BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
berlangsung dalam pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Anak didik dapat
bergaul karena pendidik dan anak didik merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial
adalah makhluk yang saling berintegrasi, saling tolong menolong, ingin maju,
ingin berkumpul, dan ingin menyesuaikan diri,hidup dalam kebersamaan.
Memperhaikan
sifat makhluk sosial pada manusia, sudah dimiliki sejak bayi, dan nampaknya
merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Nampak bayi berusaha berhubungan
dengan lingkungnnya, bayi senyum bila bersama ibunya, dan terlihat ketakutan
atau menangis bila melihat yang belum dikenalnya.
Manusia
merupakan makhluk sosial karena manusia memiliki sifat ketergantungan dengan
manusia lainnya. Bayi yang dilahirkan sangat bergantung pada pertolongan dan
perlindungan orang tunya, tanpa pertolongan bayi terancam kelestarian hidupnya.
Karena belum dapat mempetahankan dirinya. Begitu juga masa kanak-kanak, anak,
remaja, sampai dewasa bergantung dan memerlukan bantuan dari orang lain. Namun
kedewasaan ini merupakan tujuan akhir pendidikan yang mungkin untuk ducapai
karena itu manusia dalam sepanjang hayatnya terus menerus belajar (life long educaion).
Manusia
juga memiliki sifat adaptability dan intelegensia, manusia memiliki potensi
untuk menyesuaikan diri, meniru, dan beridentifikasi, serta manusia mampu
mempelajari tingkah laku, dan mengubah tingkah laku. Dan juga sifat sosial ini
berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
Pendidik
dan terdidik sama-sama memiliki latar belakang pengalaman dan potensi tertentu.
Pendidikan secara kodrat bersimpati dan terdidik memiliki potensi untuk meniru.
Sehingga terjadilah pergaulan pendidikan yang secara beridentifikasi terdidik
menuju kea rah kedewasaan, dan kedewasaam itu memiliki ciri-ciri tertentu.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana landasan sosiologis-antropologis pendidikan itu?
2. Bagaimana perkembangan sosiologis-antropologis pendidikan?
3. Bagaimana pengaruh sosial terhadap pendidikan?
C.
Tujuan
Makalah yang berjudul “Landasan
Sosiologis-Antropologis Pendidikan” ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Menjelaskan landasan sosiologis-antropologis pendidikan.
2. Menjelaskan perkembangan sosiologis-antropologis pendidikan.
3. Menjelaskan pengaruh sosial terhadap pendidikan
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan
Sosiologis
Pendidikan
berlangsung dalam pergaulan antara pendidikan dengan anak didik. Anak didik dan
Pendidik dapat bergaul kerena pendidik dan anak didik merupakan makhluk sosial.
Manusia
merupakan makhluk sosial karena manusia memiliki :
1. Sifat
ketergantungan manusia dengan manusia lainnya.
2. Sifat
adaptability dan intelegensia. Yang artinya manusia memiliki potensi
menyesuaika diri, meniru, dan berinteraksi, serta manusia mampu mempelajari
tingkah laku, memanfaatkan tingkah laku, dan merubah tingkah laku.
Pendidikan
secara kodrat bersimpati dan terdidik memiliki potensi untuk meniru. Sehingga
terjadilah pergaulan pendidikan yang secara beridentifikasi terdidik menuju kearah
kedewasaan, dan kedewasaan itu memiliki ciri-ciri tertentu.
Situasi
pergaulan pendidikan tersebut terikat fungsi terdidik pertama-tama meladeni
norma-norma dari perilaku pendidik, hal ini secara tidak langsung terdidik
mengenal nilai-nilai yang dialami dan direkapitulasi pendidik, sehingga dengan
mengenal nilai-nilai tersebut teridik dapat
memahami posisi dan kedudukan dalam kehidupannya.Kedua fungsi terdidik ikut
serta melakukan yang diperankan pendidik, dalam hal ini maka terdidik
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan, dan ini berarti terdidik belajar membandingkan atas hasil yang dicapainya,
sehingga dapatlah mengadakan
perbaikan dan pengembangan dengan peristiwa yang dialami dalam hidupnya. Ketiga
dalam situasi pergaulan fungsinya menerima nilai-nilai yang dikembangkan
pendidik, serta nilai-nilai yang telah diterimanya itu terididik menyesuaikan
dengan kehidupan yang sedang berlangsung.
Proses
Sosial individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Setiap faktor itu mempunyai
peran yang penting dalam rangka proses sosialisasi. Faktor-faktor itu sebagai
berikut:
1. Faktor
organisme biologis yaitu perangkt jsmani/fisik dan psikis.
2. Faktor
lingkungan alami yaitu benda lingkungan sekitar yang non-manusiawi.
3. Faktor
lingkungan sosial dan budaya yitu lingkungan
manusia dan hasil ciptaannya.
Dalam
lingkungan sosial proses perkembangannya dapat dibedakan dalam dua hal :
1. Proses
belajar sosial
Manusia
dalam kehidupannya belajar dari manusia lainnya, dalam proses belajar sosial
itu menempuh cara sebagai berikut :
a. Cara
pengganjaran dan penghukuman.
Pendidikan
mereinforcement terhadap terdidiknya
agar anak didiknya itu terangsang untuk melakukan atau dapat berbuat sesuatu
yang diharapkan. Bentuk-bentuk reiforcement atau pemberian ganjaran itu
bermacam-macam dan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Bentuk
verbal yaitu mengganjar atau memuji dengan perkataan
2. Bentuk
gestural yaitu memuji terdidik dengan gerakan-gerakn badan
3. Bentuk
proximity yaitu memuji terdidik dengan mendekati terdidik
4. Bentuk
contact yaitu mengganjar terdidik dengan berhubungan langsung
5. Bentuk
activity yaitu me-reinforcement terdidik dengan cara ikut serta
6. Bentuk
token yaitu memuji anak dengan memberikan hadiah material
b. Cara
pencontohan dan peniruan
Dengan
melalui contoh maka akan terjadi proses peniruan tingkah laku yang satu
terhadap yang lainnya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar sperti
tertanamnya nilai-nilai, keyakinan, sikap.
c. Cara
pemberian informasi baik melalui ceramah, mengajar, menjelaskan maupun
pemberian informasi lain melalui lambag sekolah, atau lembaga pendidikan
lainnya
2. Dalam
proses belajar sosial maka hasilnya merupakan perkembangan kesetiaan sosial. Kesetiaan
sosial yang baik atau kesetiaan sosial yang terbuka didasarkan atas :
a. Pengalaman
individu dalam kelompok primer atau keluarga dapat menimbulkan kesenangan dan
pernuh percaya diri serta menimbulkan rasa aman bagi individu.
b. Pada
kelompok primer ini juga ditumbuhkan rasa kesetiaan terhadap kelompoknya,
belajar menempatkan diri belajar memainkan peranan, dapat saling menghargai,
dan mengindahkantanggung jawab masing-masing
c. Kesetiaan
terhadap kelompok kecil merupakan batu loncatan untuk meraih kesetiaan dalam
kelompok yang lebih besar.
B. Landasan
Kebudayaan
1. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan berarti seperangkat norma yang
dihayati oleh sekolompok masyarakat dan merupakan cara atau pedoman dalam
kehidupannya. Pengertian Kebudayaan ini memiliki ciri bahwa kebudayaan
merupakan milik bersama, bahwa kebudayaan ini merupakan suatu keseluruhan yang
terinteraksi dalam kehidupan msyarakat.
Atas dasar pengertian dan
ciri-cirinya maka kebudayaan dipandang dari sudut manusia individual merupakan
suatu pengetahuan yaitu suatu hasil ciptaan dari generasi dahulu, merupakan
suatu pilihan yaitu kesanggupan untuk menentukan secara tepat sikap dirinya
sendiri terhadap aksi dari generasi dahulu ke pihak generasi yang sedang
tumbuh. Sedangkan kebudayaan dipandang dari sudut masyarakat sebagai
keseluruhan.
2. Hasil
Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam rangka
perjalanan hidupnya
selalu berusaha untuk meningkatkan kehidupannya,
dari pemikiran
manusia itu memperoleh hasil merupakan perangkat
pedoman (set of theory) yang apabila
perangkat itu diterapkan kehidupan maka
menghasilkan khazanan budaya
yang bermanfaat bagi kehidupan dan makin berkembang menuju kesempurnnnya. Usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh
hasil tersebut melalui satu cara tertentu tau disiplin kerja tertentu yaitu melelui metode
ilmiah yang tahapan-tahapannya mulai dari (a) adanya penyandaran masalah, (b)
perumusan masalah, (c) merumuskan jawaban sementara (hipotesa), (d) mengumpulkan
fakta, (e) membuktikan hiotesa, (f) membandingkan
pembuktian hipotesa dengan hasil yang ada atau mengukuhkan hipotesa menjadi
teori.
Fungsi terdidik dalam hubungannya dengan hasil dan
proses pemikiran manusia makin lama makin berkembang. Fungsi terdidik dalam
hubungannya dengan hasil dan proses pemikiran manusia ini maka pertama-tama
mempelejari hal-hal yang telah diupayakan oleh pendidik atau generasi
sebelumnya supaya dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam kehidupannya.
3. Kemauan/Norma
Hubungan norma-norma dengan pendidikan adalah
merupakan tujuan umum/akhir pendidikan. Sebagai hasil, norma merupakan hasil
gambaran perjuangan generasi masa lalu dalam menempuh cita-citanya. Dalam
hubungan ini terdidik berfungsi pertama-tama mempelajari perjuangan yang
dilakukan generasi sebelumnya agar dapat melanjutkan tingkat perjungan yang
belum selesai, serta kedua fungsinya mempelajari cita-cita atau gambaran
kehidupan masa yang akan datang agar terdidik daapt membuat teknik untuk
mencapainya. Taktik dan strategi untuk menuju cita-cita itu perlu diciptakan
aturan mencapainya yaitu dalam bentuk hukum dan moral.
Dalam hubungannya dengan pendidikan norma
atau nilai-nilai menjelaskan hasil pengangkapan hakekat manusia dapat
membuahkan hasil tentang cara dan teknik serta motivasi dalam mendidik,
menggambarkan tentang manusia ideal yaitu gambarn tujuan yang ingin dicapai
dalam mendidik tujuan itu digambarkan dengan kedewasaan.
4. Seni
Sedangkan hubungan dengan estetika
dengan pendidikan sebagai proses menghayati hasil karya seni agar dapat
merasakan dan menikmati dengan perasaan mendalam terhadap sesuatu hasil yang
dicapai serta sekaligus dapat menghargainya.
Dalam proses penghayatan ini mka terdidik belajar melakukan peranan, belajar
menghayati situasi, serta belajar mencoba mengidentifikasikan makna situasi
dlam kehidupannya.
Berkembangnya perasaan yang
baik pada individu maka menimbulkan emosi stabil, yang kelak menjadi pendidik
yang wajar, dapat melakukan dan menciptakan situasi pendidikan yang tidak
terlalu keras dan juga tidak memanjakan.
C. Antropologi
1. Antopologi
a. Pengertian
1. Antropologi
dalam harfiah bahasa Yunani adalah paduan dari kata Antropos = manusia dan
logos = ilmu
2. Antropologi
mengkaji asal-usul dan perkembangan manusia dalam segi fisik dan kebudayaan.
b. Ruang
Lingkup
1. Para
Antropolog di masa lalu menjelajah untuk mempelajari bangsa asing dengan
menggali tanah.
2. Cabang
Antropologi : Antropologi Fisik dan Biologi
3. Para
Antropolog dewasa ini dapat saja ditemukan sedang mengkaji manusia pada masyarakat
primitif dan industri.
2. Antropologi Budaya
a. Pengertian
1.
Salah satu segi yang menonjol dari antropologi ialah menyoroti kebudayaan
manusia. Antropologi yang khusus menyoroti kebudayaan manusia secara
perbandingan yaitu antropologi budaya.
2. Antropologi
budaya mempelajari manusia sebagai makhluk social.menelaah berbagai kebudayaan
manusia diman pun berada dan pada zaman manapun berinteraksi serta
mengkajimanusia sebagai makhluk yang hidup dalam kelompok atau suatu system
masyarakat.
3.
Antropologi budaya adalah studi berbagai kebudayaan.
b. Orientasi
1. Ahli antropologi budaya dalam
mendekati suatu masalah berdasarkan pada pandangan yang berbeda-beda.
2. Mashab/aliran antropologi budaya
a. Aliran
Evoluisi Predeterminasi.
b. Aliran
Khususan Sejarah.
c. Aliran
Difusi.
d. Aliran
Fungsionalisme.
e. Aliran
Fungsionalisme Struktural.
f. Aliran
Pendekatan Psikologis.
g. Aliran
Evolusi Baru.
h. Aliran
Strukturalisme.
i.
Aliran Ethnoscience.
j.
Aliran Ekologi.
BAB III
PENUTUP
A. Keismpulan
Pengaruh sosial terhadap pendidikan adalah merupakan bentuk
pendidikan yang bersamaan dalam kehidupan. Pendidikan merupakan aspek kehidupan.
Bila dalam kehidupan terdapat bentuk dan sistem organisasi sosial seperti
organisasi politik, ekonomi, kesahatan, keagamaan dan lain-lain dan daripadanya
perusahaan mempengaruhi dan mengembangkan isi dan tujuan organisasi kepada
orang lain maka hal ini merupakan wujud dan bentuk pendidikan, sehingga bila
seseorang menjadi terpengaruh berkembang, mempunyai kemauan tertentu yang hal
ini merupakan pengaruh sosial.
Pengaruh kebudayaan terhadap pendidikan dapat dibedakan dengan dua hal,
yaitu kebudayaan ditinjau dari sudut infividu dankebudayaan ditinjau dari
masyarakat.
B. Saran
Hendaknya
hubungan pendidikan dengan nilai-nilaidan sikap-sikap modern, bahwa pendidikan
mengubah tingkah laku, sikap, dan kepribadian seseorang, sehingga sikap dan
nilai-nilai seseorang itu berkembang kea arah yang lebih dinamis dan sempurna
pengaruh perubahan ini sebagai konsekuensi logis dari pendidikan dan
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H.Waini Rasyidin, M.dkk (2012). Landasan Pendidikan. Bandung: Sub
Koordinator MKDP.
0 komentar:
Posting Komentar