KONSEP DASAR
DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
DAN PENGAJARAN
REMEDIAL
A.
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1.
Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
a) Diagnostik
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis /di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis
penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.
Menurut Harriman dalam bukunya Handbook of
Psychological Term, diagnostik adalah suatu analisis terhadap kelainan atau
salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnostik merupakan proses
pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah.
Maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosik adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan
meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
yang tampak.
b)
Kesulitan Belajar
Secara
harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang
dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang
itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari
keterlambatan dalam perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan atau
hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor
fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnostik
kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan
peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau
dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang
nampak.
2.
Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Mengenali kesulitan belajar jelas
berbeda dengan mendiagnostik penyakit cacar air atau campak. Cacar air dab campak
tergolong penyakit dengan gejala yang dapat dikenali dengan mudah. Berbeda
dengan LD (Learning Disorder/Gangguan
belajar) yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan penyebab,
gejala-gejala, perawatan, serta penanganan. LD sangatlah sulit untuk didiagnostik
dan dicari penyebabnya secara pasti. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau
perawatan yang sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Tidak semua kesulitan dalam proses
belajar dapat disebut LD. Sebagian anak mungkin hanya mengalami kesulitan dalam
mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang, seseorang memperlihatkan ketidakwajaran
dalam perkembangan alaminya, sehingga
Kriteria yang harus dipenuhi sebelum
seseorang dinyatakan menderita LD tertuang dalam buku petunjuk yang berjudul
DSM (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders). Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar,
yaitu:
1. Kesulitan
dalam berbicara dan berbahasa
2. Permasalahan
dalam hal kemampuan akademik
3. Kesulitan
lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh
serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Kesulitan
lainnya seperti “gangguan kemampuan motorik” dan “gangguan perkembangan khusus
yang belum diklasifikasikan”. Gejala-gejalanya adalah keterlambatan atau keterbelakangan
dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang pada gilirannya
memengaruhi kemampuannya untuk memelajari sesuatu. Tetapi bedanya, ini semua
tidak sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang telah
kita bahas sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan koordinasi
tubuh yang pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, dan
begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja serta mengingat.
3.
Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor
penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a)
Faktor internal
yang meliputi:
1.
Kesehatan
2.
Problem
Menyesuaikan Diri
b)
Faktor eksternal
yang meliputi:
1.
Lingkungan
2.
Cara Guru
Mengajar yang Tidak Baik
3.
Orang Tua Siswa
4.
Masyarakat
Sekitar
4.
Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri-ciri umum siswa
lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan
mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar
yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar
diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan
belajar siswa di sekolah dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal
sebagai berikut: fisik, perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian,
proses-proses belajar yang dilakukannya.
Ketidaksanggupan siswa
lamban belajar dalam menguasai pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya
menjadi tidak cocok dengan lingkungan sekelilingnya sehingga mengundang masalah
orang-orang di sekitarnya. Ketidaksanggupan belajar disebabkan kerusakan-kerusakan
tertentu pada diri seseorang yang membuat seseorang itu lamban belajar.
Menurut Cece Wijaya
(2010), kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu :
1.
Dyslexia,
adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara.
2.
Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman
terhadap konsep dasar matematika.
3.
Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian terhadap
masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
4.
Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai dirinya
menurutukuran ruang dan waktu.
Kerusakan lainnya yang
membuat siswa lamban belajar adalah Social
defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu
dapat membuat ketidaksanggupan menemukan jati dirinya. Gejala-gejalanya adalah
(1) sulit menangkap tanda-tanda tingkah laku sosial, seperti dalam mencurahkan
idemelalui raut muka dan gerakan-gerakan motorik lainnya, (2) sering nmemotong
pembicaaan orang, (3) berbicara dengan keras, (4) sulit berteman, dan (5) ketidaksadaran
terhadap cara-cara orang lain mengamati perilakunya.
Berdasarkan hasil
penelitian para pakar psikolog bahwa siswa yang tidak sanggup mengembangkan
keterampilan sosila dapat dilatih melalui bimbingan guru-gurunya. Ukuran
kepercayaan yang tumbuh pada dirinya dapat menjadi alat untuk mengembangkan
keterampilan bergaul dalam lingkungannya.
5.
Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Dalam melakukan diagnostik kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa, setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh
oleh seorang guru, yaitu :
1. Mendiagnostik
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa,
2. Mengadakan
estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa.
3. Mengadakan
terapi.
Dalam hal ini, seorang guru harus
senantiasa secara teratur memantau dan menerma informasi tentang kemajuan
belajar siswa. Lebih jauh, informasi yang diterimanya itu harus dapat digunakan
sebagai diagnostik atau peramalan tentang kondisi belajar siswa.
Informasi yang telah diterima dapat
dijadikan umpan balik (feedback)
untuk memantau penguatan (reinforcement)
yang dimiliki oleh siswa dalam setiap unit pembelajaran, mengakui apakah siswa
itu sedah belajar dengan baik atau belum, dan mengidentifikasi siswa-siswa yang
ternyata mengalami kesulitan belajar.
6.
Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik
yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar
yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang
dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak,
tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk
memerhatikan dan memahami pertanyaannya.
Masing-masing
tipe LD (Learning Disorder/Gangguan
belajar) didiagnostik dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnostik
kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan
bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta
membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang normal.
Sehubungan dengan gangguan kemampuan atau perkembangan akademis
yang mencakup membaca, menulis, dan matematika, maka pengujiannya dilakukan
dengan metode uji standar. Kita perlu memperhatikan bahwa penanganan gangguan
belajar itu sangatlah berbeda dengan upaya mengejar ketertinggalan pelajaran di
sekolah.
Jika sekolah gagal
mengenali keterlambatan belajar, orang tua dapat mencari alternatif lain. Orang
tua harus mengetahui setiap langkah evaluasi yang dilakukan oleh sekolah
tersebut. Orang tua juga harus mengerti bahwa mereka dapat menolak keputusan
sekolah bila tidak setuju dengan hasl diagnosis yang dilakukan tim
pendiagnosis. Orang tua selalu memliki hak untuk mendengarkan pendapat yang
berasal dari pihak kedua.
Sebagian orang tua
merasa seorang diri dan bingung ketika berbicara dengan para ahli. Sebagian
orang tua berpendapat bahwa lebih baik meminta bantuan kepada seseorang yang
mereka percayai dan selanjutnya pergi bersamanya ke pertemuan sekolah. Orang
yang dipercaya itu bisa dokter atau bahkan tetangga keluarga tersebut. Mengajak
seseorang yang kenal dengan kondisi sang anak sangat menguntungkan, karena ia
dapat memahami nilai hasil uji dari permasalahan belajar anak itu.
7.
Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi diagnostik kesulitan
belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan prosedur dan
kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator. Evaluasi
diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada
penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula
perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif.
Evaluasi diagnostik
kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal tahun
ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk menentukan
tingkat pengetahuan awal siswa. Ada dua hal yang penting dalam melakukan
evaluasi diagnostik kesulitan belajar yaitu (1) penilaian diagnostik pada
umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan,
semakin jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan.
B.
Konsep Dasar Pengajaran Remedial
1.
Definisi Pengajaran Remedial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
mendefinisikan bahwa “Remedial” dan “Teaching”. Bila dipisahkan kata remedial berarti (1) Remedial yang berhubungan
dengan perbaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek, (2)
Remedial berarti bersifat menyembuhkan (yang disembuhkan adalah beberapa hambatan / gangguan
kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat timbal balik
dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan pribadi). Sedangkan teaching
yang berarti “pengajaran” berarti proses perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan Perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar.
Menurut Ischak S.W dan Warji R. dalam
bukunya Program Remidial Dalam Proses Belajar-Mengajar memberikan pengertian Remedial Teaching adalah “Kegiatan
perbaikan dalam proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk pemberian
bentuk pemberian bantuan. Yaitu pemberian bantuan dalam proses
belajar mengajar yang berupakegiatan perbaikan terprogram dan
disusun secara sistematis.”
2.
Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
a)
Tujuan
Pengajaran Remedial
1. Supaya
siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal
kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
2. Supaya
siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
3. Supaya
siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4. Supaya
siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya
hasil yang lebih baik.
5. Supaya
siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah
ia mampu mengatasi hambatan yang menjadi kesulitan belajarnya, dan
mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.
b) Fungsi
Pengajaran Remedial
1. Fungsi
Korektif
2. Fungsi Pemahaman
3. Fungsi
Penyesuaian
4. Fungsi
Pengayaan
5. Fungsi
Akselerasi
6. Fungsi Terapeutik
3.
Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode yang dapat digunakan, yaitu :
a) Tanya Jawab
b) Diskusi
c) Tugas
d) Kerja Kelompok
e) Tutor
f) Pengajaran Individual
4.
Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran
Remedial
Strategi dan teknik pengajaran
remedial seperti yang dirumuskan oleh
Izhar Hasis yang disimpulkan
dari Ross and Stanley dan dari Dinkmeyer and Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai
berikut :
a) Strategi
dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching
yang Bersifat Kuratif
Teknik
pendekatan yang dipakai dalam hal
ini adalah sebagai berikut :
1. Pengulangan
(repetation)
2.
Pengayaan (enrichment) dan Pengukuhan (reinforcement)
3.
Percepatan (acceleration)
b) Strategi
dan Teknik pendekatan Remedial Teaching
yang Bersifat Preventif
c) Strategi
dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching
Bersifat Pengembangan
5.
Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu bentuk bimbingan
belajar dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Meneliti kasus dengan
permasalahannya sebagai
titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
b) Menentukan
tindakan yang harus dilakukan.
1. Jika kasusnya ringan, tindakan yang
ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial kepada siswa tersebut.
2. Jika kasusnya cukup dan berat, maka
sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus diberikan layanan konseling terlebih dahulu.
c) Pemberian
layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
d) Langkah
pelaksanaan pengajaran remedial.
e) Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f) Melakukan re-evaluasi
dan re-diagnostik.
Terdapat tiga kemungkinan tafsiran hasil, yaitu sebagai
berikut :
1.
Kasus
menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
diharapkan. Maka selanjutnya diteruskan ke program yang berikutnya.
2.
Kasus
menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
Maka kasus diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
3.
Kasus
belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi. Maka perlu didiagnostik
lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya
diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
6.
Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
a) Kegiatan pengajaran biasa sebagai
program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi.
Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian
diadakan pelayanan khusus.
b) Tujuan pengajaran biasa dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan
kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
c) Metode dalam pengajaran biasa sama
buat semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial
(sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan.
d) Pengajaran biasa dilakukan oleh
guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh team (kerjasama).
e) Alat pengajaran perbaikan lebih
bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb.
f) Pengajaran perbaikan lebih
diferensial dengan pendekayan individual.
g) Pengajaran perbaikan evaluasinya
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
7.
Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat
dalam Program Pendidikan dan Pengajaran Remedial
a)
Kepala Sekolah
1.
Kepala sekolah
harus menguasai sepenuhnya program pendidikan dan pengajaran remedial di
sekolah
2.
Kepala sekolah
menyediakan sumber belajar yang lengkap dan dapat digunakan setiap waktu sesuai
dengan kebutuhan
3.
Kepala sekolah
memiliki jalinan kerja sama yang baik dengan orang tua siswa di rumah
4.
Kepala sekolah
mendirikan dan mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan Penyuluhan
5.
Kepala sekolah
mampu mengangkat seorang ekspert yang
bertugas sebagai guru pendidikan remedial.
b)
Orang Tua Siswa
1.
Menerima dengan
baik kunjungan sekolah di rumah (home
visit).
2.
Bersikap tanggap
terhadap pembicaraan kasus putra-putranya dan menunjukkan sikap tidak
emosional.
3.
Senang
menghadiri undangan sekolah untuk membicarakan kasus putra-putranya.
4.
Dapat memberikan
data objektif selengkap mungkin tentang kelemahan-kelemahan putranya dalam
pelajaran.
5.
Mampu membantu
memprediksi dan memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang dihadapinya.
c)
Staf Tata Usaha
Sekolah
Mengaministrasi
data-data kasus mulai dari latar belakang, asal-usul dan sebab-sebab kesulitan
belajar siswa, cara-cara memprediksi penyembuhannya, sampai dengan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
d)
Penilik Sekolah
1.
Melakukan
kunjungan rutin ke sekolah sekurang-kurangnya dua minggu sekali
2.
Menyelenggarakan
diskusi periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru tentang upaya pemecahan
kesulitan belajar siswa.
3.
Menyelenggarakan
upaya kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga terkait.
e)
Para Pemerhati
Pendidikan
Para pemerhati
pendidikan adalah orang-orang yang menaruh perhatian penuh terhadap proses dan
hasil pendidikan yang dicapai siswa di sekolah serta berinisiatif besar dalam
memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya dalam upaya penanganan kasus atau
dalam hal ini siswa lamban belajar.
f)
Lembaga-Lembaga
Kemasyarakatan Terkait
Keterlibatan lembaga-lembaga
kemasyarakatan terkait dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
remedial, khususnya dalam penanganan kasus kenakalan remaja diperlukan sekali
terutama membantu sekolah dalam mengumpulkan data objektif tentang latar
belakang dan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa serta membantu dalam
penyelesaiannya.
8.
Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan
siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf
pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnostik
dan memperoleh pengajaran remedial kembali.
Evaluasi perlu
dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak
dilaksanakan dimasa mendatang. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi
orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada
siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Holt, John. (2010). Mengapa
Siswa Gagal. Jakarta:Erlangga.
Mukhtar dan Rusmini. (2001). Pengajaran
Ramedial. Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Fifa Mulia
Sejahtera.
Nurihsan, A. J. (2005). Strategi
Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nurihsan, A.
J.
& Yusuf, Syamsu. (2009). Landasan
Bimbingan & Konseling.
Bandung:
PT. Remaja
Rosda Karya.
Purwanto, M. Ngalim. (2009). Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Roziqin,
M. K. (2013). Konsep Dasar Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses dari http://muhammadkhoirulroziqin.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-pengajaran
remedial.html.
Setiyono,
O. B.
(2012). Pengajaran Remedial. [Online]. Diakses dari http://onibudi.blogspot.com/2012/04/pengajaran-remedial.html.
Sugihartono,
dkk. (2007). Psikologi Pedidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Sukardi. (2008). Evaluasi
Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara
Widoyoko, S. Eko Putro. (2009). Evaluasi
Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wijaya, Cece. (2010). Pendidikan
Remidial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wood, Derek. dkk. (2007). Kiat
Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Katahati.
0 komentar:
Posting Komentar