kelompok
b.
Pertemuan kelas
c.
Pemecahan
masalah sosial (inquiry social)
d.
Model
Laboratorium
e.
Bermain peranan
f.
Simulasi solusi,
4.
Model Modifikasi Tingkah Laku
Model
pembelajaran modifikasi tingkah laku bertitik tolak dari teori belajar
behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement).
5.
Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya
Model
pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dikembangkan untuk meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan dikembangkan berdasarkan pengalaman
awal budaya siswa. Komponen desainnya terdiri atas tema budaya lokal, alat
media dan sumber yang beragam dan kontekstual, serta komponen penilaian
menekankan pada penilaian proses dan hasil.
Implementasinya terdiri atas tiga tahap yakni:
1.
Pengondisian
2.
Penciptaan makna
3.
Konsolidasi
(Alexon dan Sukmadinata, 2010, hlm. 201).
6.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Menurut
Slavin (dalam Riadi, 2012) tujuan pembelajaan kooperatif adalah menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya.
Kemudian
Slavin (dalam Riadi, 2012) mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning menurut Arends (dalam Fatirul, 2008, hlm. 20)
adalah:
a.
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
b.
Menyajikan
informasi
c.
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d.
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
e.
Evaluasi
f.
Memberikan
penghargaan
7.
Model
pembelajaran kontekstual
Menurut
Trianto (dalam Riadi, 2013) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Tugas
guru pada model pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Pembelajaran kontekstual menempatkan
siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan
individual siswa dan peranan guru.
8.
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning)
Menurut
Glazer (dalam Nurfianti, 2011) mengemukakan Problem
Based Learning merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara
aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
Tahap-tahap
pembelajaran Problem Based Learning
menurut Trianto (dalam Nurfianti, 2011) adalah:
a. Orientasi
siswa pada masalah
b. Mengorganisasi
siswa
c. Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan
dan menyajikan hasil
e. Menganalisis
dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
R. (2014). Dampak Penerapan
Pembelajaran Berbasis Kerja Terhadap Hasil Belajar Praktek Kerja Kayu Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil, Prosiding
Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Alexon
dan Sukmadinata. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis
Budaya untuk Meningkatkan Apresiasi Siswa terhadap Budaya Lokal. Cakrawala Pendidikan, XXIX (2), hlm. 201
Arif,
F. (2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling. [Online]. Diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/
Asih dkk. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan
Kematangan Emosi. Jurnal
Aulia,
R.A. (2015). Konsep Dasar Bimbingan dan
Konseling. [Online]. Diakses dari
kieeaulia47.blogspot.com/
Budiman, N. (2009). Strategi
Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Bandung
Fatirul,
A.N. (2008). Cooperative Learning. [Online]. Diakses dari https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/c00perative-learning.pdf
Kania,
G. (2014). Program Bimbingan untuk
meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa yang Berlatar Belakang Keluarga
Disfungsional. (Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Malau,
J. (2006). Model-model Pembelajaran.
[Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196501111994121-TASWADI/model_pembelajaran/Model_Pembelajaran.pdf
Mariyana,
R. (2008). Kompetensi Guru dalam
Pembelajran Berbasis Bimbingan di Taman Kanak-kanak (studi Deskriptif terhadap
Guru TK di Kota Bandung). [Online].
Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf
Najjah,
S. (2015). Pembelajaran Berbasis Bimbingan
(Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang Lebih Berorientasi Pengembangan
Individu). [Online]. Diakses http://suroyyalailatunnajjah.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-berbasis-bimbingan.html
Nurfianti.
(2010). Penerapan Model Pembelajaran
Based Learning pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. (Skripsi).
UPI. Tidak diterbitkan.
Perdana,
A. (2013). Pengertian Belajar, Mengajar,
Pembelajar dan Pembelajaran. [Online].
Diakses dari http://www.andreanperdana.com/2013/03/pengertian-belajar-mengajar-pembelajar.html
Riadi,
M. (2012). Pengertian Pembelajaran
Kooperatif. [Online]. Diakses
dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html
Riadi,
M. (2013). Pembelajaran Kontekstual.
[Online]. Diakses dari http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pembelajaran-kontekstual.html
Rusman.
(Tanpa Tahun). Pendekatan dan Model
Pembelajaran. [Online]. Diakses
darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sugiyatno.
Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. [Online].
Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-dasar-dasar-bk.pdf
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Triasari,
A. (2014). Pengaruh Pembelajaran dengan
Pendekatan Scientific terhadap Peningkatan Kemampuan Abstraksi Siswa SMA.
(Skripsi). Bandung : UPI. Tidak diterbitkan
Wardhani. N. (2007). Keterkaitan Konsep Konseling
Dengan Aspek-Aspek Psikologis.
Waziroh
dkk. (2012). Analisis Kebutuhan
Pembelajaran Dalam Perancangan
Pembelajaran yang Mendidik Di SD/MI. [artikel]. Tidak diterbitkan.
0 komentar:
Posting Komentar