SENI MENGAJARKAN MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN
MAJEMUK
KARYA
TULIS ILMIAH
diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas pengganti
Ujian Akhir Semester
mata
kuliah Bahasa
Indonesia
Dosen
: Dewi Rani Gustiasari, S. S.
Disusun
oleh :
Kania Diah Puspasari 1205259
Ngadiyono 1204829
Rini Fajrin 1205055
Rizky Ayu Aulia 1201707
Yuyun Desfrita Azzura 1206652
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
Kania
Diah Puspasari 1205259
Ngadiyono 1204829
Rini Fajrin 1205055
Rizky Ayu Aulia 1201707
Yuyun Desfrita Azzura 1206652
SENI MENGAJARKAN MATEMATIKA BERBASIS
KECERDASAN MAJEMUK
Mengetahui/ menyetujui,
Dosen Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dewi Rani Gustiasari,
S.S., M.Hum.
ABSTRAK
Seni Mengajarkan
Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk
Matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Realita menunjukkan tidak
sedikit peserta didik yang tidak menyukai pelajaran ini. Matematika dianggap
sulit dan guru matematika dianggap membosankan. Hal ini merupakan sebuah imlikasi
yang ditimbulkan dari seni mengajar seorang pendidik yang kurang tepat.
Seni
mengajar merupakan cara untuk mempelajari psikologis peserta didik yang
cenderung terlihat dari kecerdasan yang ada dalam dirinya sehingga mampu
menciptakan kondisi belajar yang optimal. Seni mengajar dan konsep kecerdasan
majemuk yang ada dalam diri setiap individu dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan
matematika. Penerapan seni mengajar dalam konsep kecerdasan majemuk cenderung
berbeda tergantung pada tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu.
Berdasarkan
latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan observasi kepada
mahasiswa matematika untuk mengetahui apakah seni mengajarkan matematika
berbasis kecerdasan majemuk mampu mengoptimalkan pembelajaran. Sehingga
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1.)Berapakah persentase kecerdasan majemuk yang
dimiliki peserta didik? 2.)Bagaimanakah seni mengajar yang baik dalam pembelajaran Matematika jika
dikaitkan dengan kecerdasan majemuk?
Tujuan penelitian ini
yaitu: 1.)
Mengetahui persentase kecerdasan majemuk dari peserta
didik
2.) Mengetahui seni
mengajarkan matematika berdasarkan kecerdasan majemuk peserta didik.
Metode penelitian
yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dan metode
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Persentase
kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik adalah 57% - 43% yang memilki
masing-masing kecerdasan. Setiap peserta didik
memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda-beda. Kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik
mampu mempengaruhi seni mengajarkan matematika kepada peserta didik tersebut. Seorang guru dapat melakukan berbagai kreatifitas
berupa seni mengajarkan matematika yang dapat dikaitkan dengan kecerdasan majemuk peserta didik. Kecerdasan majemuk yang beragam dapat
mengahasilkan berbagai macam seni mengajarkan matematika.
Peserta
didik yang memiliki kecerdasan linguistik dapat diterapkan seni mengajar dengan
menggunakan soal cerita, kecerdasan matematis-logis menggunakan bentuk analisis
logis, kecerdasan spasial menggunakan gambar, kecerdasan kinestetik-jasmani
menggunakan gerak tubuh, kecerdasan musikal menggunakan lirik lagu, kecerdasan
interpersonal menggunakan kelompok, kecerdasan intrapersonal menggunakan soal
secara individu, dan kecerdasan naturalis menggunakan alam.
Oleh
karena itu penulis memberikan referensi kepada para pendidik untuk mengetahui karakteristik kecerdasan majemuk
masing-masing peserta didiknya sehingga tidak terjadi kesalahan menerapkan seni pembelajaran.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari dunia kegelapan
menuju dunia yang penuh cahaya dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Karya Tulis ini
membahas tentang “Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk”.
Pengambilan judul tersebut bertujuan untuk mengetahui cara terbaik untuk
mengajarkan matematika pada anak dengan melihat kecerdasan yang dimiliki setiap
anak.
Semoga karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia agar lebih baik lagi. Dan
memberikan kontribusi kepada pembaca terutama mahasiswa Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) sebagai literatur atau referensi tambahan.
Tentunya karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti
meminta kepada dosen pembimbing dan pembaca untuk memberikan masukan demi
perbaikan karya tulis ilmiah ini selanjutnya.
Bandung, Mei
2013
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
ABSTRAK.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................... 1
1.2 Masalah
Penelitian......................................................................... 3
1.2.1 Identifikasi Masalah............................................................. 3
1.2.2 Batasan Masalah................................................................... 3
1.2.3 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 4
1.4 Manfaat
Penelitian.........................................................................
4
1.5 Sistematika
Penulisan……………………………………………...
4
BAB
II KAJIAN TEORI………………………………………………….. 4
2.1
Konsep Kecerdasan Majemuk…………………………………...... 4
2.2
Seni Mengajar …………..………………………………………… 9
BAB
III PEMBAHASAN………………………………………………… 13
3.1
Seni Mengajarkan Matematika Berbasis
Kecerdasan Majemuk..... 13
BAB
IV PENUTUP……………………………………………………...... 23
4.1
Kesimpulan……………………………………………………….. 23
4.2
Saran……………………………………………………………... 23
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….. 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………….. 27
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti sadar bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, tidak lepas dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dewi Rani Gustiasari, S.S. M.Hum., selaku dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia.
2. Kang Dean, kakak tingkat Penulis di Jurusan Pendidikan Matematika 2011 karena berkat bantuan dan contoh dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.
3. Rekan-rekan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah bersedia mengisi angket yang telah penulis sediakan dalam rangka Karya Tulis Ilmiah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di dalam dunia
pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut, matematika selalu hadir sebagai
salah satu pelajaran yang utama untuk dipelajari. Dalam kehidupan sehari-hari
pun sering dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan matematika. Sehingga,
matematika menjadi salah satu pelajaran yang penting untuk dipahami.
Namun terkadang,
matematika menjadi salah satu hal yang menakutkan untuk dipelajari. Paradigma
bahwa matematika menakutkan biasanya sudah tertanam ketika anak pertama kali
mempelajari matematika dan tidak dapat menyelesaikan masalah. Ada 2 hal yang
diduga menjadi penyebab anak tidak menyukai matematika: pertama adalah guru dan
kedua adalah materi yang disampaikan terlalu datar/tidak variatif.
Alasan pertama
guru yaitu karena ada beberapa tipe guru yang dalam mengajarkan matematika
tidak baik atau dengan kata lain penyampaian yang tidak dapat diterima murid.
Alasan kedua adalah materi yang disampaikan. Terkadang materi yang disampaikan
terlalu monoton hanya melakukan perhitungan dengan rumus-rumus, namun disamping
itu sebenarnya dalam menyampaikan matematika dapat melalui berbagai metode
diantaranya dengan game-game
matematika.
Untuk itu, para
guru hendaknya harus melakukan berbagai kreatif seni pengajaran matematika agar
para murid dapat lebih tertarik untuk mempelajari matematika. Salah satu
diantaranya dapat dilakukan dengan mengetahui kecerdasan yang dimiliki setiap
murid. Kecerdasan ini disebut kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu: yaitu
kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial, kinestetik-jasmani,
musikal, interpersonal,
intrapersonal dan kecerdasan naturalis” (Gardner dalam Situmorang, 2004 : 60).
Dengan mengetahui kecerdasan majemuk tiap murid, guru
dapat mengetahui potensi yang dimiliki tiap murid, sehingga guru tidak akan
memaksakan murid untuk menyukai matematika. Tetapi, bukan untuk melepas murid
agar tidak mempelajari matematika, melainkan mendorong para murid untuk melatih
berpikir matematis untuk menjalani kehidupan yang akan dijalaninya.
Berdasarkan
uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas permasalahan yang berorientasi
pada penggunaan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dengan judul
“Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk”.
1.2
Masalah Penelitian
Penelitian ini
berpusat pada masalah tentang bagaimana mengetahui hubungan antara kecerdasan
majemuk yang tedapat pada diri peserta didik dengan konsep dalam cara atau seni
mengajar dalam Matematika.
1.2.1
Identifikasi
Masalah
Masalah dalam
penelitian ini menyangkut bagaimana hubungan antara kecerdasan majemuk dengan
seni mengajarkan Matematika. Dalam hal ini peserta didik digantikan dengan
Mahasiswa FPMIPA UPI yang catatannya sudah pernah belajar Matematika pada
jenjang Sekolah dasar dan Sekolah menengah.
1.2.2
Batasan
Masalah
Agar penelitian ini lebih
terarah serta cara pemecahannya dapat disampaikan dan diterima dengan jelas,
maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Batasan masalah dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.
Persentase
jenis kecerdasan Majemuk yang dimiliki peserta didik
2.
Seni-seni
dalam pembelajaran Matematika yang baik jika dikaitkan dengan kecerdasan
Majemuk
1.2.3
Rumusan
Masalah
Dari batasan masalah
di atas, peneliti dapat merumuskan pernyataan penelitian sebagai berikut:
1.
Berapakah persentase kecerdasan majemuk yang
dimiliki peserta didik?
2.
Bagaimanakah seni mengajar yang baik dalam
pembelajaran Matematika jika dikaitkan dengan kecerdasan majemuk?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam
penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui
persentase kecerdasan majemuk dari peserta didik
2.
Mengetahui seni mengajarkan matematika berdasarkan
kecerdasan majemuk peserta didik
1.4
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah dapat memberikan referensi kepada para pendidik mengenai seni
mengajarkan matematika berdasarkan kecerdasan majemuk peserta didik.
Selain dari itu, terdapat
manfaat khusus dan manfaat umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini.
1.
Manfaat khusus
Karya
tulis ilmiah ini secara khusus bermanfaat bagi Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia dan mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika agar
dapat membaca, memahami dan mengaplikasikan karya tulis ilmiah ini dalam
kegiatan belajar mengajar di kemudian hari.
2.
Manfaat umum
Karya
tulis ilmiah ini secara umum bermanfaat bagi seluruh guru sekolah dasar dan
sekolah menengah di Indonesia sebagai referensi seni mengajarkan belajar dan
memilih cara belajar yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian, guru dapat mengoptimalkan modalisasi dan
mengembangkan kecerdasan majemuk yang ada pada peserta didik khususnya di
bidang matematika.
1.5
Definisi
Operasional
Definisi setiap kata dari judul “Seni Mengajarkan Matematika Berbasis
Kecerdasan Majemuk” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai berikut.
1.
Seni merupakan kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai
tinggi (luar biasa)
2.
Mengajarkan adalah merupakan cara memberikan pelajaran kepada seseorang atau
kelompok
3.
Matematika merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan.
4.
Berbasis
adalah
asas atau dasar
5.
Kecerdasan
adalah kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman
pikiran)
6.
Majemuk
merupakan
hal yang tediri atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan.
1.6
Sistematika penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang isi makalah, berikut ini diuraikan sistematika
penulisannya:
Bab I
|
:
|
Pendahulan, difokuskan pada latar belakang, rumusan
masalah yang terdiri dari batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan untuk mempermudah dalam penulisan ini.
|
Bab II
|
:
|
Kajian pustaka, kerangka pikiran dan hipotesa, berisi
tentang konsep kecerdasan majemuk dan seni mengajar serta seni mengajar
matematika berbasis kecerdasan majemuk.
|
Bab III
|
:
|
Metodologi penelitian, berisi tentang cara-cara yang
digunakan peniliti dalam melakukan penelitian.
|
BAB IV
|
:
|
Analisis data dan pembahasan, berisi tentang
analisis penelitian yang menggunakan angket dan pembahasan hasil penelitian.
|
Bab V
|
:
|
Berisi simpulan dan keseluruhan hasil pembahasan
yang dilakukan sesuai dengan rumusan masalah dan juga berisi tentang saran
terkait dengan topik pembahasan yang ada.
|
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESA
2.1
Kajian
Pustaka
2.1.1
Konsep
Kecerdasan Majemuk
Konsep kecerdasan majemuk (multiple intellegences) lahir
sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan oleh
Alfed Binet, yang meletakkan dasar kecerdasan
seorang pada IQ (Intelligences Quotient).
Berdasarkan tes IQ yang dikembangkannnya. “Binet menempatkan
kecerdasan seseorang dalam rentang skala tertentu yang menitikberatkan
kepada kemampuan logika dan berbahasa semata. Dengan maksud apabila seseorang pandai dalam logika dan bahasa, maka
ia pasti memiliki IQ yang tinggi, Tes yang dikembangkan Binet ini, belum
mengukur kecerdasan seseorang seluruhnya, sebab tes IQ Binet baru mewakili sebagian
kecerdasan yang ada
yaitu kecerdasan
linguistik, matematis logis dan spasial saja. Dengan kata lain belum meliputi delapan
jenis kecerdasan yang ada” (Gardner dalam Situmorang 1983: 61).
Menurut Gardner (dalam Situmorang 2004:
61-66) secara garis besar ciri–ciri dan karakteristik kecerdasan
majemuk adalah sebagai berikut:
a.
Kecerdasan
Linguistik,
Kemampuan
menggunakan kata secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Selain itu
kecerdasan ini juga meliputi kemampuan memanipulasi struktur bahasa, fonologi, semantik,
pragmatik dan hafalan. Adapun
ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
1.
Suka
menulis kreatif
2.
Suka
mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon
3.
Membaca
di waktu senggang
4.
Mengeja
kata dengan tepat dan mudah
5.
Menyukai
pantun lucu dan permainan kata
6.
Suka
mengisi teka-teki silang
7.
Menikmati
dengan cara mendengarkan
8.
Memiliki
kosa kata yang luas
9.
Unggul
dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi
b.
Kecerdasan
Matematis - Logis
Kemampuan menggunakan
angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan
ini juga meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan
dan dalil. Adapun ciri-ciri yang memiliki kecerdasan ini adalah:
1.
Menghitung
masalah aritmetika dengan cepat
di luar kepala
2.
Menikmati
penggunaan bahasa komputer
3.
Suka
mengajukan pertanyaan yang bersifat analisis, misalnya mengapa hujan turun?
4.
Ahli
dalam permainan strategi, seperti catur, halma dan sebagainya
5.
Mampu
menjelaskan masalah secara logis
6.
Suka
merancang eksperimen untuk
pembuktian sesuatu
7.
Menghabiskan
waktu dengan permainan logika, seperti teka-teki
8.
Mudah
memahami hukum sebab akibat
9.
Berprestasi
dalam pelajaran Matematika dan IPA (Fisika)
c.
Kecerdasan Spasial
Kemampuan
mengekspresikan dan mentransformasikan persepsi dunia spasial–visual
secara akurat dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu kecerdasan
ini juga meliputi kepekaan terhadap warna, garis bentuk
ruang dan hubungan antar unsur. Kemampuan membayangkan,
mempresentasikan ide secara visual. Adapun ciri-ciri orang yang
memiliki kecerdasan ini adalah:
1.
Memberikan
gambaran visual yang jelas ketika menggambarkan sesuatu
2.
Mudah
membaca peta, grafik dan diagram
3.
Menggambar
sosok benda atau orang persis aslinya
4.
Senang melihat film , slide, foto-foto atau
karya seni lainnya
5.
Sangat
menikmati kegiatan visual ,
seperti teka-teki atau sejenisnya
6.
Suka
melamun dan berfantasi
7.
Suka
membangun konstruksi tiga dimensi
8.
Mencoret-coret
di atas kertas atau di buku
sekolah
9.
Lebih
memahami informasi lewat gambar daripada
kata-kata
10.
Menonjol
dalam mata pelajaran seni
d.
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani
Keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan
menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu, dan kemampuan-kemampuan fisik
yang khusus, seperti: keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan. Adapun
ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ini adalah:
1.
Banyak
bergerak ketika mendengarkan sesuatu atau duduk
2.
Aktif
dalam kegiatan fisik, seperti : berenang, bersepeda, mendaki
3.
Perlu
menyentuh sesuatu yang sedang
dipelajarinya
4.
Menikmati
kegiatan melompat, lari, gulat atau
kegiatan fisik sejenis
5.
Memperlihatkan
keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, seperti menjahit, mengukir, memahat
6.
Pandai
menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain
7.
Bereaksi
secara fisik terhadap jawaban masalah
yang dihadapinya
8.
Menikmati
kegiatan dengan tanah liat, melukis
dengan jari atau kegiatan kotor lainnya
9.
Suka
membongkar benda kemudian menyusunnya lagi
10.
Berprestasi
dalam mata pelajaran Olahraga, Mekanik, dan yang bersifat kompetitif.
e.
Kecerdasan Musikal
Kemampuan
mengapresiasi berbagai bentuk musikal, membedakan, mengubah, dan
mengekspresikannya. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap irama, nada,
warna suara suatu lagu. Adapun ciri-ciri orang yang
memiliki kecerdasan ini adalah :
1.
Suka
memainkan alat musik di rumah atau di sekolah
2.
Mudah
mengingat melodi suatu lagu
3.
Lebih
bisa belajar dengan iringan musik
4.
Suka
mengoleksi kaset-kaset atau
CD lagu-lagu
5.
Bernyanyi
atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain
6.
Mudah
mengikuti irama musik
7.
Mempunyai
suara yang bagus untuk bernyanyi
8.
Peka
terhadap suara-suara atau bunyi-bunyian di
lingkungannya
9.
Memberikan
reaksi yang kuat terhadap
berbagai jenis musik
10.
Berprestasi
bagus dalam mata pelajaran Seni
Musik
f.
Kecerdasan
Interpersonal
Kemampuan
membedakan suasana hati maksud, motivasi serta perasaan orang lain.
Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak
isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk melakukan sesuatu. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan ini adalah:
1.
Mempunyai
banyak teman di sekolah maupun di lingkungannya
2.
Suka
bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal
3.
Sangat
mengenal lingkungannya
4.
Banyak
terlibat dalam kegiatan kelompok di
luar jam sekolah
5.
Berperan
sebagai penengah ketika
terjadi pertikaian atau
konflik diantara teman
6.
Menikmati
berbagai permainan kelompok
7.
Berempati
besar terhadap perasaan atau
penderitaan orang lain
8.
Suka
dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah oleh temannya
9.
Sangat
menikmati pekerjaan mengajari
orang lain
10.
Berbakat
menjadi pemimpin dan berprestasi dalam mata pelajaran Ilmu Sosial.
g.
Kecerdasan
Intrapersonal
Kemampuan memahami
diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu
kecerdasan ini juga meliputi kesadaran
akan suasana hati, maksud, temperamen, motivasi, keinginan, berdisiplin
diri dan kemampuan menghargai diri. Adapun ciri-ciri orang yang
memiliki kecerdasan ini adalah:
1.
Memperlihatkan
sikap independen dan kemauan yang
kuat
2.
Bersikap
realistis terhadap kekuatan dan kelemahannya
3.
Memberikan
reaksi keras terhadap
topic-topik kontroversial
dengan dirinya
4.
Bekerja
atau belajar dengan baik seorang diri
5.
Memiliki
rasa percaya diri yang tinggi
6.
Kecenderungan
mempunyai pandangan yang
lain dari pandangan umum
7.
Banyak
belajar dari kesalahan masa lalu
8.
Dengan
tepat mengekspresikan perasaannya
9.
Berpikir
fokus dan terarah pada pencapaian tujuan
10.
Banyak
terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
h.
Kecerdasan Naturalis
Kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan jenis-jenis
flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini juga meliputi terhadap fenomena-fenomena alam lainnya, dan kemampuan
membedakan benda-benda tak hidup dengan benda-benda hidup lainnya. Adapun
ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan naturalis ini adalah:
1.
Suka
dan akrab dengan hewan peliharaan
2.
Sangat
menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, seperti kebun, taman, hutan dan
sebagainya
3.
Menunjukkan
kepekaan terhadap panorama alam , seperti pemandangan, gunung, awan,
pantai dan sebagainya
4.
Suka
berkebun dan memelihara binatang
5.
Menghabiskan
waktu dekat akuarium atau
sistem kehidupan alam lainnya
6.
Memperlihatkan
kesadaran ekologis yang tinggi
7.
Meyakini
bahwa binatang mempunyai
hak sendiri dan perlu dilindungi
8.
Mencatat
berbagai fenomena alam yang
melibatkan hewan dan tumbuhan
9.
Suka
membawa pulang serangga,bunga,
daun atau benda-benda alam lainnya
10.
Berprestasi
dalam mata pelajaran IPA, Biologi dan Lingkungan Hidup.
Dari kedelapan kecerdasan majemuk tersebut dapat
disimpulkan, bahwa setiap kecerdasan bekerja dalam sistem otak yang
relatif tersendiri namun pada saat mengeluarkannya, kedelapan jenis
kecerdasan yang ada bekerja sama secara
unik untuk menghasilkan informasi sesuai
dengan yang dibutuhkan.
2.1.2
Seni Mengajar
Setiap
orang akan memiliki seni-seni mengajar yang berbeda-beda akan tetapi berpijak
pada dasar dan tujuan yang sama yakni supaya materi dapat diserap dengan baik
oleh murid. Seni mengajar haruslah dibedakan antara mengajar anak kecil
(andragogi) dengan seni mengajar orang dewasa (pedagogi). Hal ini karena
karakteristik mereka berbeda. Sebagai dasar kita akan menerapkan seni mengajar,
kita perlu memahami bahwa 55% komunikasi yang efektif adalah melalalui body language (isarat tubuh). Kendali
sadar kita terhadap tubuh hanya 12%. Otak kita memiliki memori jangka pendek
dan memori jangka panjang. Otak kita hanya mampu menyerap 134 byte per detik
informasi. Sementara informasi yang masuk kedalam otak adalah 2.000.000 byte
per detik yang disalurkan oleh semua panca indra kita. Subjektifitas komunikan
terhadap komunikator kadang-kadang juga sangat menentukan apakah suatu
informasi dapat mudah dipahami atau tidak. Karenanya menerapkan seni dalam
mengajar akan mampu menciptakan suasana belajar yang optimal. Seni mengajar
lebih cenderung mempelajari bagaimana psikologis murid. Keterbatasan otak kita
dalam menyimpan informasi pada kondisi sadar, maka kita perlu memasuki alam
bawah sadarnya. Emosi juga memberikan pengaruh positif terhadap informasi yang
diingat. Diantara kita ada yang mengenal dengan baik lirik dan nada sebuah lagu
yang sudah berumur lebih dari 20 tahun. Dia menangis ketika mendengar lagu
tersebut karena lagu tersebut merupakan kenangan saat berpisah dengan
kekasihnya.
Jadi
dalam menerapkan seni mengajar, langkah pertama adalah membuka pikiran murid (open mind audiens). Hal-hal yang bisa
dilakukan adalah dengan membuat rileks murid sebelum memulai proses
pembelajaran. Kemudian untuk memasuki pikiran bawah sadar mereka dapat kita
lakukan dengan membuatnya kaget, bingung, penasaran, dan dibuat fokus (hal ini
juga dilakukan oleh para hypnoter).
Langkah kedua adalah melakukan matching/miroring
terhadap murid mulai dari gaya berdiri, cara pandang, intonasi suara dan
lainnya. Hal ini dilakukan karena setiap orang akan senang dengan orang yang
mirip dirinya. Kita harus mengenali cara bicara mereka, intonasinya, dan
gayanya. Ketika kita akan melakukan komunikasi dengan murid yang tidak senang
dipandang lama-lama, maka kita pun harus menghindari kontak mata terlalu lama
dengan murid. Ilmu yang mendasari pemahaman ini adalah tentang karakteristik
personal. Kita perlu mengetahui tipe-tipe personalnya. Langkah ketiga adalah
menciptakan fokus murid terhadap gerakan yang kita buat. Misalnya melalui
gerakan tangan, tawa kita, atau gaya ngomong kita. Hal ini dilakukan untuk
menghipnotis murid supaya fokus terhadap kita (Teknik fire the anchor). Seperti gaya bicara para orator ulung, misalnya
saja Presiden Barrack Obama, Presiden SBY mereka memberikan gerak tubuh
tertentu dan penekanan-penekanan intonasi pada kata-kata, serta sesekali
menggunakan jeda. Langkah keempat adalah membuat audiens terlarut dalam fokus
untuk mengikuti materi yang disampaikan melalui cerita-cerita bersambung yang
kesimpulannya diletakan diakhir pembicaraan (teknik metafor). Murid tanpa
disadari akan menunggu kesimpulan cerita yang kita potong dulu, sehingga
berusaha memperhatikan kita hingga akhir proses pembelajaran. Langkah terakhir
dalam menerapkan seni mengajar adalah mengatur kondisi puncak pikiran kita saat
mengajar. Tidak boleh kita tiba-tiba berhenti berbicara ketika sedang
menjelaskan materi, apalagi lupa tentang sebuah terminologi atau
penggalan-penggalan kalimat yang akan disampaikan (Teknik Learning State). Karenanya dalam mengajar perlu rencana
pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan RKTP, LPM, TIU/TIK dan sebagainya.
Sebagai salah satu contoh, bentuk pembelajaran orang dewasa harus rencana
pembelajarannya meliputi tahapan sebagai berikut.
a.
Menciptakan iklim belajar melalui
kegiatan permainan
b.
Menyepakati tujuan belajar dengan
menyampaikan TIU/TIK
c.
Menggali pengalaman peserta melalui
diskusi seputar materi yang akan disampaikan
d.
Menyampaikan materi bahasan pokok
e.
Melakukan selingan (intermezo) untuk kembali membangkitkan semangat belajar
f.
Mengevaluasi pemahaman peserta tentang materi
yang telah disampaikan
g.
Memberikan kesimpulan materi
pembelajaran
h.
Memberikan penugasan tindak lanjut dari
materi yang telah disampaikan
2.2
Kerangka Pemikiran
“Matematika mampu mengasah otak menjadi lebih tajam. Sel-sel otak akan
terus berkembang sehingga mampu memberikan berbagai alternatif dalam pemecahan
masalah” (Marghareta, 2008; Kania, 2008)
Dari kutipan diatas terlihat bahwa matematika merupakan salah satu
pelajaran yang dapat membantu perkembangan otak. Melalui pelajaran matematika
anak berpikir, menyelesaikan masalah, dan membuat kesimpulan. Namun terkadang,
matematika dapat menjadi suatu hal yang paling menakutkan untuk beberapa anak
didik, yang akhirnya akan menjadi mathfobia.
Pada kenyataannya, hampir sebagian besar anak didik justru tidak menyukai
pelajaran matematika. Pada dasarnya, ada beberapa alasan mengapa peserta didik
tidak menyukai matematika. Masalahnya bukan terletak pada isi materi, namun
karena karakter guru dan buku pelajaran.
1.
Guru
Sebagian besar anak didik mengungkapkan bahwa karakter guru menjadi
alasan utama mengapa mereka tidak menyukai matematika. Jawaban yang diperoleh
adalah gurunya galak, tidak kooperatif, sampai guru yang tidak mampu
menerangkan materi dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa karakter guru
ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap anak didik dalam menerima
pelajaran.
2.
Buku Pelajaran
Matematika adalah mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi dan
ketelitian yang tinggi. Jika tidak didukung oleh buku pelajaran dan tampilan
yang menarik maka hal ini dapat membuat anak didik semakin tidak menyukai
pelajaran matematika. Untuk mengatasinya, buku pelajaran harus dibuat dengan
konsep baru dan tampilan yang menarik.
Dalam mengatasi gejala
mathfobia, diperlukan berbagai taktik
atau strategi khusus bagi seorang guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan
konsep kecerdasan majemuk dalam pelajarn matematika. Ada beberapa strategi yang
dapat ditempuh, yaitu:
ü Strategi 1 : Kenali Karakternya
“Guru ibarat pelatih sepak bola yang harus jeli menyusun
strategi dalam menghadapi
sebuah pertandingan besar.”
Ada beberapa karakter yang harus dipahami guru dalam mengajarakan
pelajaran matematika.
1.
Karakter Matematika
Langkah pertama adalah memahami terlebih dahulu karakter pelajaran
matematika itu sendiri. Ingat, tidak semua materi dapat dijadikan bentuk
permainan ataupun kegiatan. Intinya, jangan terlalu memaksakan suatu metode
pembelajaran yang justru membuat anak didik menjadi bingung. Pada dasarnya
matematika memiliki dua sifat penting yaitu aplikatif (nyata) dan nonaplikatif
(abstrak).
·
Matematika aplikatif
Merupakan materi matematika yang konsep dasarnya dapat dilihat secara
nyata. Materi ini dapat dijelaskan melalui permainan atau kegiatan. Sebagai
contoh, materi pengukuran dapat dijelaskan melalui kegiatan mengukur panjang
dan lebar buku, pajang meja, dan sebagainya.
·
Matematika nonaplikatif
Kebingungan kadang muncul ketika guru akan menyampaikan materi matematika
non-aplikatif. Misalnya, bilangan, aljabar, aritmetika. Semua materi tidak
dapat dilihat secara nyata. Untuk materi yang seperti ini, diperlukan kemahiran
guru dalam menyampaikan materi tersebut.
Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak bersifat
hapalan. Karakter ini membuat matematika menjadi karakter yang cukup unik.
Untuk itu, seorang guru harus menjelaskan materi dengan konsep yang sederhana
namun jelas. Berbeda dengan pelajaran yang lain, matematika merupakan pelajaran
yang bisa dibayangkan dalam pikiran. Sebaliknya justru matematika justru
“memaksa” anak didiknya untuk menuliskannya diatas kertas yang memungkinkan
tidak terjadi kesalahan perhitungan.
Sama halnya dengan pelajaran yang lain, matematika membutuhkan
kontinuitas dalam berlatih. Semakin sering anak didik berlatih mengerjakan
soal, semakin akrab anak didik tersebut dengan berbagai soal yang
diberikan.
2.
Karakter Matematika Dalam Kecerdasan Majemuk
Setelah mengenal karakter matematika, barulah guru menggunakan kecerdasan
majemuk para anak didik untuk menyerap materi yang akan disampaikan.
a.
Matematika dalam kecerdasan musikal
Matematika dapat diintegrasikan kedalam musik tergantung kreatifitas
seorang pendidik dalam mengaplikasikan sebuah metode pembelajaran.
b.
Matematika dalam kecerdasan gerakan tubuh
Ada banyak sekali permainan yang menerapkan kecerdasan gerakan tubuh
dalam materi matematika. Beberapa diantaranya adalah permainan lompat bilangan
prima atau mewarnai bangun geometris.
c.
Matematika dalam kecerdasan logika
Pelajaran matematika memang sangat erat hubungannya dengan kecerdasan
logika. Para anak didik yang tidak dapat bermain dengan imajinasi mereka ketika
mengahadapi pelajaran matematika. Dalam pelajaran matematika ini, anak didik
akan melakukan tahapan seperti pemahaman, analisis dan penarikan
kesimpulan.
d.
Matematika dalam kecerdasan bahasa
Materi matematika dapat disampaikan melalui bentuk drama atau tebak
gambar.
e.
Matematika dalam kecerdasan ruang
Pembuatan jaring-jaring kubus atau balok dapat merangsang perkembangan
kecerdasan ruang bagi anak didik. Kegiatan ini mampu membuat anak didik
memaksimalkan otaknya dalam hal kecerdasan ruang dan geometri.
f.
Matematika dalam kecerdasan antarpribadi
Tampaknya cukup sulit untuk mengungkapkan pelajaran matematika melalui
kecerdasan antarpribadi. Padahal, kegiatan pasar-pasaran sangat cocok untuk
penyampaian materi matematika ini. Selain mereka berinteraksi dengan pedagang,
mereka juga belajar tentang aritmetika sosial.
g.
Matematika dalam kecerdasan intrapribadi
Salah satu materi pelajaran matematika dalam menguji kecerdasan
intrapribadi misalnya menghubungkannya dengan gambar atau bentuk bangun ruang.
h.
Matematika dalam kecerdasan natural
Dalam menggugah kecerdasan anak didik dalam hal kecerdasan natural, guru
dapat menyampaikan materi dengan tema alam. Misalnya menghitung populasi hewan.
i.
Matematika dalam kecerdasan spiritual
Penyampaian matematika yang mengedepankan kecerdasan spiritual lebih
cenderung kearah permainan dengan aturan yang tegas, misalnya bermain catur.
Jadi, tak hanya menerima materi pelajaran, anak didik pun dilatih untuk
mengembangkan sikap mental disiplin dan jujur.
3.
Karakter Anak Didik
Selain memahami karakter pelajaran matematika, guru juga perlu memahami
karakter anak didiknya. Hal ini disebabkan karena anak didik memili karakter
yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatika seorang guru dalam
menghadapi karakter anak didik yang beragam.
a.
Semua anak didik terlahir jenius
Tidak ada alasan guru meng-anak-tirikan anak didiknya karena mereka semua
sebenarnya terlahir jenius. Pada dasarnya, mereka memiliki potensi yang luar
biasa. Ada beberapa anak didik yang potensi dan bakatnya berkembang cepat namun
ada juga yang masih terpendam. Inilah tugas seoran guru untuk menggali dan
mengembangkan potensi tersebut.
“Semua anak terlahir jenius. Namun, kita memupuskan kejeniusan mereka
dalam enam bulan pertama.” (Buckminster Fuller)
b.
Dengar Apa kata mereka!
Sebagai seorang guru, kadang disibukkan dengan berbagai metode
pembelajaran.
Padahal, belum tentu metode pembelajaran tersebut dapat diterima baik oleh anak
didik. Untuk itu, tidak ada salahnya jika guru berdiskusi dengan anak didik
mengenai metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu,
guru pun dapat mendengarkan
c.
Inovasi dalam Pembelajaran
Saat ini banyak sekali metode pembelajaran yang dikemukakan oleh berbagai
praktisi pendidikan. Seuanya memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Kondisi
seperti ini justru merupakan keuntungan bagi guru dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, guru dapat melakukan inovasi metode pembelajaran yang
benar-benar sesuai dengan karakter dan kondisi peserta didiknya.
d.
Variasi dalam pembelajaran
Ingat bahwa anak didik berbeda-beda. Dengan melakukan variasi dalam
metode pembelajaran, semua anak akan merasa terpenuhi kebutuhannya dalam
belajar.
ü Strategi 2: Ciptakan Kodisi yang Nyaman
“Belajar akan terasa lebih efektif jika dilakukan dalam kondisi nyaman
dan menyenangkan.” (Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk,
2008)
Salah satu faktor penting dalam
proses pembelajaran adalah lingkungan tempat belajar. Lingkungan tempat belajar
mencakup beberapa hal, yaitu kondisi ruangan kelas, kondisi anak didik, dan
kondisi guru. Semakin baik lingkungan tempat belajar dikelola, semakin efektif
pula proses pembelajaran dan sebaliknya.
1.
Kondisi Kelas
Dengan menggunakan konsep manajemen kelas, seorang guru dapat mengatur
ruangan kelas sedemikian rupa sehingga kelas menjadi tempat yang paling nyaman
di dunia. Dianatara manajemen kelas yaitu :
a.
Pengaturan tempat duduk
Agar anak didik merasa nyaman pada saat proses pembelajaran, diperlukan
inovasi dalam pengaturan tempat duduk. Hal ini dapat pula didiskusikan kepada
peserta didik, kondisi seperti apakah yang dapat membuat mereka nyaman.
b.
Display kelas
Display kelas adalah menjadikan kelas sebagai ruang pertunjukan bagi anak
didik. Hal ini perlu dilakukan agar ruang kelas menjadi menarik dan semarak.
Ada berbagai macam sumber yang dapat diajdikan display di kelas. Mulai dari hasil karya anak didik (seperti puisi,
gambar, kerajinan tangan) sampai poster atribut kelas (seperti struktur
organisasi kelas).
c.
Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan, prestasi akademik anak didik dapat
dipengaruhi oleh pencahayaan di kelas. Hal ini disebabkan karena materi yang disampaikan
guru di papan tulis tidak terlihat dengan jelas. Akibatnya, konsentrasi akan menurun dan
materi yang disampaikan tidak diserap dengan baik. Untuk itu ruangan kelas
harus mempunyai pencahayaan yang baik seperti lampu atau cahaya matahari.
d.
Aroma Terapi
Saat ini, banyak pusat kesehatan yang menggunakan konsep aroma terapi.
Konsep ini dianggap ampuh dalam penyembuhan berbagai penyakit, stress salah
satunya.
“Manusia dapat meningkatkan kemampuan berpikir mereka secara kreatif
sebesar 30% saat diberikan wangi bunga tertentu.” (Hirsch)
e.
Musik
Musik mampu membuat manusia menjadi cerdas. Hal ini disebabkan musik
memiliki nada-nada dan bunyi-bunyian yang mempengaruhi kerja otak. Otak akan
menjadi lebih rileks dan santai.
“Irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengarhi fisiologi manusia,
terutama gelombang otak dan denyut jantung, disamping membangkitkan persaan dan
daya ingat.” (Dr. Georgi Lozanov)
2.
Kondisi Anak Didik
Kondisi kelas yang nyaman dan menarik tidak akan ada artinya jika anak didik
tidak siap dalam menerima materi pelajaran. Untuk itulah, seorang guru perlu
mangamati dengan baik bagaimana kondisi anak didik sebelum pelajaran dimulai.
3.
Kondisi Guru
Selain kondisi kelas dan anak didik, faktor lainnya yang mempengaruhi
kenyamanan dalam proses pembelajaran adalah kondisi guru.
Sadar atau tidak, sosok guru sangat diperhatikam oleh anak didiknya.
Mulai dari penampilan, gaya bicara, perilaku, kebiasaan hingga karakter dari
guru itu sendiri. Bedasarkan pengamatan, sosok guru dapat memepengaruhi minat
anak didik terhadap pelajaran tertentu.
a.
Penampilan
Anak didik sangat memperhatikan penampilan guru ketika proses
pembelajaran berlangsung. Jika ada penampilan yang tidak sedap dipandang,
konsentrasi anak didik pun terganggu. Oleh karena itu, sebelum masuk ke ruang
kelas, guru perlu memperhatikan penampilannya, mulai dari keserasian warna
pakaian sampai kebersihan tubuh.
b.
Gaya Bicara
Hal lain yang diperhatikan anak didik selama proses pembelajaran
berlangsung adalah gaya bicara. Setiap guur memilki gaya bicanya
sendiri-sendiri. Ada yang terkesan angkuh, kaku, dan ada yang teriak-teriak,
ada yang berbelit-belit, dan lain sebagainya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas, seorang guru harus
menggunakan gaya bicara yang santai dan sederhana. Namun, artikulasi suara
harus jelas dan tegar agar anak didik dapat mendengar dengan baik. Selain itu,
gunakan bahasa yang sesuai dan dipahami oleh anak didik.
c.
Gaya mengajar
Selain gaya bicara, gaya mengajar seorang guru pun sangat diperhatikan
oleh anak didik. Pada dasarnya, gaya mengajar berhubungan erat dengan metode
pembelajaran. Seorang guru dapat menerapkan metode pengajaran apapun. Intinya,
gaya mengajar yang serius tetapi santai.
d.
Sikap
Guru adalah sosok yang sangat dihormati dan menjadi teladan bagi anak
didiknya. Anak didik memiliki pandangan bahwa gurunya sangat cerdas, sangat
dihormati, bersikap baik, dan penuh dengan nasihat bijak. Dengan pandangan
seperti ini, mereka secara tidak langsung akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan
apa-apa yang dilakukan gurunya. Serta, ketika proses pembeljaran berlangsung,
seorang guru harus menunjukkan sikap perhatian dan peduli kepada anak didiknya.
ü Strategi 3 : Matrix Learning System
“Secanggih apapun metode pembelajaran yang digunakan, tidak akan ada
artinya jika anak didik tidak memilki motivasi.” (Seni Mengajarkan Matematika
Berbasis
Kecerdasan Majemuk)
1.
Semua Berawal dari Mimpi
Motivasi adalah dasar pemikiran dan keinginan yang kuat bagi seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dengan motivasi, seseorang mampu melewati berbagai
tantangan, hambatan, dan ujian yang berat. Motivasi diibaratkan seperti sebuah
energi besar yang tak pernah mati. Motivasi hadir dari mimpi.
2.
Matrix Learning
System
Kata “MATRIX” merupakan akronim dari Motivation
Activity Applicated To
The Real Mathemathics atau Penerapan
Motivasi dalam Dunia Matematika yang Nyata. MATRIX
Learning system hadir sebagai metode pembelajaran yang lebih mengedepankan
motivasi sebagai awal dari proses pembelajaran, khususnya pelajaran matematika.
3.
Konsep MLS
Secara umum, terdapat 6 konsep dasar dalam menjalankan MATRIX Learning System yang merupakan
rangkaian dari kata MATRIX, yaitu:
a.
M- Motivation
Konsep pertama adalah pemberian motivasi bagia anak didik pada saat
memulai proses pembelajaran.
b.
A- Activity
Konsep kedua adalah dengan melakukan berbagai aktivitas.
c.
T- Theory
Dari berbagai aktivitas yang telah dilakukan, setiap anak didik pasti
memilki pandangan yang berbeda-beda terhadap suatu masalah. Dari sinilah konsep
ketiga hadir yaitu setiap anak didik dirangsang untuk mengungkapkan teorinya
masing-masing.
d.
R- Result
Konsep keempat, guru memberikan sedikit petunjuk mengenai gambaran
terhadap permasalahan yang dibahas. Pada bagian ini, guru pun menjelaskan teori
matematika yang sebenarnya.
e.
I- Implementation
Setelah semua anak didik mengetahui teori matematika yang sebenarnya,
selanjutnya ke konsep kelima yaitu pelaksanaan. Pada konsep ini, anak didik
melaksanakan pembelajaran berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan.
Bentuk biasanya berupa soal latihan.
f.
X- Extraordinary
Konsep terakhir adalah bentuk penghargaan kepada anak didik. Sebaliknya,
anak didik yang merasa gagal hendaknya diberi semangat karena sebenarnya mereka
memiliki potensi yang sangat luar biasa.
ü Strategi 4 : Sistem Penilaian
“Keberhasilan anak didik dalam pembelajaran tidak bisa dilihat dari
angka-angka, akan tetapi diukur dari sejauh mana anak didik tersebut berubah
menjadi lebih baik meskipun sedikit.” (Seni Mengajarkan Matematika Berbasis
Kecerdasan Majemuk)
Saat ini, nilai dianggap sebagai sesuatu yang menentukan kecerdasan,
keberhasilan, dan kesuksesan anak didik. Pandangan seperti inilah yang
membuat
orang melakukan segala cara untuk memperoleh nilai yang tinggi. Sayangnya,
sebagian besar dari mereka justru mengambil jalan pintas yaitu mencontek atau
menyogok pihak sekolah.
Meskipun tidak dapat dijadikan ukuran kecerdasan, keberhasilan, dan
kesuksesan anak didik, nilai tetap saja dianggap penting. Buktinya, nilai
kelulusan suatu sekolah harus diatas nilai minimal yang telah ditentukan.
Langkah terakhir dalam sistem penilaian ini adalah dengan memberikan
pengertian kepada anak didik tentang arti sebuah nilai. Mereka perlu memahami
bahwa nilai tidak mempengaruhi kesuksesan dan keberhasilan di masa depan, namun
nilai mempengaruhi kelulusan mereka di sekolah. Dengan demikian, mereka
memahami hubungan antara nilai akademik dengan kriteria kelulusan sekolah.
2.3
Hipotesis Penelitian
Melihat beberapa kendala yang menyebabkan pserta didik
tidak menyukai matematika diantaranya adalah menyagkut guru dan pelajaran
matematika itu sendiri. Untuk masalah guru, memang adanya bahwa karakter guru
yang berbeda-beda, namun untuk mengantisipasinya dapat menggunakan seni
mengajar yang berbagai macam sehingga peserta didik tidak merasakan jenuh dan
enggan untuk mempelajari matematika.
Kemudian ditinjau dari pengertian berbagai macam
kecerdasan majemuk, dapat dikaitkan antara seni mengajarkan matematika dengan
berlandaskan kecerdasan majemuk peserta didik atau seni mengajarkan matematika
berdasarkan kecerdasan majemuk.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Di dalam sebuah
penelitian dibutuhkan metode yang tepat dan dianggap relevan untuk membantu
memecahkan persoalan dalam rumusan masalah penelitian. Metode penelitian adalah
sebuah cara untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan suatu persoalan yang
sedang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah, sistematis, serta logis.
Berdasarkan
masalah penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dan
metode deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan kedua metode ini agar
memperoleh pemahaman yang menyeluruh baik dalam segi kualitas dan kuantitas
subjek penelitian. Peneliti menggunakan metode angket secara sampling dengan
subjek penelitian adalah Mahasiswa/i Universitas Pendidikan Indonesia untuk
mengetahui kecerdasan majemuk yang terdapat dalam diri peserta didik.
3.2
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.2.1
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data adalah fase terpenting dalam penelitian dan merupakan penunjang dari
tujuan utama penelitian yaitu mendapatkan data. Dalam pengumpulan data
tersebut, diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat untuk menguji anggapan
dasar atau hipotesa sehingga tercapainya kelancaran dalam penelitian.
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Teknik Observasi
Teknik observasi ini dilakukan dengan cara
membagikan angket secara sampling kepada Mahasiswa Pendidikan Matematika A 2012 memberikan angket serta panduan pengisian yang sudah ada
didalam angket, dan mengumpulkan kembali angket.
2.
Teknik Studi Literatur
Teknik studi literatur dilakukan dengan cara
mencari beberapa sumber buku mengenai metodologi pembelajaran matematika dan
tipe belajar peserta didik.
3.2.2 Teknik
Pengolahan Data
Teknik
pengolahan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi, proses pembacaan angket hasil
observasi.
2.
Menghitung hasil angket
3.
Menganalisis hasil perhitungan angket
4.
Membuat kesimpulan atau interpretasi hasil
analisis dalam bentuk tabel dan grafik.
3.3
Sumber Data Penelitian
3.3.1
Sumber Data Penelitian
Sumber
data adalah data yang diperoleh dari semua keterangan seseorang yang dijadikan
responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik
atau dalam bentuk lainnya untuk keperluan sebuah penelitian. (P.Joko Subagyo,
1991:87). Sumber data yang diperlukan merupakan sumber data yang diperoleh baik
secara langsung (sumber data primer) maupun yang diperoleh secara tidak
langsung (sumber data sekunder) yang berhubungan dengan objek penelitian.
1.
Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah
sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dan masih
memerlukan analisa secara lebih lanjut.
Dalam penelitian ini
sumber data primer diperoleh melalui angket secara sampling dari mahasiswa-mahasiswa jurusan pendidikan
Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Penyebaran angket secara
sampling ini dilakukan dengan cara memilih sebagian mahasiswa dari kelas matematika A yang seluruhnya
berjumlah 30 orang dari 41 orang.
2.
Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder
adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian,
dapat berupa sumber yang diperoleh dari pihak lain, ataupun dari literatur.
Sumber data sekunder ini biasanya digunakan untuk melengkapi sumber data
primer.
Dalam penelitian ini
sumber data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur berupa buku-buku dan
internet yang relevan.
3.4
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai
instrumen utama.
Instrumen pendukungnya yaitu berupa angket.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu
mengetahui presentase kecerdasan
majemuk peserta didik (dalam penelitian ini peserta didik digantikan oleh
mahasiswa jurusan pendidikan matematika) dan
mengetahui seni mengajar matematika yang cocok berdasarkan kecerdasan majemuk.
2.
Menyediakan objek yang menjadi responden yaitu mahasiswa-mahasiswi
jurusan Pendidikan Matematika, kelas matematika A.
3.
Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
oleh responden.
4.
Memperbanyak angket.
5.
Menyebarkan angket.
6.
Mengolah angket.
3.4.1
Bentuk Angket
Bentuk angket yang diberikan
kepada responden berupa angket tertutup. Kedua jenis angket tersebut disatukan
dalam satu angket yang memudahkan responden untuk menjawab angket tersebut.
Bentuk angket tertutup
yang diberikan kepada responden berupa pernyataan-pernyataan dalam bentuk pilihan lainnya berupa setuju/tidak setuju.
Angket terdiri dari delapan pertanyaan. Nomor satu sampai delapan untuk mencari tahu persentase
kecerdasan majemuk peserta didik.
3.4.2
Format Angket
Pernyataan yang peneliti lampirkan dalam angket
adalah sebagai berikut.
“Angket Penelitian Seni
Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk”
Hubungan Kecerdasan Majemuk
Seseorang terhadap
Metode Belajar Matematika
1.
Saya lebih mudah
memahami materi pelajaran jika guru menerangkan dengan bercerita daripada
menerangkan dengan gambar
Setuju
Tidak setuju
2.
Saya lebih
senang menghabiskan waktu dengan permainan logika daripada berolahraga
Setuju
Tidak setuju
3.
Saya lebih
memahami informasi melalui gambar daripada kata– kata
Setuju
Tidak setuju
4.
Saya pandai
menirukan gerakan, kebiasaan atau perilaku orang lain
Setuju
Tidak setuju
5.
Saya peka
terhadap suara–suara atau bunyi–bunyian di lingkungan sekitar
Setuju
Tidak setuju
6.
Saya lebih
menikmati belajar berkelompok daripada belajar sendiri
Setuju
Tidak setuju
7.
Saya memiliki
kecenderungan mempunyai pandangan yang lain dari pandangan umum
Setuju
Tidak setuju
8.
Saya lebih
senang belajar di alam terbuka daripada didalam ruangan.
Setuju
Tidak setuju
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data
Deskripsi data berisikan hasil pengolahan
keseluruhan data yang masih belum di analisis sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Jurusan
Pendidikan Matematika kelas A dengan menggunakan sistem random.
Dalam bab ini dibahas
mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu berupa hasil pengolahan
data dalam bentuk perhitungan statistik data yang diperoleh dari 30 responden
mahasiswa matematika kelas A.
4.1.1
Sumber
data Penelitian
Data yang peneliti peroleh berasal dari hasil
observasi berupa pengamatan terhadap cara belajar dan penyebaran angket secara
sampling kepada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika A 2012.
4.1.1.1
Sumber
Data
Deskripsi
data untuk pernyataan “Saya lebih mudah memahami pelajaran jika guru
menerangkan degan bercerita daripada menerangkan dengan gambar” sebagai berikut:
a.
Setuju : 12 mahasiswa
b.
Tidak setuju : 18 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyataan “Saya lebih senang menghabiskan waktu dengan permainan
logika dibandingkan dengan olahraga” sebagai berikut :
a. Setuju :
17 mahasiswa
b. Tidak
setuju : 13 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyataan “Saya lebih memahami informasi melalui gambar
dibandingkan dengan kata-kata” sebagai berikut:
a. Setuju :
17 mahasiswa
b. Tidak
setuju : 13 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyataan “Saya pandai menirukan geraka, kebiasan, atau perilaku
orang lain” sebagai berikut:
a. Setuju :
13 mahasiswa
b. Tidak
setuju : 17 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyataan “Saya peka terhadap suara-suara atau bunyi-bunyian di
lingkungan sekitar” sebagai berikut:
a. Setuju :
25 mahasiswa
b. Tidak
setuju : 5 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyataan “saya lebih menikmati belajar berkelompok dibandingkan
individu” sebagai berikut:
a.
Setuju : 19 mahasiswa
b.
Tidak setuju : 11 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyatan “Saya memiliki kecenderungan mempunyai pandangan yang lain
daripada pandangan umum” sebagai berikut:
a.
Setuju : 21 mahasiswa
b.
Tidak setuju : 9 mahasiswa
Deskripsi
data untuk pernyataan “Saya lebih senang belajar di alam terbuka dibandingkan
di dalam ruangan” sebagai berikut:
a.
Setuju : 13 mahasiswa
b.
Tidak setuju : 17 mahasiswa
4.2
Analisis
Data
4.2.1 Analisis Data untuk Pernyataan
Pertama
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 18 mahasiswa) terdiri
dari mahasiswa yang tidak setuju bahwa memahami pelajaran jika guru menerangkan
dengan bercerita daripada menerangkan dengan gambar. Hal ini mengindikasikan
bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 18 mahasiswa memiliki kecenderungan dalam
kecerdasan Visual dibandingkan dengan kecerdasan Linguistik.
4.2.2 Analisis Data untuk Pernyataan Kedua
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 17 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang setuju bahwa lebih senang menghabiskan waktu dengan
permainan logika daripada olahraga. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian
besar mahasiswa yaitu 17 mahasiswa memiliki kecenderungan dalam kecerdasan
Kinestetik dibandingkan dengan kecerdasan Matematis-Logis.
4.2.3 Analisis Data untuk Pernyataan Ketiga
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 17 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang setuju bahwa lebih memahami informasi melalui
gambar daripada kata-kata. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
mahasiswa yaitu 17 mahasiswa memiliki kecenderungan dalam kecerdasan Visual
dibandingkan dengan kecerdasan Linguistik.
4.2.4 Analisis Data untuk Pernyataan
Keempat
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 17 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang tidak setuju bahwa lebih pandaiu menirukan gerakan,
kebiasaan atau perilaku orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian
besar mahasiswa yaitu 17 mahasiswa memiliki kecenderungan tidak dalam
kecerdasan Kinestetik.
4.2.5 Analisis Data untuk Pernyataan Kelima
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 25 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang setuju bahwa lebih peka terhadap suara-suara atau
bunyi-bunyian dilingkungan sekitar. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian
besar mahasiswa yaitu 25 mahasiswa memiliki kecenderungan dalam kecerdasan
musikal.
4.2.6 Analisis Data untuk Pernyataan Keenam
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 19 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang setuju bahwa lebih menikmati belajar berkelompok
daripada individual. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar mahasiswa
yaitu 19 mahasiswa memiliki kecenderungan dalam kecerdasan Interpersonal
dibandingkan dengan kecerdasan Intrapersonal.
4.2.7 Analisis Data untuk Pernyataan Ketujuh
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 21 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang setuju bahwa lebih memiliki kecenderungan mempunyai
pandangan yang lain dari pandangan yang umum. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar mahasiswa yaitu 21 mahasiswa memiliki kecenderungan dalam
kecerdasan Intrapersonal.
4.2.8 Analisis Data untuk Pernyataan
Kedelapan
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya diketahui
bahwa dari 30 mahasiswa Matematika A sebagian besar (yaitu 17 mahasiswa)
terdiri dari mahasiswa yang tidak setuju bahwa lebih senang belajar di alam
terbuka daripada di ruangan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
mahasiswa yaitu 17 mahasiswa memiliki kecenderungan tidak dalam kecerdasan Naturalis.
4.2.9 Analisis Data untuk Kesulitan
Belajar
Dari
bahasan sebelumnya, disebutkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan belajar
karena 2 hal yaitu faktor guru dan factor buku pelajaran.
Untuk
faktor guru, hal ini dapat di antisipasi dengan cara guru harus melihat
karakteristik anak didiknya masing-masing, bagaimana tipe anak didiknya agar
tidak terjadi salah persepsi diantara yang lainnya. Dan juga guru dapat
mengaitkan minat belajar anak dengan kecerdasan majemuk anak yang diantaranya
dapat menentukan cara-cara belajar yang sesuai dengan kecerdasan majemuknya.
Untuk
faktor buku pelajaran, guru dapat memilah buku pelajaran apa yang sekiranya
memuat materi pelajaran yang lengkap dan menarik. Misalnya saja, buku tersebut
bergambar atau berwarna dan banyak soal cerita.
4.3
Rekapitulasi Data
4.3.1
Rekapitulasi Data untuk Pernyataan Pertama
Rekapitulasi data untuk pernyataan pertama sebagai berikut:
Setuju = 12 orang
Tidak setuju = 18 orang
4.3.2 Rekapitulasi
Data untuk Pernyataan Kedua
Rekapitulasi data
untuk pernyataan kedua sebagai berikut:
Setuju = 17 orang
Tidak setuju = 13 orang
Didapatkan
persentase untuk pernyataan kedua sebagai berikut:
4.3.3
Rekapitulasi Data untuk Pernyataan Ketiga
Rekapitulasi data
untuk pernyataan ketiga sebagai berikut:
Setuju = 17 orang
Tidak setuju = 13 orang
4.3.4
Rekapitulasi Data untuk Pernyataan Keempat
Rekapitulasi data
untuk pernyataan keempat sebagai berikut:
Setuju
= 13 orang
Tidak
setuju = 17 orang
4.3.5
Rekapitulasi Data untuk Pernyataan Kelima
Rekapitulasi data
untuk pernyataan kelima sebagai berikut:
Setuju
= 25 orang
Tidak
setuju = 5 orang
4.3.6
Rekapitulasi Data untuk Pernyataan Keenam
Rekapitulasi data
untuk pernyataan keenam sebagai berikut:
Setuju
= 19 orang
Tidak
setuju = 11 orang
4.3.7
Rekapitulasi Data untuk Pernyataan Ketujuh
Rekapitulasi data
untuk pernyataan ketujuh sebagai berikut:
Setuju
= 21 orang
Tidak
setuju = 9 orang
4.3.8 Rekapitulasi
Data untuk Pernyataan Kedelapan
Rekapitulasi data
untuk pernyataan kedelapan sebagai berikut :
Setuju
= 13 orang
Tidak
setuju = 17 orang
4.4
Pembahasan
SENI MENGAJAR
Seni mengajar yang akan peneliti bahas dalam penelitian kali ini adalah
seni mengajarkan matematika yang dapat dikaitkan dengan kecerdasan majemuk
peserta didik. Salah satu cara yang baik adalah seorang guru dapat mengetahui
kecerdasan majemuk setiap peserta didiknya. Untuk mengetahui kecerdasan amjemuk
anak yang berbagai macam, disini peneliti menggunakan bentuk angket untuk
mengetahui kecerdasan majemuk peserta didik.
Dari hasil penilitian,
didapatkan bahwa setiap anak didik mempunyai kecerdasan majemuk yang
berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan majemuk ini, seorang guru dapat
menggunakan berbagai macam cara agar dapat mebuat anak didiknya tertari dengan
pelajaran Matematika. Berikut adalah beberapa cara untuk menarik perhatian
peserta didik menurut kecerdasan majemuknya :
a.
Kecerdasan
Linguistik,
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik lisan maupun
tertulis. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengajarkan matematika
dengan mengaitkan pada kecerdasan majemuk sebagai berikut :
1. Mengajaka anak belajar matematika dengan mengarang soal
cerita atau menuturkan lelucon
2. Membuat soal dalam bentuk teka-teki silang
3. Mengajarkan dengan cara mendengarkan suara-suara
tutorial dalam mengajarkan matematika
b.
Kecerdasan
Matematis - Logis
Kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan
ini juga meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan
dalil. Adapun cara yang dapat dilakukakn untuk mengajarkan matematika
dengan mengaitkan pada kecerdasan matematis-logis sebagai berikut :
1. Memberikan soal matematika dalam bentuk analisis
2. Memberikan anak latihan matematika yang logis seperti
matematika dalam kehidupan sehari-hari
3. Menikmati penggunaan bahasa computer
c.
Kecerdasan Spasial
Kecerdasan
spasial adalah kemapuan mengekspresikan dan mentransformasikan persepsi dunia
spasial-visual secara akurat dalam berbagai aspek kehidupan. Adapun cara untuk
mengajarkan peserta didiknya seperti : Memberikan gambaran visual yang
jelas ketika menggambarkan sesuatu
1.
Memberikan
soal dalam bentuk gambar atau grafik
2.
Menggunakan
video dalam mendemonstrasikan pelajaran matematika
d.
Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani
Keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan
menggunakan tangan untuk menciptakan sesuatu, dan kemampuan-kemampuan fisik
yang khusus, seperti: keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan. Adapun
cara-cara yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika seperti :
1. Mengajarkan
matematika dengan kegiatan dengan banyak bergerak seperti kegiatan dalam pasar
2. Lebih mengarahkan anak didik untuk mempresentasikan
pelajaran matematika yang berhubungan dengan gerakan tubuh
\
e.
Kecerdasan Musikal
Kemampuan
mengapresiasi berbagai bentuk musikal, membedakan, mengubah, dan mengekspresikannya.
Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap irama, nada,
warna suara suatu lagu. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam mengajarkan
matematika seperti Mengajarkan anak dengan menggunakan lagu atau merangkai
pelajaran menjadi sebuah lirik lagu.
f.
Kecerdasan
Interpersonal
Kemampuan
membedakan suasana hati maksud, motivasi serta perasaan orang lain.
Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, gerak
isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal, dan kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk melakukan sesuatu. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mengajarkan matematika dengan mengaitkan pada kecerdasan Interpersonal seperti
memberikan latihan kepada anak didik untuk dilakukan secara berkelompok
g.
Kecerdasan
Intrapersonal
Kemampuan memahami
diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Selain itu
kecerdasan ini juga meliputi kesadaran
akan suasana hati, maksud, temperamen, motivasi, keinginan, berdisiplin
diri dan kemampuan menghargai diri. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mengajarkan matematika dengan mengaitkan pada kecerdasan Intrapersonal adalah
dengan terkadang memberikan soal individual kepada anak.
h.
Kecerdasan Naturalis
Kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan jenis-jenis
flora dan fauna di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini juga meliputi terhadap fenomena-fenomena alam lainnya, dan kemampuan
membedakan benda-benda tak hidup dengan benda-benda hidup lainnya. Adapun
cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan matematika dengan mengaitkan pada
kecerdasan naturalis sbagai berikut :
1. Belajar matematika di luar ruangan seperti di taman
2.
Memberikan
soal cerita dengan bertemakan alam seperti binantang, tumbuhan
Dari cara-cara yang dapat dilakukan seorang guru dalam
mengaitkan kecerdasan majemuk, seorang guru dapat melakukan banyak metode atau
seni dalam mengajarkan matematika, diantaranya dengan mengetahui kecerdasan
majemuk masing-masing anak didiknya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan pada beberapa mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Pendidikan
Indonesia, dapat disimpulkan bahwa :
1. Persentase kecerdasan majemuk yang
dimiliki oleh peserta didik adalah 57% - 43% yang memilki masing-masing
kecerdasan. Dari pernyataan yang diajukan, dapat dilihat bahwa hasil yang
didapat adalah setiap peserta didik memiliki kecerdasan majemuk yang
berbeda-beda.
2. Seorang guru dapat melakukan berbagai
kreatifitas berupa seni mengajarkan matematika yang dapat dbikaitkan dengna
kecerdasan majemuk seseorang. Kecerdasan majemuk yang beragam dapat
mengahasilkan berbagai macam pula seni mengajarkan matematika.
5.2 Saran
1. Kepada guru, disarankan agar seorang
guru dapat mengetahui karakteristik kecerdasan majemuk masing-masing peserta
didiknya sehingga tidak terjadi kesalahan yang akan terjadi ketika seorang guru
dalam mengajarkan anak didiknya.
2. Kepada pesrta didik, disarankan agar
dapat menggunakan kecerdasan majemuknya dengan baik sehingga dapat mengikuti
jalur jalannya belajar matematika. Dan
kepada peserta didik agar terbuka kepada guru sehingga terjadi kesamaan dalam
tujuan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
H. Dailami Zain. 2013. Seni Mengajar
Menanggulangi Adanya Fobia Matematika. [online]. Tersedia: http://lenterastkippgribl.blogspot.com /2013/02/seni-mengajar-menangulangi-adanya-fobia.html. [4 Mei 2013] [13.00 WIB]
Emed, Karmedi. 2011. Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan
Majemuk Untuk Pencapaian Kompetensi (Sebuah Inovasi Pembelajaran).
[online]. Tersedia: http://emedkarmedi.blogspot.com/2011/04/strategi-pembelajaran -berbasis.html. [4 Mei 2013] [13.20 WIB]
Rudi
Hartono. 2013. Seni Mengajar.
[online]. Tersedia: http://rudyhs.blogspot. com/2013/01/seni-mengajar.html.
[4 Mei 2013] [14.18 WIB]
Saleh, Andri. 2008. Seni Mengajarkan Matematika
Berbasis Kecerdasan Majemuk. Bandung: Tinta Emas Publishing.
ANGKET PENELITIAN
Hubungan Kecerdasan Majemuk Seseorang terhadap
Metode
Belajar Matematika
1.
Saya
lebih mudah memahami materi pelajaran jika guru menerangkan dengan bercerita
daripada menerangkan dengan gambar
Setuju
Tidak
setuju
2.
Saya
lebih senang menghabiskan waktu dengan permainan logika daripada berolahraga
Setuju
Tidak
setuju
3.
Saya
lebih memahami informasi melalui gambar daripada kata – kata
Setuju
Tidak
setuju
4.
Saya
pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau perilaku orang lain
Setuju
Tidak
setuju
5.
Saya
peka terhadap suara – suara atau bunyi – bunyian di lingkungan sekitar
Setuju
Tidak
setuju
6.
Saya
lebih menikmati belajar berkelompok daripada belajar sendiri
Setuju
Tidak
setuju
7.
Saya
memiliki kecenderungan mempunyai pandangan yang lain dari pandangan umum
Setuju
Tidak
setuju
8.
Saya
lebih senang belajar di alam terbuka daripada didalam ruangan.
Setuju
Tidak
setuju
RIWAYAT
HIDUP
Awal pendidikan dimulai
dari TK Islam Al-Mufti
yang lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan
pendidikannya di SDN Sukamukti 1
lulus pada tahun 2006,
kemudian melanjutkan di SMP
Negeri 1 Cikijing lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikannya di
SMA Negeri 1 Majalengka
lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama pula lulus seleksi masuk Universitas Pendidikan Indonesia melalui jalur Seleksi Mandiri UPI.
Penulis memilih Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA).
Putri yang akrab dipanggil Kania ini awalnya berkeinginan menjadi seorang Dokter, hingga akhirnya berkuliah di UPI dan bertekad
menjadi seorang pendidik. Memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik.
RIWAYAT
HIDUP
Awal pendidikan dimulai
dari SDN Jetak 03 dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan di MTs Amal
Sholeh Getasan lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikannya di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dan lulus pada tahun 2012.
Putra pertama dari tiga
bersaudara ini memiliki cita-cita menjadi seorang Guru Matematika dan membangun
sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak yang kurang mampu.
Saat ini, laki-laki
yang memiliki hobi mendengarkan musik ini, sedang melanjutkan pendidikannya di
Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Matematika.
RIWAYAT HIDUP
Saat ini, perempuan
yang akrab disapa Rini ini, sedang melanjutkan pendidikannya di Universitas
Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Matematika.
Putri ketiga dari empat
bersaudara ini memiliki cita-cita menjadi seorang Insinyur di bidang Pertanian.
Memiliki hobi membaca dan bermain musik.
RIWAYAT
HIDUP
Awal pendidikan dimulai dari TK Permata Kita
dan lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikannya di SDN 19 Pagi
Jakarta Selatan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMP 29 Jakarta
pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 47 Jakarta lulus
pada tahun 2012.
Saat ini, perempuan
yang akrab disapa Iki ini sedang melanjutkan pendidikannya di Universitas
Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Matematika Semester dua. Selain
berkuliah, penulis mengisi waktu senggangnya dengan mengikuti Organisasi PAS
Salman ITB, ITB, Bandung.
RIWAYAT
HIDUP
Awal pendidikan dimulai
dari TK Pertiwi Sungai Apit
dan lulus pada tahun 2000,
kemudian melanjutkan pendidikannya di SDN 014 Sungai Apit lulus pada tahun 2006, lalu
melanjutkan di SMPN
1 Sungai Apit lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikannya di
SMAN 1
Sungai Apit lulus pada tahun 2012.
Putri pertama dari empat bersaudara ini memiliki cita-cita
menjadi seorang Dosen Matematika
dan membangun sebuah Lembaga
Bimbingan Belajar untuk untuk para siswa di kampung halamannya.
Memiliki hobi menulis cerpen,
membaca, dan mendengarkan musik.
Saat ini, perempuan yang akrab disapa Yuyun ini, sedang melanjutkan
pendidikannya di Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan
Matematika.
0 komentar:
Posting Komentar