TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU
A. Pengertian
Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam
Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan divided
artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Dalam Bahasa Latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tidak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai
suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan sebagai
sebutan “orang-seorang” atau manusia “perorangan”. Individu merupakan kesatuan
aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan
dan berfikir serta dengan fikirannya itu mengendalikan dan dan memimpin
kesanggupan akal dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan
kenyataan yang dialaminya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur
jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang
dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak
disebut lagi sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya,
ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
genotip dan fenotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Secara fisik
seseorang memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan
atau persamaan itu mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya,
bisa juga terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu saja.Kita bisa melihat
secara fisik bagian tubuh mana dari kita yang memiliki kemiripan dengan orang
tua kita. Ada bagian tubuh kita yang mirip ibu atau ayah, begitu pula mengenai
sifat atau karakter kita ada yang mirip seperti ayah dan ibu.
B. Pengertian
Pemahaman Individu
Pemahaman individu oleh Aiken (1997, hlm. 454) adalah
suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan
atau masalah-masalah gangguan yang ada pada individu atau kelompok individu.
Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, teknik projektif, dan
beberapa jenis tes.
C. Pengumpulan
Data
1.
Prinsip Pengumpulan Data
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
a.
Kelengkapan data
b.
Relevansi data
c.
Keakuratan data
d.
Efisiensi penyimpanan data
e.
Efektivitas penggunaan data
2.
Macam-Macam Data
Macam-macam data:
a.
Kecakapan
1) Kecakapan
petensial (potential ability)
diperoleh secara heriditer (pembawaan
kelahirannya).
a) Abilitas dasar umum (general inteligence) atau kecerdasan.
b) Abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, aptitudes).
2) Kecakapan
aktual (actual ability) yang
menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji
sekarang juga. Misalnya: prestasi belajar, keterampilan, kreativitas
dan lain sebagainya.
b.
Kepribadian
1)
Fisik dan kebebasan
2)
Psikis
3)
Kegiatan : ekstrakurikuler
4)
Keunggulan-keunggulan dalam bidang:
akademik. Keagamaan. Olahraga, kesenian, keterampilan, sosial, dll.
5)
Pengalaman istimewa dan prestasi yang telah diraih
6)
Latar belakang
7)
Agama dan moral
8)
Lingkungan masyarakat
3.
Sumber Data
Pemahaman
individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa suber, yaitu:
a.
Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri
yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
b.
Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan
keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan
siswa, temannya, dokter pribadi dan sebagainya.
4.
Aspek-Aspek yang Dihimpun dalam
Pengumpulan Data
Berbagai
hal yang termuat di dalam himpunan data meliputi pokok-pokok data/keterangan
tentang berbagai hal seluruh data itu perlu dihimpun dan disusun menurut suatu
sistem yang jelas, sehingga pemasukan dan pengeluarannya (untuk dipakai) dapat
dilakukan dengan mudah dan tetap terpelihara.Himpunan data pribadi sering
disebut cumulative record.
Data
yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data pribadi dan data
umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam
pokok-pokok berikut:
a.
Identitas pribadi
b.
Latar belakang rumah dan keluarga
c.
Kemampuan mental, bakat, dan kondisi
kepribadian
d.
Sejarah pendidikan, hasil belajar,
nilai-nilai mata pelajajaran
e.
Hasil tes diagnostik
f.
Sejarah kesehatan
g.
Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan
di luar sekolah
h.
Minat dan cita-cita pendidikan dan
pekerjaan/jabatan
i.
Prestasi khusus yang pernah diperoleh
j.
Deskripsi menyeluruh hasil belajar siswa
setiapa kelas
k.
Sosiometri setiap kelas
l.
Laporan penyelenggaraan diskusi/belajar
kelompok
5.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Pengumpulan Data
Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam
rangka penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal.
a.
Materi himpunan data yang baik (akurat
dan lengkap)
b.
Data tentang individu selalu bertambah,
berubah, berkembang, dan dinamis.
c.
Data yang terkumpul disusun dalam
format-format yang teratur rapi menurut sistem tertentu.
d.
Data dalam himpunan data itu pada
dasarnya bersifat rahasia.
e.
Mengingat bahwa data yang dikumpulkan
cukup banyak, harus pula ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan
6.
Manajemen dan Penggunaan Data
Dalam era
teknologi informasi, manajemen data peseta didik dilakukan secara komputer. Database
peserta didik perlu dibangun dan dikembangkan agar perkembangan setiap peserta
didik dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan data peserta didik dan lingkungan
sekolah yang tertata dan dimenejemen dengan baik untuk kepentingan memonitor
kemajuan peserta didik akan menjamin seluruh peserta didik menerima apa yang
mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah.
D. Teknik Pemahaman
1.
Pemberian Instrumen
Ada beberapa pertimbangan yang
perlu mendapat perhatian para konselor dalam penerapan instrumentasi bimbingan
dan konseling. Antara lain yaitu:
a. Instrumen
yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan.
b. Pemakai
instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan instrument
yang akan dipakai
c. Pemakaian
instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan hanya persiapan
instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan mengambil tes itu.
d. Perlu
diingat bahwa tes atau instrument apa pun hanya merupakan salah satu sumber
dalam rangka memahami individu secra lebih luas dan dalam.
e. Ada
dan dipergunakannya berbagai instriumen lainnya bukanlah syarat mutlak bagi
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Instrumen
bimbingan dan konseling meliputi digunakan dan dikembangkan berbagai instrumen,
baik berupa tes maupun nontes.
a.
Instrumen Tes
Tes dipandang
sebagai suatu alat yang digunakan dalam proses terapeutik dan memberikan
sumbangan dalam membantu klien (siswa) untuk membuat keputusan dan perencanaan
sendiri.
Ada tiga fungsi
penggunaan tes dalam konseling yaitu: 1) sebagai alat diagnostik,2) menemukan
minat dan nilai , dan 3) membuat prediksi tingkah laku.
Dalam memilih
tes untuk konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1)
Standar tes yang digunakan
2)
Memilih waktu penggunaan tes secara
teapt
3)
Memilih topic tes
4)
Partisipasi klien dalam memilih tes
5)
Prosedur pemilihan tes dengan
langkah-langkah berikut:
a) Klien
dan konselor menetapkan data apa yang diperlukan untuk membantu memecahkan
masalah
b) Konselor
menggambarkan macam-macam teori tes
c) Konselor
memberikan rekomendasi kepada tes tertentu yag dapat memberikan data yang
diperlukan
d) Konselor
membiarkan klien untuk memberikan reaksi terhadap pemilihan tes
e) Mengatur
pelaksanaan tes
Dalam
menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip
berikut:
1)
Mengetahui tes secara menyelurh
2)
Penjajagan terhadap alasan klien
menginginkan dan pengalaman klien dalam tes-tes yang pernah dialaminya
3)
Perlu pengaturan pertemuan interpretasi
tes agar klien siap untuk menerima informasi
4)
Arti skor tes harus dibuat secepatnya
dalam diskusi
5)
Kerangka acuan hasil tes hendanya dibuat
dengan jelas
6)
Hasil tes harus diberikan kepada klien
(dalam bentuk buku skor)
7)
Hasil tes harus selalu terjabarkan
8)
Konselor hendaknya bersikap netral
9)
Konselor hendaknya memberikan
interpretasi secara berarti dan jelas
10) tes
harus memberikan prediksi dengan tepat
11) Dalam
tahap interpretasi tasi tes, perlu adanya partisipasi dan evaluasi dari klien
12) Interpretasi
skor yang rendah kepada klien normal hendakn ya dilakukan dengan hati-hati
Cronbach mengatakan tes merupakan prosedur untuk
mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala
angka atau klasifikasi tertentu (Prayitno, et al, 2004:318).Dalam
bentuknya yang nyata tes meliputi serangkaian pertanyaan (tertulis atau lisan)
atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang dites; jawaban
atau pengerjaan atas pertanyaan atau tugas itu dijadikan dasar untuk menentukan
tingkat pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap atau kualifikasi orang yang
bersangkutan.
Ada bermacam-macam tes, seperti tes intelegensi, tes
bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, tes diagnostik. Secara umum kegunaan
berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
1)
Memperoleh dasar-dasar pertimbangan
berkenaan dengan berbagai masalah pada individu yang dites, seperti masalah
penyesuaian dengan ligkungan, masalah prestasi belajar atau hasil belajar,
masalah penempatan dan penyaluran;
2)
Memahami sebab-sebab terjadinya masalah
diri individu;
3)
Mengenali individu (misalnya siswa di
sekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang
memerlukan bantuan khusus;
4)
Memperoleh gambaran tentang kecakapan,
kemampuan, atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Berbagai
hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan konselor untuk
menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada individu yang dimaksudkan.
Adapun
beberapa instrument tes yaitu sebagai berikut:
1)
Tes Intelegensi (Kecerdasan)
2)
Tes Bakat
3)
Tes prestasi belajar (Achivement Tests)
b.
Instrumen Nontes
Instrumen
non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara, catatan
anekdot, angket, sosiometri, inventori yang dibakukan. Agar diperoleh hasil
yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan mempergunakan
pedoman pengamatan atau pedoman wawancara.
Kegunaan hasil
pengungkapan melalui instrumen non-tes sejalan dengan kegunaan hasil-hasil tes
seperti tersebut. Memang, sebagaimana telah disebut terdahulu, berbagai data
yang berhasil diungkapkan melalui berbagai prosedur dan sumber bersifat
menunjag, saling melengkapi, atau dipakai untuk mencek kebenaran atau ketepatan
suatu kondisi, yang kesemuanya itu dipakai sebagai bahan pertimbangan tentang
perlu layanan tertentu bagi individu yang bersangkutan.
Berikut ini beberapa bentuk
instrumen nontes yaitu sebagai berikut:
1)
Catatan anekdot
Catatan anekdot,
yaitu catatan otentik hasil observasi.
2)
Angket
Angket
(kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung,
yaitu melalui tulisan.Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
3)
Daftar cek
4)
Autobiografi (riwayat atau karangan) dan
catatan harian
5)
Sosiometri
Sosiometri
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau interaksi sosial
(saling penerimaan atau penolakan) diantara murid dalam suatu kelas, kelompok,
kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll.
6)
Inventori
2.
Teknik Wawancara
Wawancara
merupakan teknik untuk mengumpukan informasi melalui komunikasi langsung dengan
responden (orang yang minta informasi).
Kelebihan dan
kekurangan teknik wawancara adalah sebagai berikut.
a.
Kelebihan wawancara:
1)
Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid
secara mendalam
2)
Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3)
Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4)
Digunakan untuk pelengkap data yang
dikumpulkan dengan teknik lain.
b.
Kelemahan
wawancara:
1)
Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2)
Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3)
Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
a.
Wawancara pengumpulan data (informational interview)
b.
Wawancara konseling (counseling interview)
c.
Wawancara disiplin (diciplinary interview)
d.
Wawancara penempatan (placement interview)
3.
Observasi(pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b.
Direncanakan secara sistematis.
c.
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
d.
Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
a.
Observasi sehari-hari (daiily observation)
b.
Observasi sistematis (systematic observation)
c.
Observasi partisipatif (participative observation)
d.
Observasi non-partisipasif (non participative observation)
4.
Studi Kasus
Studi kasus
merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid secara menyeluruh dan
mendalam serat mengungkap seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh
dari bebagai pihak
Dalam melaksanakan studi kasus ini
dapat ditempuh langkah-langkah:
a.
Menentukan murid yang bermasalah
b.
Memperoleh data
c.
Menganalisis data
d.
Memberikan layanan bantuan
5.
Konferensi kasus
Konferensi kasus
merupakan suatu pertemuan diantara beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan
seorang atau beberapa murid yang mempunyai masalah. Unsur-unsur yang dapat
turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas, konselor,
guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi kasus, kepala sekolah,
psikolog, dokter, petugas perpustakan, orang tua siswa atau personel lain yang mengenal
dekat dengan murid.
0 komentar:
Posting Komentar